Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kata Fahri Hamzah, Terlalu Kecil Proyek Gedung DPR "Ditukar" APBN 2016

Kompas.com - 05/11/2015, 14:00 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Fahri Hamzah menampik anggapan bahwa pemerintah dan DPR telah "berselingkuh" terkait lolosnya anggaran pembangunan gedung baru DPR.

Dia menganggap, biaya pembangunan gedung baru DPR sangat kecil nilainya apabila harus ditukar dengan meloloskan APBN 2016.

Di dalam APBN 2016, terdapat anggaran sebesar Rp 740 miliar untuk pembangunan tujuh megaproyek kompleks DPR. (Baca: Menkeu Sebut Pemerintah Tak Berhak Larang DPR Bangun Gedung Baru)

"Terlalu kecil itu. Itu kan bukan urusan pribadi, itu urusannya pemerintah. Coba dilihat gambar besarnya, jangan dilihat main kecil begitu," kata Fahri seusai bertemu Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (5/11/2015).

Dia mengaku sudah menjelaskan soal alokasi anggaran itu kepada Presiden Jokowi pada pertemuan siang tadi. (Baca: Kumpul di Istana, Ini yang Dibahas Jokowi dan Pimpinan DPR)

Politisi Partai Keadilan Sejahtera itu mengatakan bahwa DPR tidak akan mengintervensi proses pembangunan gedung itu karena sudah menjadi kewenangan Sekretariat Jenderal DPR.

Selain itu, kata Fahri, pembangunan gedung baru itu sudah sangat dibutuhkan, terutama ruang kerja anggota Dewan.

Dia menyebutkan, saat ini sudah ada 3.500 orang staf sehingga membutuhkan ruangan yang lebih luas.

"Ada lembaga assessment yang menentukan layak atau tidak. Silakan tanya ke Sekjen, gedung DPR kita ini sudah disuntik berkali-kali dan banyak masalah yang kami khawatirkan," kata Ketua Tim Implementasi dan Reformasi Parlemen itu.

Dianggap transaksional

Pengesahan APBN 2016 sempat berlangsung alot di DPR. Gara-garanya, banyak partai yang mempersoalkan alokasi penyertaan modal negara (PMN) bagi badan usaha milik negara (BUMN) yang tak perlu.

Namun, pada sidang paripurna, semua partai akhirnya sepakat mengesahkan APBN tersebut dengan catatan PMN ditunda untuk masuk dalam APBN-P 2016.

Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia Lucius Karus mengatakan, hubungan antara DPR dan pemerintah cenderung dibangun di atas relasi transaksional. Lolosnya anggaran itu membuktikan sinyalemen tersebut.

"Ini modus yang sudah sangat biasa terjadi dalam relasi DPR dengan pemerintah. Kompromi-kompromi dilakukan dengan begitu mudah untuk meloloskan anggaran yang sudah sekian lama ditolak publik," kata Lucius, Minggu (1/11/2015), seperti dikutip harian Kompas.

Sementara itu, Ketua DPD Irman Gusman protes lantaran pihaknya tak mendapat anggaran untuk membangun gedung baru dalam APBN 2016.

DPD menuding, DPR dan pemerintah telah memainkan politik transaksional sehingga DPR justru mendapat jatah pembangunan gedung baru. (Baca: DPR Akan Bangun Gedung, Ketua DPD Sebut Pemerintah Diskriminatif, Transaksional)

"Pemerintah sekarang ini diskriminatif, hanya transaksional saja. Ada tawar-menawar (dengan DPR), sementara kami memberikan pertimbangan yang lebih konstitusional," kata Irman saat dihubungi, Selasa (3/11/2015) malam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com