Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KMP Diprediksi "Mengekor" Golkar Tolak Perppu Pilkada

Kompas.com - 04/12/2014, 07:08 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Indria Samego, menilai, keputusan Partai Golkar menolak Perppu No 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Daerah akan menjadi indikator bagi partai-partai politik anggota Koalisi Merah Putih (KMP) untuk mengikutinya. Dalam Musyawarah Nasional IX, Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie menginstruksikan Fraksi Golkar di DPR untuk menolak Perppu yang diterbitkan pada era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono itu.

"Keputusan Partai Golkar yang disampaikan dalam forum Munas IX di Bali ini akan menjadi wujud kekuatan KMP di parlemen," kata Indria, dalam diskusi tentang arah parlemen, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (3/12/2014).  

Menurut Indria, arah parlemen selama lima tahun ke depan akan ditentukan oleh arah dua kekuatan politik di dalamnya, yakni Koalisi Indonesia Hebat (KIH) dan KMP.

"Sikap Partai Golkar ini akan menjadi wujud kekuatan KMP di parlemen," katanya.

Oleh karena itu, menurut dia, dinamika di parlemen dan konstelasi politik di parlemen akan bergantung pada manuver kedua koalisi. Lalu, bagaimana dengan DPD? Menurut Indria, dalam konteks pilkada, DPD RI mendukung pelaksanaan pilkada langsung yang sudah berjalan selama 12 tahun terakhir.

"Namun, dengan adanya penolakan dari Partai Golkar dan jika diikuti oleh partai-partai politik lain di KMP, peluang untuk mengganti UU Pilkada menjadi Perppu Pilkada semakin sulit," katanya.

Indria menjelaskan, jika mendorong pelaksanaan pilkada langsung, DPD RI dapat melakukan lobi kepada Partai Demokrat yang menyatakan memosisikan diri dalam posisi netral.

Posisi Partai Demokrat, kata dia, meskipun dalam beberapa hal mendukung KMP, dalam konteks Perppu No 1 Tahun 2014 dapat diharapkan sebagai penyeimbang KMP.

Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Hasanuddin Makassar, Andi Suryadi Culla, menambahkan, perubahan pelaksanaan pilkada dari pilkada secara langsung menjadi pilkada melalui DPRD yang diusulkan oleh partai-partai politik anggota KMP mengabaikan aspirasi masyarakat.

"Usulan perubahan pelaksanaan pilkada ini lebih kepada ingin menunjukkan kekuatan koalisi, tetapi mengabaikan aspirasi masyarakat," katanya.

"Padahal, pilkada langsung ini sudah dilaksanakan selama 12 tahun pada era reformasi dan terbukti telah banyak melahirkan pimpinan daerah dari tengah masyarakat," ujar Andi Suryadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com