KOMPAS.com — Olahraga tak sekadar sebuah laga yang menguji kemampuan fisik. Ada sejarah yang mencatatkannya sebagai momentum kebangkitan sebuah bangsa, termasuk di bidang politik dan ekonomi.
Salah satu negara yang menjadikan olahraga sebagai momentum kebangkitannya adalah Korea Selatan. Bagaimana dengan Indonesia?
Korea dan olahraga
Korea Selatan mencatatkan sejarah kebangkitannya dengan mengambil momentum olahraga, waktu itu Olimpiade 1988. Bersiap lebih dari satu dekade untuk menyongsong hajatan tersebut, Korea Selatan melesat ke deretan negara maju seperti terlihat pada hari ini.
Namun, reputasi olahraga Korea Selatan pun tertohok dengan hasil buruk pada Piala Dunia 2014 di Brasil dan Olimpiade Musim Dingin di Sochi, Rusia. Menjadi tuan rumah Asian Games 2014, Korea Selatan terlihat berupaya membuat penebusan dan membuat momentum baru.
Pada Asian Games XVII ini, Korea Selatan mematok target meraup 90 medali emas, berupaya tetap mengungguli rival sepanjang sejarah modernnya, Jepang. Ketua Delegasi Asian Games Korea Selatan Park Soon-ho mengakui, tahun ini bukan tahun yang bagus untuk olahraga negaranya.
"Saya pikir Korea telah menjadi sedikit terjauhkan dari olahraga karena penampilan buruk pada Olimpiade Sochi dan Piala Dunia Brasil," aku Park kepada media setempat, seperti dikutip dari AFP, Rabu (10/9/2014).
"Komite Olahraga Korea akan bekerja keras menarik kembali perhatian bangsa ini kepada olahraga dengan hasil baik di Asian Games," lanjut Park. Untuk Asian Games Incheon, Korea Selatan mengirimkan 831 atlet.
Dalam laga yang berlangsung pada 19 September 2014 hingga 4 Oktober 2014 ini, delegasi Korea Selatan berada di tempat kedua, di bawah Tiongkok yang mengirimkan 899 orang, dan melampaui delegasi Jepang yang mengirimkan 717 orang.
Pelipur lara
Prestasi terbaik Korea Selatan dalam Asian Games adalah pada 1986 dan 2002, saat Negeri Ginseng ini juga menjadi tuan rumah. Dalam Asian Games 1986 di Seoul, Korea Selatan meraup 93 medali emas. Adapun di Busan pada 2002, mereka mengantongi 96 medali emas.
Target yang dipatok untuk Asian Games Incheon mendatang diharapkan bisa sekaligus melipur duka Korea Selatan setelah berderai air mata akibat bencana feri Sewol.
Musibah pada April 2014 tersebut menewaskan ratusan penumpang, yang mayoritas adalah pelajar SMA di dekat Seoul yang hendak berlibur. Dari 476 penumpang, dengan 339 adalah siswa dan guru SMA, hanya 172 orang yang selamat.
Juara panah olimpiade dari Korea Selatan, Oh Jin-hyek, mengatakan, penting bagi atlet negeri itu untuk mengambil peran membantu bangsa mereka pulih dari duka tersebut. "Kami sebagai bangsa telah melalui beberapa masa sulit. Saya percaya, kinerja baik (dalam Asian Games) akan memberikan harapan bagi bangsa kami," ujar dia seperti dikutip dari Yonhap.
Sejak panahan menjadi olahraga resmi pada Asian Games, Korea Selatan telah mengantongi 33 dari 44 emas yang pernah diperebutkan. Olahraga panahan baru menjadi olahraga resmi Asian Games pada 1978, saat ajang ini berlangsung di Bangkok, Thailand. Korea Selatan berharap menyapu bersih medali cabang olahraga ini di Incheon.
Bagaimana dengan Indonesia?
Pada 2018, Indonesia hampir pasti menjadi tuan rumah Asian Games XVIII, setidaknya sudah 90 persen pasti. "Sekarang sedang berusaha mencapai 100 persen. Kita tinggal lobi akhir untuk mencapai itu," ujar perwakilan Dewan Penasihat Chief De Mission (CDM) kontingen Indonesia ke Asian Games (AG) XVII, Agum Gumelar, Senin (8/9/2014).
Indonesia pernah pula menjadi tuan rumah Asian Games, tetapi sudah puluhan tahun lalu, yakni pada 24 Agustus 1962 sampai 4 September 1962. Penyelenggaraan Asian Games IV tersebut berpusat di Jakarta. Adakah Asian Games XVIII berpusat lagi di Jakarta, saat beragam fasilitas berstandar internasional sudah tersebar di beberapa tempat?
Arena-arena yang pernah menjadi tuan rumah pekan olahraga nasional semestinya sudah ada yang berstandar internasional, kalaupun belum semuanya. Di Timika, Papua, sudah dimulai pula proyek pembangunan stadion berstandar internasional. Bahkan, di Purwokerto, Jawa Tengah, Universitas Jenderal Soedirman sudah punya trek atletik berstandar internasional.
Soal momentum
Ini soal momentum. Bukan semata masalah olahraga. "Iya, salah satu momentum kebangkitan Korea Selatan yang saya rasakan dan saya ketahui adalah ketika menyiapkan Olimpiade 1988," aku Louis Go, direktur kreatif manajemen artis dari Korea, yang sekarang tinggal di Indonesia.
Rezki Seokgi Kim, Kepala Korea Culture Center di Jakarta, tak menampik pula cerita Go soal momentum olahraga untuk kebangkitan Korea Selatan. "Tak cuma (momentum) untuk sport, tetapi juga politik dan ekonomi," ujar Kim saat dijumpai di kantornya pada akhir Agustus 2014.
Kim mengingat dengan baik bahwa ajang olahraga tersebut menjadi momentum pemerintahnya menggenjot infrastruktur. "Infrastruktur yang paling penting adalah jalan, listrik, dan air," sebut dia.
Bila Korea bisa menjadikan ajang olahraga sebagai momentumnya, bagaimana dengan Indonesia? Apalagi bila benar Asian Games XVIII yang sudah 90 persen bakal digelar di Indonesia bisa berlangsung dan tak lagi hanya di Jakarta, bisakah ajang tersebut menjadi momentum yang punya efek sama dengan capaian Korea Selatan, negara berusia tak jauh beda dengan Indonesia?
Ini soal momentum....