Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

30 Menit Bersama Tank Leopard

Kompas.com - 24/11/2014, 13:32 WIB


KOMPAS.com - RABU (19/11) petang di Markas Komando Batalyon Kavaleri 8/2 Narasinga Wiratama di Kelurahan Beji, Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Beberapa tentara batalyon di bawah Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat itu menyalakan mesin tank Leopard, salah satu tank andalan TNI.

Mesin 20 tank Leopard yang berderet di garasi Markas Komando Batalyon Kavaleri (Yonkav) 8/2 itu lalu menderu bersama. Dua tank digerakkan keluar garasi.

”Jarang ada kesempatan tank Leopard keluar garasi. Jadi, ini peristiwa langka,” kata Komandan Yonkav 8/2 Narasinga Wiratama Mayor (Kav) Valian Wicaksono Mahdi.

Sosok dua tank berwarna variasi hitam-hijau-coklat itu sontak mendominasi pelataran di muka garasi. Setelah beberapa menit mesin dipanaskan, tank Leopard berjalan mengitari markas, keluar dari kawasan garasi.

Jalannya tank Leopard sore itu terlihat berat, namun mantap. Maklum, berat kosong tank buatan Jerman tersebut mencapai 52 ton dengan kapasitas mesin 47.600 cc.

Namun, ternyata kecepatan maksimal tank Leopard, seperti dikatakan Valian, bisa mencapai 68 kilometer per jam. Adapun saat mundur, tank bisa melaju hingga 31 kilometer per jam. Jadi, Leopard yang berjalan pelan Rabu sore itu lebih karena tank ketika itu hanya untuk parade di tengah press tour wartawan Kementerian Pertahanan.

Perjalanan singkat tank Leopard, primadona baru persenjataan TNI, yang hanya sekitar 30 menit disambut hangat warga markas Yonkav.

Beberapa anak yang baru saja selesai mengaji sore itu di masjid Yonkav berteriak-teriak gembira sembari melambaikan tangan. Anak-anak itu bahkan berlari mengikuti tank yang belum pernah dilihatnya. Sebagian anak yang naik sepeda juga mengayuh sepedanya mengiringi tank hingga kembali lagi masuk garasi.

Dongkrak kualitas

Valian mengatakan, pembelian tank Leopard yang nantinya sebanyak 41 unit mendongkrak standar persenjataan Republik Indonesia.

”Awalnya Indonesia hanya punya tank Scorpion yang tergolong tank ringan. Itu tank terbaik kita waktu itu. Setelah ada tank Leopard, artinya kita sudah punya tank berat atau heavy tank,” ujarnya.

Sebagai perbandingan, tank Scorpion hanya bisa menembak musuh dalam jarak 2 kilometer. Akibatnya, bisa jadi sebelum mendekati musuh dalam rentang jarak tersebut, Scorpion sudah bisa ditaklukkan tank musuh yang lebih canggih. Sementara tank Leopard bisa menembak musuh dalam jarak 4 kilometer.

”Gerakan tank Leopard juga ditunjang stabilizer sehingga bisa menembak sembari berjalan. Selain itu, kualitas pelindung lapis baja dan aplikasi pelindung lain juga lebih baik daripada jenis tank lain,” tambah Valian.

Lebih ringan

Yang juga menarik, tekanan jejak tank Leopard jika melintas di jalan raya lebih ringan ketimbang truk tronton. Dari penelitian tim Institut Teknologi Bandung, yang dikutip Valian, berat Leopard di jalan raya berkisar 8.908,0 newton per meter persegi. Adapun berat truk tronton di jalan raya mencapai lima kali lipatnya, yakni 44.285,71 newton per meter persegi.

Lebih ringannya tank Leopard di jalan raya dipengaruhi tekanan jejak yang merata karena model roda tank yang berlapis karet. Sementara truk tronton lebih berat karena terfokus di beberapa titik, dalam hal ini titik-titik ban truk berada.

