Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Revolusi Mental dan Konsekuensinya

Kompas.com - 09/09/2015, 15:02 WIB

Dengan demikian, berdasarkan kedua faktor ini, menurut saya, Jokowi-JK bertekad menyukseskan program lima tahun Nawacita—dengan sembilan agenda prioritas pemerintahnya—dengan bekal mental yang baru. Masalahnya sekarang, sampai di mana mental baru itu sudah dipahamidan mulai dilaksanakan oleh masyarakat? Apakah masyarakat paham bahwa keberhasilan program Nawacita akan sangat bergantung pada mental yang baru tersebut?

Sehubungan ini, saya perhatikan, Jokowi-JK telah terlebih dulu melakukan penyesuaian terhadap bentuk kepemimpinannya. Bentuk kepemimpinannya itu saya sebut kepemimpinan reformatif yang populistik.

Contoh kepemimpinan dimaksud diwujudkan dengan mempergunakan metode blusukan yang populer di kalangan rakyat dan komunikasi serta ungkapan-ungkapan yang kritis dan aspiratif. Pertanyaannya: mengapa perlu penyesuaian dengan bentuk kepemimpinan ini? Saya rasa karena Jokowi-JK memerlukan mobilisasi rakyat berdasarkan kekuatan kepercayaan dalam perjuangan kolaboratif berdasarkan perubahan dan pembaruan mental untuk menyukseskan program Nawacita tersebut.

Tiga indikasi

Sayangnya, penyesuaian kepemimpinan ini tidak diikuti dengan perkembangan di masyarakat. Selama 10 bulan pemerintahannya,masyarakat—terutama di birokrat pemerintahan dan kaum politisi serta kalangan penegak hukum—masih terbatas pemahaman dan pelaksanaannya. Salah satu sebabnya adalah adanya tendensi untuk mempertahankan mental yang biasa dan belum berubah. Mental yang cenderung melawan (inertia) yang bersifat busines as usual.

Indikasinya, di bidang birokrasi pemerintahan, masih tampak adanyapraktik-praktik yang menimbulkan kekacauan manajemen pemerintahan. Juga kebijakan-kebijakan yangtidak sinkron dan tepat, tindakan koruptif dan pelanggaran hukum. Contohnya, kejadian akhir-akhir ini, yaitu korupsi birokrasi tentang waktu bongkar muat (dwelling time) di pelabuhan.

Meski demikian, di pihak lain, saya akui ada elemen-elemen masyarakat—dalam hal ini masyarakat sipil—yang telah mempraktikkan mental baru untuk meningkatkan suksesnya pemerintahan bersih dan efektif. Isu-isu HAM, antikorupsi, pemborosan, dan ketidaktepatan anggaran pemerintah, pemikiran tentang sistem pemilu, dan lain-lain telah diangkat oleh Kontras, Komnas HAM, Setara, ICW, Formappi, dan sebagainya.

Sehubungan dengan hal tersebut, saya pun paham mengapa ada suara-suara yang menghendaki suatu perubahan atau reshuffle di birokrasi pemerintahan. Masyarakat saat ini cenderung menghendaki pejabat birokrasi pemerintahan berdasarkan keahlian serta integritas, bukanpejabat yang berasal dari orang yang dekat kekuasaan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Muhammadiyah Tak Menolak Izin Kelola Tambang, Masih Lakukan Kajian

Muhammadiyah Tak Menolak Izin Kelola Tambang, Masih Lakukan Kajian

Nasional
Kantor Presiden di IKN Bisa Digunakan Jokowi Pada Juli

Kantor Presiden di IKN Bisa Digunakan Jokowi Pada Juli

Nasional
Data di 282 Layanan Kementerian/Lembaga Hilang Imbas Peretasan PDN, Hanya 44 yang Punya 'Back Up'

Data di 282 Layanan Kementerian/Lembaga Hilang Imbas Peretasan PDN, Hanya 44 yang Punya "Back Up"

Nasional
Bansos Presiden Pun Dikorupsi, Negara Rugi Rp 125 M

Bansos Presiden Pun Dikorupsi, Negara Rugi Rp 125 M

Nasional
Saat PPATK Ungkap 1.000 Lebih Anggota Dewan Main Judi Online

Saat PPATK Ungkap 1.000 Lebih Anggota Dewan Main Judi Online

Nasional
Hari Ini, Emirsyah Satar Jalani Sidang Tuntutan Pengadaan Pesawat di Maskapai Garuda

Hari Ini, Emirsyah Satar Jalani Sidang Tuntutan Pengadaan Pesawat di Maskapai Garuda

Nasional
Hari Ini, Sosok yang Ancam 'Buldozer' Kemenkominfo Jalani Sidang Vonis Perkara BTS 4G

Hari Ini, Sosok yang Ancam "Buldozer" Kemenkominfo Jalani Sidang Vonis Perkara BTS 4G

Nasional
Pakar IT Sebut Pemblokiran Tak Efektif Tuntaskan Persoalan Judi Online

Pakar IT Sebut Pemblokiran Tak Efektif Tuntaskan Persoalan Judi Online

Nasional
Basmi Judi Online: Urgen Penindakan, Bukan Pencegahan

Basmi Judi Online: Urgen Penindakan, Bukan Pencegahan

Nasional
Ungkap Alasan Ingin Maju Pilkada Jakarta, Sudirman Said Mengaku Dapat Tawaran dari Sejumlah Partai

Ungkap Alasan Ingin Maju Pilkada Jakarta, Sudirman Said Mengaku Dapat Tawaran dari Sejumlah Partai

Nasional
Respons PDI-P, Nasdem, dan PKB Usai Duet Anies-Sohibul Iman Diumumkan

Respons PDI-P, Nasdem, dan PKB Usai Duet Anies-Sohibul Iman Diumumkan

Nasional
Sudirman Said Mengaku Ingin Maju Pilkada Jakarta Bukan untuk Jegal Anies

Sudirman Said Mengaku Ingin Maju Pilkada Jakarta Bukan untuk Jegal Anies

Nasional
Peretasan Data Bais TNI, Kekhawatiran Bocornya Hal Teknis dan Operasi

Peretasan Data Bais TNI, Kekhawatiran Bocornya Hal Teknis dan Operasi

Nasional
Momen Jokowi Sapa Warga hingga Minum Es Teh di Mal Kota Palangkaraya

Momen Jokowi Sapa Warga hingga Minum Es Teh di Mal Kota Palangkaraya

Nasional
Gagal Lawan Peretas PDN, Pemerintah Pasrah Kehilangan Data Berharga

Gagal Lawan Peretas PDN, Pemerintah Pasrah Kehilangan Data Berharga

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com