Indonesia boleh jadi bangga karena memiliki Istana dengan ribuan koleksi seni berharga, terutama lukisan karya maestro kaliber dunia. Namun, koleksi berharga itu kurang mendapatkan perawatan yang layak. Ini karena minimnya anggaran negara dan ketiadaan tenaga ahli di Istana yang khusus merawat lukisan itu. Akibatnya, sebagian dari lukisan yang umumnya berusia cukup tua itu rusak, tak terurus, bahkan hilang.
Untuk merestorasi atau memperbaiki lukisan yang rusak itu pun bukan perkara mudah karena harus mendatangkan ahli bertaraf internasional. Anggaran negara yang tersedia jelas tak cukup untuk membayar restorator internasional. Sementara di dalam negeri juga belum ada restorator yang mumpuni untuk menanganinya.
Tanpa memerinci besarannya, Kepala Biro Pengelolaan Istana Adek Wahyuni mengatakan, anggaran perawatan benda seni koleksi Istana hanya berkisar ratusan juta rupiah per tahun. Oleh karena itu, perawatan yang bisa dilakukan sebatas membersihkan debu dan restorasi ringan yang tak butuh keahlian khusus. Alhasil, untuk membiayai restorasi berat pada lukisan-lukisan tua, seperti yang dilakukan terhadap dua lukisan Raden Saleh pada 2013, Setneg meminta bantuan pihak lain, seperti Yayasan Arsari Djojohadikusumo dan Goethe Institut.
Persoalan lain, informasi tentang sejarah dari koleksi-koleksi Istana itu masih minim. Upaya pendataan dan penelusuran koleksi Istana pernah dilakukan, tetapi hasilnya belum optimal. "Saya kewalahan dengan koleksi sebanyak itu, sementara di setiap Istana tak ada ahli seni rupa untuk menanganinya," kata Adek.
Pada era Presiden Soekarno, ada pelukis yang diberi tugas untuk merawat lukisan koleksi Istana. Dullah, Lee Man Fong, dan Lim Wasim adalah tiga pelukis Istana yang ditunjuk Soekarno merawat dalam periode yang berbeda. Sayangnya, hal seperti itu tak lagi dilakukan presiden-presiden berikutnya.
Kecuali, saat presiden kelima RI, Megawati Soekarnoputri. Megawati pernah menunjuk Krisna Danubrata sebagai Staf Khusus Presiden, dibantu Levana Taufan Soekarnoputra, untuk menata dan merawat koleksi Istana beserta desain interiornya. "Ternyata ada lukisan peninggalan Presiden Soekarno yang hilang karena rusak dan mungkin dicuri serta ada yang dipalsukan," tutur Levana saat dihubungi di Bandung, Jumat (22/5).
Menurut peneliti seni dan pengajar Fakultas Seni Rupa pada Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Mikke Susanto, diperlukan pemeliharaan yang memadai agar setiap tahun tak terjadi penurunan kualitas lukisan koleksi Istana. Untuk itu dibutuhkan perhatian dan kepedulian Presiden guna menyelamatkan dan melestarikan warisan seni di Istana yang tak ternilai harga dan sejarahnya. "Jika Presiden Joko Widodo memberikan apresiasi yang tinggi terhadap karya-karya seni koleksi di Istana, tentu bawahannya juga akan menyesuaikan," kata Mikke yang pernah jadi konsultan kurator Istana.
Apresiasi dari Presiden itu idealnya tak hanya diwujudkan dengan pengalokasian anggaran yang memadai untuk merawat koleksi seni Istana, tetapi juga dengan usaha memberikan makna akan kehadiran koleksi seni dalam setiap kegiatan di Istana. Usulan itu sederhana, tetapi cukup bermakna. Misalnya, koleksi Istana dijadikan latar belakang saat Presiden menggelar konferensi pers atau bertemu tamu negara. Dengan demikian, "roh" Istana hadir mewarnai dan ikut menghidupkan setiap aktivitas kenegaraan. Jangan seperti waktu Presiden Amerika Serikat George Bush ke Istana Bogor, sejumlah lukisan dan patung di ruang Istana yang sensual ditutupi kain karena dinilai porno.
Langkah konkret yang bisa diambil Presiden untuk menyelamatkan dan melestarikan karya seni koleksi Istana sebaiknya juga membentuk semacam dewan kurator istana. Dewan ini beranggota tenaga-tenaga ahli dan seni yang ditugasi untuk fokus memelihara koleksi Istana. Usulan ini pernah disampaikan kepada pemerintah lalu, tetapi tak direspons. Tanpa kesungguhan, seiring jalannya waktu, tak mustahil karya-karya itu akan semakin rusak dan sirna. (C Wahyu Haryo PS)
* Artikel ini terbit di harian Kompas edisi 23 Mei 2015 dengan judul "Merawat 'Roh' Istana Kepresidenan".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.