Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sains dan Masa Depan Indonesia

Kompas.com - 10/09/2015, 15:05 WIB

Keempat, mereka memiliki banyak universitas dengan fokus pada riset yang bukan sekadar jargon. Riset dapat porsi besar di dalam kampus. Staf akademik bisa memilih untuk fokus pada perkuliahan, riset, atau gabungan keduanya. Di Indonesia, beratnya tugas perkuliahan yang harus ditanggung seorang dosen banyak dikeluhkan sebagai salah satu alasan minimnya output sains.

Kelima, universitas memberikan kepastian karier dan insentif kepada ilmuwan untuk tetap fokus dan berkarya supaya menghasilkan sains yang berkualitas. Sistem kenaikan pangkat yang menekankan pada produktivitas dan kualitas karya ilmiahnya berdasarkan penilaian sesama ilmuwan (bukan birokrat atau petugas administrasi) juga memastikan ilmuwan untuk fokus pada penelitian. Karena maju mundurnya karier seorang ilmuan bergantung pada output sainsnya. Universitas juga tak memberikan insentif berlebihan bagi jabatan struktural kampus sehingga jabatan struktural bukan menjadi tujuan utama karier seorang ilmuwan.

Keenam, mereka memiliki mahasiswa-mahasiswa PhD (S-3) dengan usia muda (25-30 tahun). Usia yang sering disebut ideal untuk menghasilkan penemuan baru. Gelar PhD dianggap sebagai modal awal karier seorang dosen atau peneliti, bukan akhir karier seorang dosen. Di Indonesia banyak yang memulai PhD-nya ketika usia sudah menginjak 30 tahun sehingga masa produktif pasca PhD pun menjadi pendek.

Tentu saja keenam hal di atas hanya sebagian dari karakteristik negara yang maju sainsnya. Pendidikan dasar dan menengah yang merangsang siswa tertarik pada sains, literasi sains masyarakat yang tinggi sehingga bisa membedakan antara sains dan pseudo-sains, dukungan media dengan pemberitaan sainsnya, dukungan swasta dalam adopsi teknologi serta peran filantropi dalam pendanaan merupakan bagian yang integral dari karakteristik negara dengan sains yang maju.

Apa yang bisa dilakukan?

Setidaknya ada dua hal yang bisa dilakukan untuk membangun sains Indonesia seperti yang dicita-citakan. Ini bukan usulan baru, melainkan harus terus dikampanyekan sampai terjadi perbaikan.

Pertama, pemerintah mau tidak mau harus meningkatkan investasinya di bidang sains. Peningkatan investasi yang cukup besar sehingga dalam jangka panjang bisa mendekati rata-rata dunia (sekitar 2 persen). Peningkatan anggaran ini bisa ditujukan untuk, tetapi tidak terbatas pada, peningkatan dana proyek penelitian yang diiringi pembenahan sistem alokasi supaya penelitian yang dilakukan berkualitas, penguatan lembaga yang sudah ada dan pembentukan lembaga penelitian atau universitas baru yang berbasis riset dengan segala fasilitasnya, dan peningkatan jumlah peneliti dibarengi dengan peningkatan kesejahteraannya.

Kerja sama antara AIPI dan Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan (LPDP Kementerian Keuangan) untuk membentuk Indonesian Science Fund (ISF) bagi pendanaan riset dasar merupakan langkah awal maju yang perlu diapresiasi. Namun, langkah ini perlu dilanjutkan dengan dukungan pemerintah yang lebih besar lewat Kementerian Riset, Teknologi, dan Pedidikan Tinggi dengan memperbaiki atau membuat sistem pendanaan riset yang kondusif bagi pengembangan sains.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Nasional
Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Nasional
'Presidential Club' Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

"Presidential Club" Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

Nasional
[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

Nasional
Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com