Kepala Bidang Pemberitaan Kementerian Pertahanan Kolonel (Kal) Anton Santosa menambahkan, ”Ketika Indonesia hanya punya tank ringan seperti Scorpion, kita tidak diperhitungkan, bahkan di ASEAN.”

Maklum, ketika itu, negara-negara ASEAN lain sudah punya tank berat. Malaysia,
misalnya, sudah punya tank PT-91 produk Polandia. Sementara Vietnam dan Myanmar memiliki armada tank berat buatan Rusia.

”Waktu itu, sebelum kita punya Leopard, Indonesia hanya sejajar dengan Timor Leste dan Filipina,” kata Anton. (ADI PRINANTYO)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jaksa KPK Sebut Dana Rp 850 Juta dari SYL ke Nasdem untuk Keperluan Bacaleg

Jaksa KPK Sebut Dana Rp 850 Juta dari SYL ke Nasdem untuk Keperluan Bacaleg

Nasional
Nostalgia Ikut Pilpres 2024, Mahfud: Kenangan Indah

Nostalgia Ikut Pilpres 2024, Mahfud: Kenangan Indah

Nasional
Gibran Beri Sinyal Kabinet Bakal Banyak Diisi Kalangan Profesional

Gibran Beri Sinyal Kabinet Bakal Banyak Diisi Kalangan Profesional

Nasional
Menag Bertolak ke Saudi, Cek Persiapan Akhir Layanan Jemaah Haji

Menag Bertolak ke Saudi, Cek Persiapan Akhir Layanan Jemaah Haji

Nasional
Ide 'Presidential Club' Prabowo: Disambut Hangat Jokowi dan SBY, Dipertanyakan oleh PDI-P

Ide "Presidential Club" Prabowo: Disambut Hangat Jokowi dan SBY, Dipertanyakan oleh PDI-P

Nasional
Ganjar Pilih Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Hampir Dipastikan Berada di Luar Pemerintahan Prabowo

Ganjar Pilih Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Hampir Dipastikan Berada di Luar Pemerintahan Prabowo

Nasional
Jemaah Haji Kedapatan Pakai Visa Non Haji, Kemenag Sebut 10 Tahun Tak Boleh Masuk Arab Saudi

Jemaah Haji Kedapatan Pakai Visa Non Haji, Kemenag Sebut 10 Tahun Tak Boleh Masuk Arab Saudi

Nasional
BNPB Tambah 2 Helikopter untuk Distribusi Logistik dan Evakuasi Korban Longsor di Sulsel

BNPB Tambah 2 Helikopter untuk Distribusi Logistik dan Evakuasi Korban Longsor di Sulsel

Nasional
Luhut Ingatkan soal Orang 'Toxic', Ketua Prabowo Mania: Bisa Saja yang Baru Masuk dan Merasa Paling Berjasa

Luhut Ingatkan soal Orang "Toxic", Ketua Prabowo Mania: Bisa Saja yang Baru Masuk dan Merasa Paling Berjasa

Nasional
Mahfud Kembali ke Kampus Seusai Pilpres, Ingin Luruskan Praktik Hukum yang Rusak

Mahfud Kembali ke Kampus Seusai Pilpres, Ingin Luruskan Praktik Hukum yang Rusak

Nasional
[POPULER NASIONAL] Eks Anak Buah SYL Beri Uang Tip untuk Paspampres | Ayah Gus Muhdlor Disebut dalam Sidang Korupsi

[POPULER NASIONAL] Eks Anak Buah SYL Beri Uang Tip untuk Paspampres | Ayah Gus Muhdlor Disebut dalam Sidang Korupsi

Nasional
Ganjar: Saya Anggota Partai, Tak Akan Berhenti Berpolitik

Ganjar: Saya Anggota Partai, Tak Akan Berhenti Berpolitik

Nasional
Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com