Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
ADVERTORIAL

Djarum Sirnas 2015: Catatan Juara dari Jakarta

Kompas.com - 18/05/2015, 08:44 WIB
Anju Christian

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Riuh terasa di GOR Asia Afrika, Senayan, Jakarta, sejak pukul 13.00 WIB pada Sabtu (16/5/2015). Bunyi tabuhan drum kecil dan teriakan datang dari sektor tribun penonton. Sementara itu, para pemain bergantian mengisi empat lapangan untuk bertanding. Hari itu merupakan puncak penyelenggaraan Djarum Sirkuit Nasional (Sirnas) Li Ling 2015 edisi Jakarta yang digelar sejak Sabtu (9/5/2015). Total 19 partai final menutup kiprah 1.275 atlet dari berbagai klub di sirkuit nasional seri ketiga tersebut.

Berbeda dari dua seri di Palembang dan Manado, kontestan seri ketiga di Jakarta lebih beragam karena diikuti oleh klub internasional. Terdapat wakil dari Malaysia, Taiwan, dan Jepang yang memperketat persaingan di sirkuit nasional edisi ketiga ini. Bahkan, ada tiga nomor perlombaan yang dimenangi oleh wakil dari delegasi Tomioka (Jepang), yakni ganda remaja campuran, tunggal remaja putri, dan ganda remaja putri.  

Kendati demikian, Indonesia masih menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Selain tiga nomor itu, wakil-wakil Indonesia merajai turnamen ini. Menariknya, hanya ada satu wakil pelatnas yang melangkah hingga ke final di nomor ganda dewasa putri. Namun, pasangan Meirisa Cindy Sahputri dan Nisak Puj Lestari gagal menjadi yang terbaik.

Hal tersebut membuktikan bahwa para atlet yang dibina sejumlah klub bulu tangkis tak kalah hebat dari yang tergabung di pelatnas. Tak ada klub yang terlalu mendominasi. Djarum Kudus menjadi klub pendulang gelar terbanyak dengan menjuarai empat nomor. Jumlah itu belum termasuk nomor ganda dewasa putra yang menjadi milik bersama pasangan gado-gado Fran Kurniawan (Djarum Kudus) dan Tri Kusuma Wardhana (Suryanaga Surabaya).

Djarum Kudus tidak bisa dikatakan mendominasi karena wakil Exist Jakarta, Mutiara Cardinal Bandung, dan Tomioka masing-masing meraih gelar di tiga nomor. Sementara enam nomor lainnya menjadi milik Pertamina Fastron (2 gelar), Jayakarta Jakarta, Tangkas Jakarta, JR Enkei,

Pertama dan Persembahan

Tersemat kata pertama dalam kesuksesan sejumlah atlet juara pada Djarum Sirnas Jakarta 2015. Ambil contoh Alamsyah Yunus dan Vega Vio Nirwanda. Keduanya meraih gelar perdana tahun ini.

Dalam final tunggal dewasa putra, Alamsyah menaklukkan Setyaldi Putra Wibowo dari Guna Dharma Bandung dengan skor 19-21, 21-8, dan 21-18.  Ia pun mendedikasikan gelar pembuka tahun ini untuk sang anak pertama yang baru lahir pada April. "Rasyid, ini Bapak persembahkan gelar juara untuk kamu," ungkap atlet dari JR Enkei ini.

Sebelumnya, Vega terlebih dulu mengalahkan atlet asal Taiwan, Chi Yu Jen, hanya dua set dengan skor 21-9 dan 21-8 dalam final tunggal taruna putra. Serupa dengan Alamsyah, Vega tak lupa keluarga.

"Saya persembahkan untuk kedua orang tua yang selalu mendukung setiap saat dan dalam kondisi apa pun. Gelar ini juga untuk paman saya yang bulan lalu wafat," ujar pria yang baru turun dua kali di Djarum Sirnas tahun ini.

Menatap Bogor

Vega tak terlena meski sudah naik podium di ibu kota. Masih tersisa tujuh kota untuk ajang Djarum Sirnas sepanjang 2015. Terdekat adalah Sirnas Jawa Barat di Bogor pada Senin (18/5/2015) hingga  Sabtu (23/5/2015). Ia pun kembali membidik medali di kota hujan. "Semoga saya bisa mencapainya (juara di Bogor),” ujar dia.

