Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Olok-olok Lapindo

Kompas.com - 21/01/2016, 15:15 WIB

Kesimpulan yang sama

PT Lapindo Brantas sebenarnya memiliki kesimpulan yang sama dengan kami. Itulah yang menjelaskan mengapa mereka tidak takut melakukan pengeboran kembali dengan teknik yang benar dan menghindari sumber geotermal dengan tidak mengebor lebih dari 1.000 meter.

Bisa dikatakan, dengan melakukan pengeboran kembali, PT Lapindo Brantas saat ini secara tak sadar sedang membuka borok sendiri dan telah mengolok-olok masyarakat dan pemerintah.

Mereka berhasil memperdayai masyarakat dan pemerintah. Mereka senang melihat bagaimana ulah mereka ditanggung orang lain karena teperdayanya masyarakat dan pemerintah.

Mereka tentu senang DPR dan pemerintah menyatakan semburan lumpur panas Lapindo adalah bencana alam.Juga senang karena lagi-lagi pemerintah (sembilan tahun pasca bencana) kembali menggelontorkan uang sekitar Rp 700 miliar untuk menalangi kewajiban mereka.

Saya ingin berbagi tentang bagaimana PT Lapindo Brantas memperdayai kita dengan data yang mereka sampaikan dahulu.

Pertama, mereka bilang ada sesar Watukosek yang memanjang dari ujung Gunung Penanggungan sampai Pulau Madura.

Kedua, mereka bilang gempa Yogya telah mereaktivasi sesar Watukosek sehingga terjadi semburan lumpur panas.

Ketiga, mereka bilang rekahan-rekahan yang terjadi di sekitar semburan dan bengkoknya rel kereta api merupakan bukti reaktivasi sesar.

Mereka menggunakan teori perulangan gempa, reaktivasi sesar, dan teori gempa memicu gempa lainnya.

Nyatanya, rekahan-rekahan yang katanya terjadi searah dengan sesar Watukosek di lapangan polanya konsentris terhadap pusat semburan, yang lebih tepatnya berasosiasi dengan pembentukan kaldera gunung lumpur, bukan aktivitas sesar.

Rekahan ada jauh setelah semburan lumpur terjadi, bahkan bengkoknya rel kereta api terjadi setelah enam bulan semburan.

Hal ini jelas bertentangan dengan fakta reaktivasi sesar di mana seharusnya ketika terjadi reaktivasi sesar, maka harus serta-merta terjadi rekahan-rekahan, termasuk bengkoknya rel kereta api, dan diiringi dengan getaran atau gempa bumi.

Nah, yang terjadi di Lapindo itu pertama terjadi semburan dulu, disertai gas-gas, kemudian lama kita menunggu, berhari-hari, berbulan-bulan baru dapat dilihat rekahan-rekahannya, sudah itu tidak pernah terjadi getaran (gempa).

Apa tidak aneh kalau kejadiannya seperti itu? Seharusnya dengan sesar Watukosek yang memanjang sampai Madura (kurang lebih 100 kilometer), tidak mungkin ketika terjadi reaktivasi, tetapi tidak terekam gempa sama sekali!

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Nasional
Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com