Rombongan DPR menghadiri kampanye bakal calon presiden Amerika Serikat Donald Trump. Sejumlah anggota DPR pun melaporkan Setya dan Fadli ke Mahkamah Kehormatan Dewan atas dugaan melakukan pelanggaran kode etik. (Baca: Hadiri Kampanye Donald Trump, Ketua DPR Anggap Tak Langgar Kode Etik)
Selain Fadli dan Setya Novanto, ada juga sejumlah anggota DPR lainnya yang berangkat ke Amerika Serikat dan ikut menghadiri kampanye Donald Trump. Siapa saja mereka? (Baca: Agung Laksono Anjurkan Pimpinan DPR yang Temui Trump Minta Maaf kepada Rakyat)
Fadli Zon mengatakan, anggota DPR yang berangkat ke AS berjumlah 12 orang. Selain dia dan Novanto, ada pula Ketua Komisi III Aziz Syamsuddin, Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen Nurhayati Ali Assegaf, Ketua Badan Urusan Rumah Tangga Roem Kono, Wakil Ketua Komisi I Tantowi Yahya, Wakil Ketua Komisi VII Setya Yudha, Wakil Ketua Komisi V Michael Wattimena, anggota Komisi VI Juliari Batubara, dan anggota Komisi IV Robert Jopy. (Baca: Siapa Anggota DPR Lain yang Hadir di Kampanye Donald Trump?)
Menurut Fadli, tidak semua anggota DPR itu mengikuti pertemuan dengan Donald Trump.
"Juliari dan Nurhayati tidak ikut," kata Fadli kepada Kompas.com, Senin (7/9/2015) malam.
Selain itu, tambah Fadli, ada pula dua anggota DPR yang baru akan menyusul saat kunjungan ke Washington DC. Mereka adalah anggota Komisi V Markus Nari dan Umar Arsal. Kedatangan rombongan DPR ke AS ini memang dijadwalkan mengunjungi empat kota, yakni New York, Los Angeles, San Francisco, dan Washington DC. Rombongan yang berangkat tak hanya anggota DPR, tetapi ada pula sejumlah staf dan ajudan yang Fadli tidak hafal jumlah dan nama-namanya.
Jumlah rombongan pun menjadi semakin bertambah dengan ikut sertanya tiga orang istri dan satu orang anak anggota DPR. Menurut Fadli, anggota yang membawa serta istrinya yakni Setya Novanto, Roem Kono, dan Robert Joppy Kardinal. Adapun yang membawa putranya adalah Nurhayati Ali Assegaf.
Fadli menilai, mengajak serta sanak keluarga dalam kunjungan kerja anggota DPR seperti itu merupakan hal yang lumrah. Apalagi, anggota keluarga tersebut tak ikut dibiayai oleh negara.
"Tidak usah dibesar-besarkan. Mereka semua bayar masing-masing," kata Wakil Ketua Umum Partai Gerindra ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.