Ibu kota tak cuma menyisakan suka, tapi juga sedikit duka. Satu-satunya wakil Pelatnas Cipayung di partai puncak, Meirisa Cindy dan Nisak Puji Lestari, gagal pada final ganda dewasa putri. Mereka kalah dari Dian Fitriani dan Nadya Melati yang mewakili Pertamina Fastron, dua set langsung.
Meirisa menceritakan setelah pertandingan kalau performanya kurang maksimal. "Pergelangan tangan saya sedikit sakit saat bertanding tadi. Sayang sekali. Padahal harusnya bisa lebih mengimbangi permainan lawan," aku Meirisa.
Akan tetapi, Nisak mengingatkan kalau kiprah di Jakarta sudah melampaui ekspektasi. Sejatinya, mereka hanya membidik semifinal. "Semoga bisa lebih baik lagi di Bogor," ujarnya.
Kisah Nisak dan Meirisa juga dialami Hera Desiana Rachmawati di final tunggal dewasa putri. Setelah bertahan dalam dua set, atlet dari Mutiara Cardinal Bandung ini terpaksa mengakhiri set ketiga secara prematur karena kondisi fisiknya tak memungkinkan.
Kecewa tak cuma dirasakan Desiana, tapi juga sang lawan, Ganis Nurahmadani, bersimpati. "Awalnya, saya nothing to lose karena permainannya bagus meski sudah keluar dari Pelatnas. Sebenarnya kalau memang menang, saya maunya sampai selesai," katanya.
Majukan Bulu Tangkis Nasional
Banyak hal yang lebih penting ketimbang medali, hadiah total Rp 220 juta setiap seri, atau gengsi. Bagi atlet terutama yang muda, turnamen ini bisa menambah jam terbang. Sedangkan bagi pebulu tangkis nasional, ajang ini bisa jadi harapan untuk mendongkrak prestasi yang tengah redup belakangan.
Prestasi memang tak instan. Butuh pembinaan berjenjang untuk mencapainya. Itu disadari betul oleh Ketua Umum PP PBSI, Gita Wirjawan.
"Ajang Sirnas diharapkan bisa menjadi sebuah tolok ukur efektivitas pembinaan yang berkesinambungan di tanah air. Di samping itu, ini juga bisa memberikan kesempatan dan menguji kemampuan pemain muda di daerah untuk bertanding dengan pemain top nasional yang punya peringkat tinggi," papar Gita.
Sementara itu, mantan pebulu tangkis tunggal putra Indonesia, Taufik Hidayat, lebih menyoroti kontinuitas dan intensitas pertandingan guna membentuk pemain hingga mencapai level atas. Menurut Taufik, Djarum Sirkuit Nasional memberi kontribusi cukup besar.
"Pertandingan jadi semakin banyak dengan adanya Sirnas ini. Pastinya jam terbang pemain muda bertambah. Selain itu, pemain juga harus membenahi metode latihan, mental, fisik dan gizi. Sebab, sistem di Pelatnas sejauh ini masih monoton," ujar Taufik saat hadir di GOR Asia Afrika, Sabtu (16/5/2015).
Guna melihat kembalinya kejayaan bulu tangkis Indonesia, publik memang harus bersabar. Selama masa penantian, PBSI juga harus berbenah. Namun, stakeholder lain juga tak boleh berdiam diri. Jika boleh meminjam penuturan Tan Joe Hoek saat dianugerahi lifetime achievement pada 10 April lalu, "Swasta harus terlibat. Olahraga semakin mahal dan pemerintah tak bisa sendiri."
Hasil lengkap Sirkuit Nasional edisi Jakarta bisa dilihat di >>> http://www.djarumbadminton.com/sirkuit-nasional/info-kejuaraan/jadwal-pertandingan/#!/schedule/79/2015-05-16 (Adv)
Editor : JaluWisnuWirajati
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.