Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Marzuki Alie Kecam Anggota DPR yang "Lecehkan" Ceu Popong

Kompas.com - 02/10/2014, 20:44 WIB
Indra Akuntono

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Ketua DPR Marzuki Alie mengecam keras tindakan seorang anggota DPR periode 2014-2019, Yulian Gunhar, yang mencium dan memijat pimpinan sidang paripurna Otje Popong Djundjunan. Menurut Marzuki, tindakan itu merupakan pelecehan dan pelanggaran berat.

Marzuki menjelaskan, saat insiden terjadi, Popong merupakan pimpinan DPR sementara dan tengah menjalankan tugas sebagai pimpinan sidang paripurna yang salah satu agendanya adalah pemilihan pimpinan DPR. Marzuki menilai, tindakan Yulian bukan hanya melecehkan Popong sebagai seorang wanita, tetapi juga melecehkan wajah parlemen.

"Sikap politisi baru itu sangat disayangkan, pelecehan pada perempuan dan orang tua seperti Bu Popong yang sedang menjalankan tugas kenegaraan. Itu meja pimpinan sidang, apa dikira itu meja untuk bermain-main?" kata Marzuki saat dihubungi, Kamis (2/10/2014) malam.

Politisi Partai Demokrat itu melanjutkan, berdasarkan pengalamannya selama lima tahun menjadi Ketua DPR, Yulian dapat langsung dikeluarkan dari ruangan sidang paripurna karena tindakannya tersebut. Yulian ia pastikan melanggar tata tertib dan harus mendapat sanksi sebagai bentuk pembelajaran. Marzuki berharap pimpinan DPR dapat lebih tegas menegakkan tata tertib yang telah disepakati bersama.

"Tata tertib dibuat bersama untuk ditaati, tidak ada alasan untuk membenarkan tindakan itu," ujarnya.

Diberitakan sebelumnya, sidang paripurna pemilihan pimpinan DPR tidak hanya diramaikan oleh hujan interupsi dan kericuhan. Sidang yang berlangsung hingga subuh itu juga diwarnai tindakan melanggar aturan dari seorang anggota DPR periode 2014-2019 yang baru saja dilantik.

Anggota DPR itu adalah Yulian Gunhar, politisi PDI Perjuangan, yang melenggang ke Senayan dari Daerah Pemilihan Sumatera Selatan II. Yulian naik sampai ke meja Utje Popong Djundjunan, yang saat itu menjadi pimpinan sidang. Peristiwa itu terjadi sekitar Rabu (1/10/2014) tengah malam, atau menjelang Kamis (2/10/2014) dini hari. Yulian bahkan sempat mencium pipi Popong dan memijat bahunya.

Saat dikonfirmasi, Yulian mengaku dengan sadar menghampiri pimpinan sidang sampai ke meja pimpinan. Menurut Yulian, ia hanya ingin meminta agar Popong menghidupkan mikrofon agar anggota dapat melayangkan interupsi.

"Saya sudah izin dulu, itu sudah hormat sesuai budaya. Kalau dibilang pelecehan, apa maksudnya?" ucap Yulian.

Selain Yulian, ada anggota DPR lain yang melayangkan interupsi dengan maju ke meja pimpinan. Mayoritas dari mereka merupakan anggota fraksi partai pendukung pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla yang tidak sepakat dengan sidang paripurna pemilihan pimpinan DPR periode 2014-2019.

