Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Kaji Ulang Aturan Larang PNS Rapat di Hotel

Kompas.com - 12/03/2015, 22:46 WIB

TANJUNG PINANG, KOMPAS.com — Menteri Pariwisata Arief Yahya menyatakan, pemerintah akan mengevaluasi aturan aparat pemerintah menggelar rapat di hotel karena pengusaha perhotelan mengeluhkan kebijakan itu.

"Kami akan berkoordinasi dengan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi terkait masalah itu. Mudah-mudahan diperoleh jalan keluarnya," katanya saat melakukan kunjungan kerja di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau (Kepri), Kamis (12/3/2015).

Dia mengatakan, aspirasi yang disampaikan pengusaha perhotelan dan restoran sudah ditampung Kementerian Pariwisata. Aspirasi itu akan disampaikan kepada Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

"Ini harus dicari solusi yang tepat," katanya. (Baca: Mulai Desember, Tak Ada Lagi Rapat di Hotel!)

Sebelumnya pengusaha perhotelan di Tanjung Pinang terpaksa mengurangi tenaga kerja karena pendapatan berkurang setelah ada larangan rapat di hotel bagi aparat pemerintah, kata Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia Kota Tanjung Pinang Alexander Ang.         

"Pendapatan hotel berkurang, karena itu pihak perhotelan terpaksa tidak memperpanjang kontrak kerja karyawan," kata dia di Tanjung Pinang, Rabu.

Menurut dia, wisatawan domestik dan mancanegara yang menginap di hotel sangat sedikit. Artinya, pendapatan yang bersumber dari turis tidak dapat diandalkan.

"Mereka menginap di kamar hotel hanya sebentar. Jumlah mereka juga sedikit pada hari libur," ujarnya.

Alexander mengemukakan, sejak beberapa tahun lalu hotel bisa bertahan dan mendapat keuntungan dari pemerintah. Rapat-rapat di ruang rapat yang disiapkan di hotel selalu terisi sebelum pemerintah melarang rapat di hotel. (Baca: Mendagri Larang Pejabat Pemerintah Pusat dan Kepala Daerah Rapat di Hotel)

Selain itu, lanjutnya, kamar-kamar hotel juga selalu terisi oleh tamu-tamu dari pemerintah sehingga hotel mendapat keuntungan. Sampai sekarang masih ada tamu-tamu dari pemerintahan yang menginap di hotel, tetapi jumlahnya tidak banyak.

"Mereka menginap di hotel, tapi rapat tetap dilaksanakan di ruang rapat kantor pemerintahan. Ini yang membuat pengusaha perhotelan terpukul," katanya.

Menurut dia, ketergantungan usaha perhotelan dengan pemerintah selama ini cukup tinggi, bahkan 80-90 persen pendapatan beberapa hotel bersumber dari anggaran yang dikelola pemerintah. Kondisi ini dapat membuat usaha perhotelan gulung tikar.

Namun, ada hotel yang hanya 35-50 persen mengandalkan pendapatan yang bersumber dari anggaran pemerintahan. (Baca: JK: Tak Ada Alasan Rapat di Hotel, Buat Apa Ada Skype?)

Tanjung Pinang, kata dia, memiliki 50 hotel yang sebagian besar pendapatannya bersumber dari pemerintahan. Beberapa wisma dan hotel yang berukuran kecil memang tidak terpengaruh dengan kebijakan pemerintah tersebut.

"Selama ini memang pemerintah memilih hotel-hotel tertentu untuk rapat dan menginap," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Nasional
Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Nasional
Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

Nasional
Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com