Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Straits Times: Puan Maharani Layak Diperhitungkan

Kompas.com - 11/11/2014, 00:22 WIB
Kontributor Singapura, Ericssen

Penulis

SINGAPURA, KOMPAS.com - Banyak yang kaget ketika Puan Maharani ditunjuk sebagai Menteri Koordinator Pembangunan Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan. Tak sedikit yang mempertanyakan kompetensi dan pengalaman putri Ketua Umum PDI-Perjuangan Megawati Soekarnoputri tersebut.

Namun, Straits Times mengatakan, Puan Maharani, yang secara harafiah berarti permaisuri, layak menyandang nama tersebut. Tidak hanya itu, Puan adalah generasi baru penyandang estafet politik dari keluarga politik paling berpengaruh di Indonesia.

Walaupun kurang berpengalaman di bidang pemerintahan dan merupakan anggota kabinet termuda, Straits Times menuliskan Puan bukanlah wajah baru di belantara politik Indonesia. Puan berusia14 tahun ketika ibunya pertama kali menjadi anggota DPR tahun 1987.

Puan menyaksikan sendiri bagaimana Presiden Soeharto mengorkestrakan upaya penggulingan Megawati dari jabatan Ketua Umum PDI-Perjuangan ketika popularitasnya terus menanjak. Menteri berumur 41 itu juga saksi sejumlah kejadian-kejadian politik penting lainnya, seperti kemenangan PDI-Perjuangan di pemilu legislatif 1999, kegagalan Megawati menjadi presiden di tahun yang sama, dan lainnya.

Seiring berjalannya waktu, Puan menjadi sosok kepercayaan Mega. Ia kerap mendampingi ibunya ketika menjadi presiden ke-5 Indonesia. Puan juga ikut mendistribusikan bantuan-bantuan kemanusiaan ke daerah-daerah bencana.

Straits Times menuliskan karier Puan Maharani mulai melesat ketika dia menjadi Ketua Sayap Wanita PDI-Perjuangan pada 2007. Puan kemudian maju sebagai calon DPR di pemilu legislatif 2009. Puan dengan gemilang meraih 242.504 suara, perolehan suara tertinggi kedua di Indonesia setelah Edhie Baskoro Yudhoyono yang meraih 327.097 suara.

Puan pun mulai mengambil peran yang lebih besar dengan menjadi Ketua DPP Politik PDI-Perjuangan hingga akhirnya dipercaya menjadi Ketua Fraksi PDI-Perjuangan pada 2011. Ia juga berjasa memenangkan Ganjar Pranowo di Pemilu Jawa Tengah Tahun pada 2013.

Ia juga mengemban jabatan Ketua Bappilu PDI-Perjuangan pada pemilu legislatif 2014. Ia pun sempat diprediksi menjadi Ketua DPR 2014-2019. Namun, apa daya istri Happy Hapsoro ini gagal mendapatkan kursi tersebut menyusul kekalahan Koalisi Indonesia Hebat di Parlemen.

Walaupun begitu, Puan dipercaya Presiden Joko Widodo memegang posisi krusial di kabinet. Diwawancarai Majalah Femina baru-baru ini, ia menceritakan keterpurukan PDI-Perjuangan di pemilu legislatif 2004 dan kekalahan Megawati di pilpres 2004 menjadi titik masuknya ke dunia politik.

"Bagaimana PDI-P bisa kalah seperti itu? Padahal, di pemilu 1999, kita meraih 33 persen," Puan bertutur. Mendiang ayahandanya Taufik Kiemas ketika itu menjawab Puan jika kamu ingin tahu jawabannya, bergabunglah ke kancah politik.

Puan mengatakan, Taufiq adalah guru yang banyak memberikan pelajaran politik secara nyata. Almarhum, kata Puan, kerap mengajaknya dalam pertemuan-pertemuan dengan sejumlah tokoh penting.

"Saya tidak tahu apa yang perlu diucapkan dalam pertemuan itu. Namun, papa berkata bahwa saya tidak perlu ngomong, yang penting saya mendengar. Sekarang beliau sudah tiada, dan saya menyadari mengapa beliau selalu meminta saya ikut."

"Dengan menghadiri pertemuan itu, saya belajar mengenal tokoh-tokoh itu, apa yang didiskusikan Pak Taufik, dan juga mengerti posisi politik mereka. Bagi saya ini adalah pelajaran yang sangat penting" Puan melanjutkan ceritanya.

Pengamat politik dari Habibie Center Achmad Sukarsono mengatakan, penunjukan Puan sebagai menteri bukanlah tanpa sebab.

