Kepala Polri Jenderal (Pol) Badrodin Haiti membenarkan salah satu pelaku bom di Jalan MH Thamrin adalah Sunakim alias Afif. Pemuda berkaus dan bertopi hitam itu menjadi pelaku pertama yang dikenali secara luas.
Massa yang berkerumun di kawasan Thamrin tidak menduga pemuda dengan kaus bertulis Tiesto, DJ terkenal asal Belanda, itu teroris berdarah. Sebelum beraksi, pria yang pernah tinggal di Karawang, Jawa Barat, itu memang berada di tengah massa. Semua terkejut saat ia mulai menembaki polisi-polisi yang tengah melawan rekan-rekan Afif.
Bersama empat rekannya, Afif memang akhirnya tewas dalam insiden hampir empat jam itu. Kawasan Thamrin menjadi ranah aksi terakhir pria yang bertahun-tahun terlibat jaringan terorisme itu.
Keterlibatan Afif di jaringan terorisme resmi tercatat antara lain pada 1 Maret 2010. Ia salah satu dari puluhan orang yang ditangkap secara terpisah karena terlibat pelatihan militer di Jalin Jantho, Aceh Besar. Dalam hutan di kaki bukit Jalin, Afif bersama puluhan orang lain berlatih perang.
Mereka berlatih menembak, menyerbu, bertahan dari serangan musuh. Pria dari sejumlah daerah di Indonesia itu juga belajar merakit bom. Instruktur mereka antara lain Yusuf dan Mahfud yang ditahan di LP Nusakambangan. Pelatih lain, Enceng Kurnia alias Arham, tewas ditembak pada 2010 di Aceh Besar.
Di tempat pelatihan itu, polisi menemukan berbagai jenis senjata dan perlengkapannya serta aneka jenis bom. Polisi juga menemukan berbagai dokumen yang antara lain berisi rencana penyerangan terhadap para polisi.
Rencana itu baru benar-benar diwujudkan pada 2013. Sejumlah polisi tewas ditembak di Tangerang Selatan dan Jakarta Selatan.
Setelah reda beberapa saat, kelompok itu memungkasi aksi mereka dengan menembak Bripka Sukardi di depan kantor KPK di kawasan Kuningan, Jakarta, pada 10 September 2013.
Semua penembakan dilakukan pada malam hari dan jalanan sudah relatif sepi.
Kelompok pimpinan Nurul Hidayat itu akhirnya ditumpas di kawasan Ciputat, Tangerang Selatan, pada 31 Desember 2013. Kepala Biro Penerangan Polri, kala itu, Brigadir Jenderal (Pol) Boy Rafli Amar memastikan kelompok Hidayat berafiliasi dengan Amat Untung alias Abu Roban dan Badri, anggota kelompok Indra Kusuma alias Abu Umar.
Mereka tergabung dalam Mujahidin Indonesia Barat, kelompok yang didirikan alumni Jalin Jantho. Kelompok itu memilih Garut, Jawa Barat, sebagai tempat deklarasi.
Selain menembaki polisi, kelompok itu terbukti merampok di beberapa tempat. Hasil perampokan dipakai untuk mendanai aksi mereka. Aksi mereka berakhir setelah persembunyian Dayat diserbu pada hari terakhir 2013.
Setelah dua tahun tidak ada kabar, alumni Jalin Jantho kembali menggemparkan Indonesia. Kali ini, mereka beraksi di pagi hari di jantung Jakarta. Para teroris meledakkan bom dan menembaki polisi di tengah kemacetan salah satu pusat bisnis Jakarta itu.
Wajah Afif yang pertama kali dikenali secara luas karena terekam kamera dengan jelas saat menembaki polisi. Tidak sedikit yang bertanya-tanya, bagaimana cara orang yang divonis 7 tahun penjara pada awal 2011 sudah bisa berkeliaran membawa senjata pada awal 2016?
Afif alias Sunakim memang divonis 7 tahun penjara di Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada 2011 dalam kasus terorisme. Namun, sistem hukum Indonesia memungkinkan terpidana hanya menjalani dua pertiga masa hukumannya.
Sayangnya, penjara tidak membuat Afif terputus dari lingkaran radikalisme. Ia tetap berhubungan dengan Aman Abdurrahman, terpidana terorisme di Nusakambangan. Afif diketahui pernah diajari soal radikalisme saat menjadi tukang urut Aman.
Seperti banyak pemuda lain, Aman merekrut Afif saat pemuda itu masih terlibat dalam kasus kriminalitas biasa. Aman memang dikenal pencuci otak ulung dan banyak merekrut penjahat untuk bergabung dengan jaringannya.
Ajaran amir Jamaah Anshar Daulah Khilafah Nusantara itu yang menjadi salah satu pendorong Afif ikut pelatihan di Jalin Jantho. Hasil pelatihan yang antara lain dipakai untuk beraksi di kawasan Thamrin pada Kamis (14/1/2016) pagi. Aksi terakhir Afif sebagai teroris.(Kris Razianto Mada)
Simak tulisan bagian kedua: Pecah di Irak, Berpisah di Indonesia, Meledak di Sarinah
Tulisan ini sebelumnya tayang di Kompas Siang edisi Sabtu (16/1/2016).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.