Percakapan ketiganya terkait renegosiasi kontrak PT Freeport. Diduga, ada pencatutan nama Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla terkait permintaan saham Freeport.
Pengacara Setya Novanto, Firman Wijaya, tak mau menanggapi lebih jauh mengenai kemarahan Jokowi.
Ia meminta semua pihak menghormati proses yang tengah berjalan di Mahkamah Kehormatan Dewan.
"Kita harap semua pihak hormati proses (di MKD)," kata Firman sebelum menemui Novanto di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (8/12/2015).
Menurut dia, Setya Novanto selama ini menghargai proses penegakan kode etik yang berlangsung di MKD.
Oleh karena itu, ia enggan banyak berkomentar mengenai kasusnya.
"Beliau ingin fokus pada pemeriksaan. Itu spirit beliau sebagai suara representatif Dewan dan tidak boleh memberikan pandangan yang missleading atau opini yang tidak jelas," ujar Firman.
Menurut Firman, opini publik terkait kasus pencatutan nama Presiden dan Wapres untuk mendapat saham PT Freeport ini akan terus berkembang dari waktu ke waktu.
Jika Novanto hanya menanggapi opini publik, hal itu tak akan berujung.
Sebelumnya, pada Senin petang, Jokowi sempat memberi pernyataan kepada media mengenai persiapan pelaksanaan pilkada serentak.
Saat itu, Jokowi masih terlihat tenang. Namun, raut wajah dan suaranya mendadak berubah ketika ditanya mengenai proses persidangan yang berjalan di MKD.
"Saya tidak apa-apa dikatakan Presiden gila! Presiden sarap, Presiden koppig, tidak apa-apa. Tetapi, kalau sudah menyangkut wibawa, mencatut meminta saham 11 persen, itu yang saya tidak mau. Tidak bisa. Ini masalah kepatutan, kepantasan, moralitas. Itu masalah wibawa negara," ungkap Jokowi dengan nada tinggi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.