Sidang yang berlangsung alot ini berlangsung sampai sekitar pukul 04.30 WIB. Hasilnya, pimpinan DPR dijabat oleh Setya Novanto (Golkar) sebagai Ketua DPR, dengan empat wakil, yakni Fahri Hamzah (PKS), Taufik Kurniawan (PAN), Agus Hermanto (Demokrat), dan Fadli Zon (Gerindra).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perdalam Pengoperasian Jet Tempur Rafale, KSAU Kunjungi Pabrik Dassault Aviation

Perdalam Pengoperasian Jet Tempur Rafale, KSAU Kunjungi Pabrik Dassault Aviation

Nasional
Cek Harga di Pasar Pata Kalteng, Jokowi: Harga Sama, Malah di Sini Lebih Murah

Cek Harga di Pasar Pata Kalteng, Jokowi: Harga Sama, Malah di Sini Lebih Murah

Nasional
Kasus Korupsi Pengadaan Lahan JTTS, KPK Sita 54 Bidang Tanah dan Periksa Sejumlah Saksi

Kasus Korupsi Pengadaan Lahan JTTS, KPK Sita 54 Bidang Tanah dan Periksa Sejumlah Saksi

Nasional
Jokowi Klaim Program Bantuan Pompa Sudah Mampu Menambah Hasil Panen Padi

Jokowi Klaim Program Bantuan Pompa Sudah Mampu Menambah Hasil Panen Padi

Nasional
Soal Izin Usaha Tambang Ormas Keagamaan, Pimpinan Komisi VII Ingatkan Prinsip Kehati-hatian dan Kepatutan

Soal Izin Usaha Tambang Ormas Keagamaan, Pimpinan Komisi VII Ingatkan Prinsip Kehati-hatian dan Kepatutan

Nasional
Jokowi Pastikan Beras Bansos Berkualitas Premium, Tak Berwarna Kuning dan Hitam

Jokowi Pastikan Beras Bansos Berkualitas Premium, Tak Berwarna Kuning dan Hitam

Nasional
Minta Pemerintah Tetapkan Jadwal Pelantikan Kepala Daerah, Ketua KPU: Kalau Tak Ada, Bakal Repot

Minta Pemerintah Tetapkan Jadwal Pelantikan Kepala Daerah, Ketua KPU: Kalau Tak Ada, Bakal Repot

Nasional
Terima Kunjungan Delegasi Jepang, Kepala BNPT Perkenalkan Program Deradikalisasi

Terima Kunjungan Delegasi Jepang, Kepala BNPT Perkenalkan Program Deradikalisasi

Nasional
Mutasi Polri, Brigjen Suyudi Ario Seto Jadi Kapolda Banten, Brigjen Whisnu Hermawan Jadi Kapolda Sumut

Mutasi Polri, Brigjen Suyudi Ario Seto Jadi Kapolda Banten, Brigjen Whisnu Hermawan Jadi Kapolda Sumut

Nasional
Pakar Hukum Minta Bandar Judi Online Dijerat TPPU

Pakar Hukum Minta Bandar Judi Online Dijerat TPPU

Nasional
Pemerintah Tak Bayar Tebusan ke Peretas PDN, Data Kementerian/Lembaga Dibiarkan Hilang

Pemerintah Tak Bayar Tebusan ke Peretas PDN, Data Kementerian/Lembaga Dibiarkan Hilang

Nasional
Pimpinan Komisi VII Wanti-wanti Pengelolaan Tambang Ormas Rentan Ditunggangi Konglomerat

Pimpinan Komisi VII Wanti-wanti Pengelolaan Tambang Ormas Rentan Ditunggangi Konglomerat

Nasional
745 Personel Polri Dimutasi, Kadiv Propam Irjen Syahardiantono Naik Jadi Kabaintelkam

745 Personel Polri Dimutasi, Kadiv Propam Irjen Syahardiantono Naik Jadi Kabaintelkam

Nasional
Pesan Panglima TNI untuk Pilkada 2024: Jika Situasi Mendesak, Tugas Prajurit Melumpuhkan, Bukan Mematikan

Pesan Panglima TNI untuk Pilkada 2024: Jika Situasi Mendesak, Tugas Prajurit Melumpuhkan, Bukan Mematikan

Nasional
Pemerintah Akui Tak Bisa Pulihkan Data Kementerian/Lembaga Terdampak Peretasan PDN

Pemerintah Akui Tak Bisa Pulihkan Data Kementerian/Lembaga Terdampak Peretasan PDN

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com