Alinea sisipan berikutnya adalah "Peranannya yang tersendiri selama masa perjuangan kami tidak ada. Hanya Sukarnolah yang tetap mendorongnya ke depan. Aku memerlukan orang yang dinamakan 'pemimpin' ini karena satu pertimbangan. Aku memerlukannya oleh karena aku orang Jawa dan dia orang Sumatra dan di hari-hari yang demikian itu aku memerlukan setiap orang denganku. Demi persatuan aku memerlukan seseorang dari Sumatra. Dia adalah jalan yang paling baik untuk menjamin sokongan dari rakyat pulau yang nomor dua terbesar di Indonesia."
Menurut Asvi, dua alinea di atas tidak ada dalam naskah asli buku Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia yang terbit dalam bahasa Inggris.
Terkait perawatan kesehatan yang dinikmati Presiden Soekarno, Asvi Warman mencatat, salah seorang dokter yang merawat Soekarno di hari-hari terakhirnya sebagai "tahanan rumah" adalah seorang dokter hewan. Urine Soekarno ditengarai juga diperiksa di laboratorium Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.
"Ada surat Pangdam Siliwangi Mayjen HR Darsono yang melarang semua warga Jawa Barat untuk mengunjungi atau dikunjungi Soekarno," ujar Asvi.
Hal tragis lainnya, Soekarno ternyata tidak sanggup membayar biaya perawatan gigi di hari-hari terakhir hidupnya. Dokter gigi Oei Hong Kian berulang kali merawat gigi Soekarno secara sukarela. Terkadang, saat dirawat Oei Hong Kian, putra-putri Soekarno secara sembunyi-sembunyi mengunjungi ayah mereka.
Bonnie Triyana mengingatkan, Orde Baru cenderung punya kepentingan untuk menuliskan sejarah berdasarkan penafsiran sendiri, terlebih menyangkut masa transisi dari Orde Lama ke Orde Baru.
Kini, hal seperti itu jangan terulang lagi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.