Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Perbatasan Bandung-Cimahi Tak Risaukan Isu LGBT

Kompas.com - 31/01/2016, 08:24 WIB
Kontributor Bandung, Reni Susanti

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com – Spanduk penolakan LGBT yang ramai dibicarakan di Kota Bandung berawal dari keresahan sekelompok ormas Islam pada beberapa kawasan, antara lain di Gempol Sari dan Rengas.

Dari penelusuran Kompas.com, kedua tempat itu merupakan kawasan permukiman padat. Kedua tempat itu adalah perbatasan antara Kota Bandung dan Kota Cimahi.

Di kawasan Rengas misalnya wilayah Kota Bandung dan Kota Cimahi hanya dipisahkan dengan sebuah gang.

Akses mobil hanya berada di jalan utama Rengas, sedangkan untuk menuju pemukiman hanya bisa dilalui sepeda motor.

Selama ini, hubungan antara warga pendatang dan penduduk asli terjalin dengan baik dan hampir tak pernah ada masalah.

Salah seorang warga, Hidayat Aden mengatakan, daerah itu memang banyak dihuni warga luar Kota Bandung.

Mereka merupakan pekerja pabrik yang masuk ke kawasan Kota Cimahi. Karena daerahnya padat, sambung Hidayat, persoalan masyarakat tentu ada.

Namun persoalan LGBT sendiri, dia malah belum melihat sebagai masalah. Meski ada kabar yang beredar, namun warga tidak begitu merisaukannya.

Apalagi sosok seorang LGBT sulit dibedakan dengan sosok warga pada umumnya.

“Saat ini kami beserta petugas RW fokus pada keamanan lingkungan. Yang mengontrak selalu didata, ini terkait dengan teroris,” kata dia.

Selain itu, pemuda yang kerap nongkrong laut malam akan dinasehati. Di kawasan itu para pemuda dilarang nongkrong tanpa alasan jelas di atas pukul 20.00 WIB.

Sementara itu, Camat Bandung Kulon, Dadan Haeri Gunawan mengungkapkan, daerah yang dipimpinnya merupakan daerah terpadat di Kota Bandung. 

Selain itu, kawasan tersebut berbatasan langsung dengan Kabupaten Bandung Barat dan Kota Cimahi.

Dadan mengungkapkan, selain berbatasan dengan dua daerah tersebut, Bandung Kulon dikelilingi banyak pabrik.

Itu pula yang membuat penduduk Bandung Kulon yang berjumlah 140.000 orang bercampur baur dengan penduduk daerah lain.

Keberadaan banyak pabrik ini menarik banyak pendatang baru di Kota Bandung.

“Di antara mereka, mungkin ada LGBT. Tapi yang mana kan kita tidak tahu. Apalagi pemerintah harus berpegang pada asas hukum yang hingga kini belum jelas mengatur LGBT,” tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com