Saat peringatan hari raya keagamaan, warga Boro bahu-membahu menyukseskan acara. ”Seperti upacara Hari Kantina, Oktober lalu, kami seluruh umat Buddha fokus beribadah. Adapun masyarakat beragama lain membantu kami dengan menjaga tempat ibadah dan lingkungan sekitar agar aman. Mereka membantu kami agar khusyuk beribadah. Panitia lain dikerjakan oleh umat Islam, Kristen, dan Katolik,” tutur Sugianto.
Saat Ramadhan beberapa bulan lalu, panitia keamanan pun bergantian, berasal dari umat Buddha serta Kristen dan Katolik. Selama sebulan mereka bekerja sama menjaga masjid dan lingkungan kampung.
”Yang punya acara tidak boleh ribut dengan urusan parkir atau keamanan. Kami yang tak beribadahlah yang bertanggung jawab agar situasi aman sehingga yang beribadah bisa khusyuk. Ini sudah menjadi kesadaran setiap warga, tak peduli agamanya apa,” tutur Suyono alias Kliwat (49), warga Dusun Buneng dan beragama Kristen.
Kliwat mengatakan, warga Boro sangat toleran. ”Saat dahulu di Dusun Mintolagan belum ada GKJW, umat Kristen beribadah di rumah warga. Tanpa dihalang-halangi, justru kepala desa mendorong kami untuk bisa membangun gereja. Akhirnya, umat Kristen Dusun Mintolagan pun bisa memiliki gereja,” ujar Kliwat.
Saking akrabnya masyarakat Desa Boro, setiap hari raya Waisak, Natal, dan Idul Fitri bisa dibilang semua warga turut merayakan. Saat Lebaran, warga non-Muslim datang bersilaturahim ke warga Muslim bersama majelis ibadah masing-masing. Begitu juga saat hari raya keagamaan lainnya.
”Saya pun saat Lebaran bisa tidak ke mana-mana selama seminggu penuh. Saya harus mengunjungi warga yang berlebaran di sini. Begitu juga saat Natal, saya tidak bisa keluar rumah selama tiga hari. Banyak warga lain mengunjungi dan memberi ucapan selamat,” ujar Kliwat.
Bukan hanya pada hari besar keagamaan warga Desa Boro bahu-membahu. Saat bersih dusun pun semua warga mendapat kesempatan berdoa sesuai agama masing-masing secara bergantian. Misalnya, di Dusun Buneng, malam hari sebelum bersih dusun, warga berdoa bersama demi kesejahteraan. Di sana ada umat beragama Kristen, Buddha, dan Islam sehingga doa pun dilakukan bergantian.
”Intinya sama, agar dusun aman dan warga dusun sejahtera,” ujar Kepala Desa Boro, Hari Purwantoro (42), yang beragama Islam.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.