Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memuliakan Bahasa Indonesia

Kompas.com - 02/11/2015, 18:00 WIB

Bahasa tak hanya dipersepsi sebagai realitas linguistik semata. Bahasa Indonesia dipilih untuk memperjumpakan keragaman dan meletakkan kepelbagaian sebagai kekayaan bangsa.

Dengan cara ini, mereka telah melampaui sekat atau demarkasi linguistik, lalu masuk ke dalam suatu ruang bersama, bercakap, membangun dialog, untuk membentuk suatu bangsa yang bineka.

Kalau kecakapan bertutur pada bahasa masing-masing adalah fakta alamiah makhluk yang bercakap-cakap (animal speaking), maka bersepakat memilih satu bahasa untuk membangun percakapan dan menyemai perjumpaan dalam relasi keberbedaan dan kepelbagaian adalah kehalusan dan ketinggian budi (bahasa) dan gerakan pemuliaan bahasa Indonesia.

Delapan puluh tahun lalu bahasa Indonesia memang telah dimuliakan, kemudian mengikat erat kita ke dalam rumah besar Indonesia, tetapi dalam satu-dua dekade terakhir kita mengamati begitu banyak tampilan berbahasa kita yang menarik sekaligus mencemaskan.

Menarik karena sebagai bangsa kita telah membawa bahasa nasional kita, bahasa Indonesia, ke tingkat kemajuan yang bisa mewadahi pertumbuhan peradaban Indonesia.

Bahasa Indonesia kini telah mengalami metamorfosis linguistik yang begitu hebat, dari bahasa pepatah-petitih menjadi bahasa yang lugas-rasional, dari bahasa yang "meliuk-liuk" ke bahasa yang lurus-linier, dari bahasa yang berkelimpahan menjadi bahasa yang ajek-padat.

Akan tetapi, di sisi lain, kemajuan bahasa ini mencemaskan karena saat yang bersamaan-dalam satu dekade terakhir, terutama setelah reformasi-kita pun menyaksikan bahasa Indonesia jadi begitu "binal".

Tindak-tutur kita dalam perhelatan pemilihan kepala daerah, dalam kegaduhan yang dipertontonkan elite politik, tindak-tutur kita dalam perkelahian antarpelajar dan antarmahasiswa, antarkampung, antara pedagang dan satuan polisi pamong praja, bukan lagi bahasa yang merangkul, bukan lagi bahasa yang mengajak, bukan pula bahasa yang memuliakan.

Bahasa kita pun jadi bahasa permusuhan, saling mengenyahkan, bahasa kelompok, bahasa yang menghinakan kemanusiaan kita.

Meski berjumpa, bahasa kita bukan bahasa dialogis, tetapi bahasa monologis. Kita bertutur dengan orang lain, tetapi kita tidak berdialog.

Bahasa kita adalah bahasa klaim. Berbahasa untuk memaksa didengarkan, tetapi enggan mendengarkan.

Bahasa kita adalah bahasa kelompok dan persona sosial kita adalah "kami" dan "mereka". Deiksis sosial kita adalah "di sini" dan "di sana".

Kami "di sini" dan mereka "di sana". Pula, ke-"di sini"-an dan ke-"di sana"-an bukanlah posisi koeksistensi, tetapi ruang oposisi, saling menyisihkan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Izin Usaha Tambang Ormas Keagamaan, Pimpinan Komisi VII Ingatkan Prinsip Kehati-hatian dan Kepatutan

Soal Izin Usaha Tambang Ormas Keagamaan, Pimpinan Komisi VII Ingatkan Prinsip Kehati-hatian dan Kepatutan

Nasional
Jokowi Pastikan Beras Bansos Berkualitas Premium, Tak Berwarna Kuning dan Hitam

Jokowi Pastikan Beras Bansos Berkualitas Premium, Tak Berwarna Kuning dan Hitam

Nasional
Minta Pemerintah Tetapkan Jadwal Pelantikan Kepala Daerah, Ketua KPU: Kalau Tak Ada, Bakal Repot

Minta Pemerintah Tetapkan Jadwal Pelantikan Kepala Daerah, Ketua KPU: Kalau Tak Ada, Bakal Repot

Nasional
Terima Kunjungan Delegasi Jepang, Kepala BNPT Perkenalkan Program Deradikalisasi

Terima Kunjungan Delegasi Jepang, Kepala BNPT Perkenalkan Program Deradikalisasi

Nasional
Mutasi Polri, Brigjen Suyudi Ario Seto Jadi Kapolda Banten, Brigjen Whisnu Hermawan Jadi Kapolda Sumut

Mutasi Polri, Brigjen Suyudi Ario Seto Jadi Kapolda Banten, Brigjen Whisnu Hermawan Jadi Kapolda Sumut

Nasional
Pakar Hukum Minta Bandar Judi Online Dijerat TPPU

Pakar Hukum Minta Bandar Judi Online Dijerat TPPU

Nasional
Pemerintah Tak Bayar Tebusan ke Peretas PDN, Data Kementerian/Lembaga Dibiarkan Hilang

Pemerintah Tak Bayar Tebusan ke Peretas PDN, Data Kementerian/Lembaga Dibiarkan Hilang

Nasional
Pimpinan Komisi VII Wanti-wanti Pengelolaan Tambang Ormas Rentan Ditunggangi Konglomerat

Pimpinan Komisi VII Wanti-wanti Pengelolaan Tambang Ormas Rentan Ditunggangi Konglomerat

Nasional
745 Personel Polri Dimutasi, Kadiv Propam Irjen Syahardiantono Naik Jadi Kabaintelkam

745 Personel Polri Dimutasi, Kadiv Propam Irjen Syahardiantono Naik Jadi Kabaintelkam

Nasional
Pesan Panglima TNI untuk Pilkada 2024: Jika Situasi Mendesak, Tugas Prajurit Melumpuhkan, Bukan Mematikan

Pesan Panglima TNI untuk Pilkada 2024: Jika Situasi Mendesak, Tugas Prajurit Melumpuhkan, Bukan Mematikan

Nasional
Pemerintah Akui Tak Bisa Pulihkan Data Kementerian/Lembaga Terdampak Peretasan PDN

Pemerintah Akui Tak Bisa Pulihkan Data Kementerian/Lembaga Terdampak Peretasan PDN

Nasional
Pilkada 2024, TNI Siapkan Personel Cadangan dan Alutsista jika Situasi Mendesak

Pilkada 2024, TNI Siapkan Personel Cadangan dan Alutsista jika Situasi Mendesak

Nasional
Soal Anggota Dewan Main Judi Online, Johan Budi: Bukan Lagi Sekadar Kode Etik, tapi Sudah Pidana

Soal Anggota Dewan Main Judi Online, Johan Budi: Bukan Lagi Sekadar Kode Etik, tapi Sudah Pidana

Nasional
Belum Ada Pendaftar di Hari Pertama Pendaftaran Capim dan Dewas KPK

Belum Ada Pendaftar di Hari Pertama Pendaftaran Capim dan Dewas KPK

Nasional
Puan Bicara Peluang PDI-P Usung Kader Sendiri di Pilkada Jakarta, Sebut Banyak yang Menonjol

Puan Bicara Peluang PDI-P Usung Kader Sendiri di Pilkada Jakarta, Sebut Banyak yang Menonjol

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com