Ambisi yang sama juga diembuskan sejumlah kampiun lain. Misalnya juara tunggal taruna putri dari klub Tangkas Jakarta, Vioni Florencya. Ia tak puas meski sudah mengantongi dua gelar tahun ini. Pasalnya, ia ingin menambah catatan prestasi di curriculum vitae-nya demi berlabuh di Cipayung, tempat pelatnas bulutangkis digelar.

"Semoga bisa terus juara dan bisa cepat bergabung dengan Pelatnas. Karena saya yakin permainan bisa lebih berkembang jika di Pelatnas," ujar Vioni yang sudah berlatih sejak tiga bulan lalu untuk perhelatan di Jakarta ini.

Ketika Fisik Tak Merestui

Ibu kota tak cuma menyisakan suka, tapi juga sedikit duka. Satu-satunya wakil Pelatnas Cipayung di partai puncak, Meirisa Cindy dan Nisak Puji Lestari, gagal pada final ganda dewasa putri. Mereka kalah dari Dian Fitriani dan Nadya Melati yang mewakili Pertamina Fastron, dua set langsung.

Meirisa menceritakan setelah pertandingan kalau performanya kurang maksimal. "Pergelangan tangan saya sedikit sakit saat bertanding tadi. Sayang sekali. Padahal harusnya bisa lebih mengimbangi permainan lawan," aku Meirisa.

Akan tetapi, Nisak mengingatkan kalau kiprah di Jakarta sudah melampaui ekspektasi. Sejatinya, mereka hanya membidik semifinal. "Semoga bisa lebih baik lagi di Bogor," ujarnya.

Kisah Nisak dan Meirisa juga dialami Hera Desiana Rachmawati di final tunggal dewasa putri. Setelah bertahan dalam dua set, atlet dari Mutiara Cardinal Bandung ini terpaksa mengakhiri set ketiga secara prematur karena kondisi fisiknya tak memungkinkan.
 
Kecewa tak cuma dirasakan Desiana, tapi juga sang lawan, Ganis Nurahmadani, bersimpati. "Awalnya, saya nothing to lose karena permainannya bagus meski sudah keluar dari Pelatnas. Sebenarnya kalau memang menang, saya maunya sampai selesai," katanya.

Majukan Bulu Tangkis Nasional

Banyak hal yang lebih penting ketimbang medali, hadiah total Rp 220 juta setiap seri, atau gengsi. Bagi atlet terutama yang muda, turnamen ini bisa menambah jam terbang. Sedangkan bagi pebulu tangkis nasional, ajang ini bisa jadi harapan untuk mendongkrak prestasi yang tengah redup belakangan.

Prestasi memang tak instan. Butuh pembinaan berjenjang untuk mencapainya. Itu disadari betul oleh Ketua Umum PP PBSI, Gita Wirjawan.

"Ajang Sirnas diharapkan bisa menjadi sebuah tolok ukur efektivitas pembinaan yang berkesinambungan di tanah air. Di samping itu, ini juga bisa memberikan kesempatan dan menguji kemampuan pemain muda di daerah untuk bertanding dengan pemain top nasional yang punya peringkat tinggi," papar Gita.

Sementara itu, mantan pebulu tangkis tunggal putra Indonesia, Taufik Hidayat, lebih menyoroti kontinuitas dan intensitas pertandingan guna membentuk pemain hingga mencapai level atas. Menurut Taufik, Djarum Sirkuit Nasional memberi kontribusi cukup besar.

"Pertandingan jadi semakin banyak dengan adanya Sirnas ini. Pastinya jam terbang pemain muda bertambah. Selain itu, pemain juga harus membenahi metode latihan, mental, fisik dan gizi. Sebab, sistem di Pelatnas sejauh ini masih monoton," ujar Taufik saat hadir di GOR Asia Afrika, Sabtu (16/5/2015).

Guna melihat kembalinya kejayaan bulu tangkis Indonesia, publik memang harus bersabar. Selama masa penantian, PBSI juga harus berbenah. Namun, stakeholder lain juga tak boleh berdiam diri. Jika boleh meminjam penuturan Tan Joe Hoek saat dianugerahi lifetime achievement pada 10 April lalu, "Swasta harus terlibat. Olahraga semakin mahal dan pemerintah tak bisa sendiri."

Hasil lengkap Sirkuit Nasional edisi Jakarta bisa dilihat di >>> http://www.djarumbadminton.com/sirkuit-nasional/info-kejuaraan/jadwal-pertandingan/#!/schedule/79/2015-05-16 (Adv)

Editor : JaluWisnuWirajati

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com