Kita rasanya tak cukup lagi mengandalkan "baik" dan "benar", tetapi memerlukan soal kecermatan, keapikan, dan kesantunan, ketika kita melihat fakta-fakta orang Indonesia berbahasa Indonesia.
Kita perlu berbahasa Indonesia secara cermat, apik, dan santun. Kecermatan berkelindan dengan kegramatikalan dan kebernalaran.
Keapikan berkaitan dengan estetika bertutur yang mengatarsis jiwa. Adapun kesantunan berasosiasi dengan pengelolaan etika bercakap.
Berbahasa Indonesia secara cermat adalah berbahasa yang bernalar, berbahasa Indonesia secara apik adalah berbahasa yang menggugah, dan berbahasa secara santun adalah berbahasa yang mengajak dan merangkul.
Inilah tiga tanda penting semesta budi bahasa Indonesia. Dari titik inilah kita mulai kembali bergegas membuat pemuliaan kedua atas bahasa Indonesia: berbahasa untuk membangun perjumpaan Indonesia dalam merawat kebinekaan dalam segala aspek kebangsaan kita.
Gufran Ali Ibrahim
Guru Besar Antropolinguistik Universitas Khairun, Ternate; Kepala Pusat Pembinaan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemdikbud
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 2 November 2015, di halaman 7 dengan judul "Memuliakan Bahasa Indonesia".