Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korupsi dan Asimetris Informasi

Kompas.com - 25/11/2014, 14:00 WIB

Dari sisi permintaan, langkah strategis itu belum tentu disambut oleh warga dan komunitas perairan (petani ikan, nelayan, organisasi petani dan nelayan, LSM, dan lain-lain). Permintaan publik terhadap data dan informasi tata kelola kelautan dan perikanan masih tipis dan lemah. Ini berbeda dengan warga dan komunitas daratan (perkotaan, kehutanan) yang permintaan publiknya sudah relatif terbentuk dan cukup kuat. Lemahnya aspek permintaan publik ini bisa membuat UU Keterbukaan Informasi Publik kurang efektif.

Artikulasi dan aksentuasi keterbukaan informasi yang diajukan Susi juga bisa beresonansi pada makin pentingnya penguatan dan pendalaman peran Indonesia dalam OGP. OGP yang didirikan pada 2011 merupakan wadah kerja sama internasional yang anggotanya adalah pemerintah yang mempromosikan keterbukaan, akuntabilitas, dan daya tanggap yang cepat kepada warganya. Indonesia termasuk delapan negara deklarator inisiatif kemitraan ini. Sekarang anggota OGP sudah 65 negara. Praksis keterbukaan informasi yang dikembangkan Indonesia, khususnya yang akan dikembangkan Kementerian Kelautan dan Perikanan, bisa menjadi contoh dan inspirasi bagi negara lain.

Di atas semua implikasi itu, yang paling substansial adalah pesan politik yang ingin disampaikan, yakni bahwa rezim sekretif harus segera diakhiri. Sudah saatnya kita membangun tatanan kelola sumber daya publik, proses kebijakan, proses legislasi, dan proses yudisial dengan informasi yang lebih simetris. Itu hanya mungkin dicapai kalau kita bisa melakukan dua hal ini secara serius dan sistematis.

Pertama, memperkuat permintaan publik sehingga warga dan organisasi masyarakat sipil tidak hanya bisa meminta data dan informasi, tetapi juga—yang lebih penting dan strategis—adalah terampil meminta perlunya kerangka kelembagaan (peraturan dan organisasi) keterbukaan informasi publik yang lebih baik. Secara kelembagaan, UU Keterbukaan Informasi Publik dan peraturan lain yang terkait dengan itu perlu ditinjau ulang dan direvisi, disesuaikan dengan kebutuhan dan tantangan zaman. Secara organisasi, Komisi Informasi dan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi perlu memperbaiki tata kelola dan kinerjanya.

Kedua, penguatan dan pendalaman keterlibatan konstruktif warga dalam tata kelola sumber daya publik, proses kebijakan, proses legislasi, dan proses yudisial. Penguatan dan pendalaman keterlibatan warga ini bukan diabdikan untuk kelancaran dan kesuksesan satu periode jabatan menteri atau pemerintahan, melainkan untuk kesinambungan yang melampau batas-batas
usia rezim pemerintahan. Dunia yang lain, dengan informasi yang lebih simetris, tampaknya sangat mungkin.

Dedi Haryadi
Deputi Sekjen Transparansi Internasional Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com