JAKARTA, KOMPAS.com — Tragedi jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 pada pengujung tahun 2014 membuat luka yang mendalam. Tidak hanya menjadi duka bagi keluarga korban, kecelakaan pesawat AirAsia QZ8501 ini juga menjadi perhatian publik di seluruh dunia.
Berbagai daya dan upaya pun dikerahkan agar duka keluarga korban dapat terobati, mulai dari proses pencarian hingga pengangkatan korban agar dapat dikenali dan diserahkan ke pihak keluarga.
Namun, tidak banyak yang terungkap dari proses pencarian korban musibah jatuhnya pesawat AirAsia tersebut.
Dua orang nelayan Desa Kubu Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, pada saat derasnya hujan pada Minggu, 28 Desember 2014, sempat melihat pesawat berwarna putih dan merah itu terbang rendah.
"Awalnya saya tidak curiga. Tapi, pesawat itu jalan
mereng (oleng). Saya pikir hebat sekali orangnya jalankan pesawat," ungkap Hatman.
Tidak lama setelah itu, Hatman yang sedang melaut bersama anaknya mendengar suara seperti petir yang menurut mereka hujan akan reda.
Selain mewawancarai dua orang nelayan tersebut, Aiman Witjaksono juga bertemu dengan kapten kapal Basarnas yang menceritakan bagaimana proses pengangkatan korban dilakukan.
Presenter senior
Kompas TV tersebut juga menelusuri kenapa korban yang berhasil diangkat harus dibawa ke Rumah Sakit Sultan Imanudin Pangkalan Bun, Kalimatan Tengah.
Simak penelusuran dan wawancara Aiman Witjaksono bersama para pahlawan penyelamat tragedi pesawat AirAsia QZ8501 pada program
AIMAN yang ditayangkan di
KompasTV malam ini pukul 20.00 WIB. (
KompasTV/Ike Kesuma)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.