“Puan memiliki sesuatu yang tidak dimiliki yang lainnya- darah Soekarno dan hubungan langsung dengan Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum Partai Politik terbesar di Indonesia” Achmad Sukarsono

Achmad menuturkan penunjukan Puan sebagai menteri sangatlah krusial untuk kelangsungan politik Presiden Jokowi. Melesatnya karir Puan juga akan menjadi titik yang penting di tengah perdebatan di internal PDIP mengenai apakah partai berlambang banteng itu harus terus dipimpin oleh keturunan Soekarno atau oleh sosok yang bukan darah Soekarno.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Di Hadapan Wapres, Ketum MUI: Kalau Masih Ada Korupsi, Kesejahteraan Rakyat 'Nyantol'

Di Hadapan Wapres, Ketum MUI: Kalau Masih Ada Korupsi, Kesejahteraan Rakyat "Nyantol"

Nasional
Polri Tangkap 5 Tersangka Penipuan Berkedok Email Palsu, 2 di Antaranya WN Nigeria

Polri Tangkap 5 Tersangka Penipuan Berkedok Email Palsu, 2 di Antaranya WN Nigeria

Nasional
Terobosan Menteri Trenggono Bangun Proyek Budi Daya Ikan Nila Salin Senilai Rp 76 Miliar

Terobosan Menteri Trenggono Bangun Proyek Budi Daya Ikan Nila Salin Senilai Rp 76 Miliar

Nasional
Terdakwa Korupsi Tol MBZ Pakai Perusahaan Pribadi untuk Garap Proyek dan Tagih Pembayaran

Terdakwa Korupsi Tol MBZ Pakai Perusahaan Pribadi untuk Garap Proyek dan Tagih Pembayaran

Nasional
Rayakan Ulang Tahun Ke 55, Anies Gelar 'Open House'

Rayakan Ulang Tahun Ke 55, Anies Gelar "Open House"

Nasional
KSAU Tinjau Kesiapan Pengoperasian Jet Tempur Rafale di Lanud Supadio Pontianak

KSAU Tinjau Kesiapan Pengoperasian Jet Tempur Rafale di Lanud Supadio Pontianak

Nasional
Jokowi: Alat Komunikasi Kita Didominasi Impor, Sebabkan Defisit Perdagangan Rp 30 Triliun

Jokowi: Alat Komunikasi Kita Didominasi Impor, Sebabkan Defisit Perdagangan Rp 30 Triliun

Nasional
Wapres Ma’ruf Amin Minta Penyaluran Dana CSR Desa Diperhatikan agar Tepat Sasaran

Wapres Ma’ruf Amin Minta Penyaluran Dana CSR Desa Diperhatikan agar Tepat Sasaran

Nasional
Hakim MK Tegur KPU karena Renvoi Tak Tertib dalam Sengketa Pileg

Hakim MK Tegur KPU karena Renvoi Tak Tertib dalam Sengketa Pileg

Nasional
Soal Silaturahmi Kebangsaan dengan Presiden dan Wapres Terdahulu, Bamsoet: Tinggal Tunggu Jawaban

Soal Silaturahmi Kebangsaan dengan Presiden dan Wapres Terdahulu, Bamsoet: Tinggal Tunggu Jawaban

Nasional
Hormati Ganjar, Waketum Gerindra: Sikap Oposisi Bukan Pilihan yang Salah

Hormati Ganjar, Waketum Gerindra: Sikap Oposisi Bukan Pilihan yang Salah

Nasional
Ganjar Pilih di Luar Pemerintahan, Bamsoet: Boleh, tapi Kita Bekerja Gotong Royong

Ganjar Pilih di Luar Pemerintahan, Bamsoet: Boleh, tapi Kita Bekerja Gotong Royong

Nasional
Hanya Ada 2 'Supplier' Indonesia yang Pasok Perangkat untuk Apple, Jokowi: Memprihatinkan

Hanya Ada 2 "Supplier" Indonesia yang Pasok Perangkat untuk Apple, Jokowi: Memprihatinkan

Nasional
Jokowi Resmikan Indonesia Digital Test House, Anggarannya Hampir 1 Triliun

Jokowi Resmikan Indonesia Digital Test House, Anggarannya Hampir 1 Triliun

Nasional
KPK Didesak Usut Pemberian THR ke Anggota DPR dari Kementan, Panggil Bersaksi dalam Sidang

KPK Didesak Usut Pemberian THR ke Anggota DPR dari Kementan, Panggil Bersaksi dalam Sidang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com