JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah mengaku masih belum bisa memberikan hasil optimal kepada masyarakat selama Kabinet Kerja pimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) bekerja satu tahun ini. Jokowi bahkan kerap menyebut bahwa tahun pertamanya bekerja adalah "tahun yang pahit".
Pada tahun pertama itu, pemerintah lebih fokus membangun fondasi ekonomi dalam negeri yang kuat.
"Berkali-kali Presiden menyatakan bahwa memang ini tahun yang pahit. Dengan pencabutan subsidi BBM banyak kelas menengah yang tak senang. Kemudian pelambatan ekonomi ini memang pengaruhnya banyak," ujar Kepala Staf Presiden Teten Masduki di Istana Kepresidenan, Selasa (20/10/2015).
Namun, di saat seperti itu, Teten menyatakan pemerintah memutuskan fundamental ekonomi dari yang sebelumnya berbasis konsumsi kini dialihkan ke sektor produksi. Alhasil, pembangunan infrastruktur dan upaya industrialisasi digenjot di tahun pertama.
Pembangunan infrastruktur pun dialihkan yang sebelumnya Jawa sentris kini mulai menyebar di sisi lain Indonesia. Dengan penyediaan infrastruktur mulai dari listrik, jalan, dan transportasi, Teten mengungkapkan pemerintah yakin ke depan arah ekonomi Indonesia bisa ditopang dari industri.
Apalagi, lanjut dia, pemerintah juga berupaya memangkas perizinan dan membenahi sektor pengupahan tenaga kerja yang memberi kepastian kepada investor. Sementara di sektor pertanian, pemerintah juga berupaya mengalihkan kebiasaan Indonesia melakukan impor pangan.
Selama satu tahun ini, sebut Teten, Indonesia berhasil bertahan dengan tidak melakukan impor beras. Dengan demikian, Teten mengaku pemerintah jadi mengetahui kapasitas produksi beras sebenarnya di dalam negeri.
Upaya untuk meningkatkan produksi juga dilakukan melalui perbaikan irigasi dan bendungan. Menurut Teten, banyak pembenahan yang harus dilakukan pemerintahan saat ini akibat warisan pemerintahan masa lalu.
"Memang tahun ini bukan memanen tapi tahun pembenahan," ucap dia.
Teten menuturkan dengan pembenahan yang dilakukan saat ini, hasilnya baru akan terlihat 3-4 tahun mendatang.