Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiga Menteri Dijerat KPK, Prestasi KPK atau SBY?

Kompas.com - 05/09/2014, 19:40 WIB
Ihsanuddin

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Tiga menteri aktif dan para elite Partai Demokrat sudah dijerat oleh Komisi Pemberantasan Korupsi pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Namun, para elite Demokrat justru bangga terhadap SBY yang dianggap mereka tak pandang bulu dalam penegakan hukum dan pemberantasan korupsi.

Anggota Komisi III DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Eva Kusuma Sundari mempertanyakan sikap bangga Partai Demokrat itu. Pasalnya, kata dia, dijeratnya tiga menteri adalah murni prestasi KPK, bukan pemerintah, apalagi SBY pribadi. (baca: Tiga Menteri Dijerat KPK, Demokrat Justru Bangga kepada SBY)

"Penegakan hukum kan tidak ada intervensi, jadi itu prestasi penegak hukum dalam hal ini KPK," kata Eva kepada Kompas.com, Jumat (5/9/2014).

Eva menilai, daripada bersikap bangga, lebih baik elite Demokrat prihatin dengan dijeratnya tiga menteri dengan sangkaan korupsi. Tiga orang yang terjerat ketika masif aktif menjabat menteri yakni Jero Wacik (sewaktu menjabat Menteri ESDM), Andi Mallarangeng (sewaktu menjabat Menpora), dan Suryadharma Ali (sewaktu menjabat Menteri Agama).

"Ya, harusnya prhatinlah, aku aja prihatin. Orang enggak percaya lagi kepada parpol kalau begini terus. Mudah-mudahan ini jadi pelajaran bagus bagi pemerintahan mendatang," ujar Eva.

Hal serupa disampaikan pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Ikrar Nusa Bakti. Menurut dia, Demokrat sudah salah menunjukkan sikap jika bangga terhadap penjeratan tiga menteri oleh KPK.

"Kalau buat saya, tidak bisa seratus persen bangga karena sudah ada tanda tangan kontrak politik, ada suatu janji, yaitu pakta integritas untuk tidak melakukan korupsi, tapi dilanggar," ujar Ikrar. (baca: Ini 10 Poin Pakta Integritas "Penyelamatan" Demokrat)

Demokrat juga, kata dia, tidak bisa terus-menerus memandang kasus korupsi ini sebagai masalah pribadi kadernya.

"Kita mempertanyakan apa benar kader Demokrat itu korupsi untuk pencitraan dirinya atau kepentingan partai? Coba itu diinvestigasi," ujarnya.

Sebelumnya, Jero disangka melakukan pemerasan. Menurut KPK, nilai uang yang diduga diterima Jero sekitar Rp 9,9 miliar. Uang tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi Jero, termasuk pencitraan. Uang itu juga ada yang digunakan untuk pihak lain.

Setelah dilantik menjadi Menteri ESDM, menurut KPK, Jero meminta besaran dana operasional menteri (DOM) ditambah. Jero juga diduga memerintahkan anak buahnya untuk mengupayakan penambahan tersebut.

Salah satu cara yang diperintahkan untuk meningkatkan dana operasional menteri itu adalah dengan menggelar rapat-rapat yang sebagian besar merupakan rapat fiktif. Selain itu, ada juga cara berupa pengumpulan dana dari rekanan proyek di Kementerian ESDM.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kolaborasi Pertamax Turbo dan Sean Gelael Berhasil Antarkan Team WRT 31 Naik Podium di Le Mans

Kolaborasi Pertamax Turbo dan Sean Gelael Berhasil Antarkan Team WRT 31 Naik Podium di Le Mans

Nasional
Dorong Pembentukan Pansus, Anggota Timwas Haji DPR RI Soroti Alih Kuota Tambahan Haji

Dorong Pembentukan Pansus, Anggota Timwas Haji DPR RI Soroti Alih Kuota Tambahan Haji

Nasional
Timwas Haji DPR Desak Pembentukan Pansus untuk Evaluasi Penyelenggaraan Haji secara Menyeluruh

Timwas Haji DPR Desak Pembentukan Pansus untuk Evaluasi Penyelenggaraan Haji secara Menyeluruh

Nasional
Puan Sebut DPR Akan Bentuk Pansus Haji, Evaluasi Penyelenggaraan Ibadah Haji 2024

Puan Sebut DPR Akan Bentuk Pansus Haji, Evaluasi Penyelenggaraan Ibadah Haji 2024

Nasional
Timwas Haji DPR Imbau Pemerintah Tingkatkan Kenyamanan Jemaah Haji Saat Lempar Jumrah di Mina

Timwas Haji DPR Imbau Pemerintah Tingkatkan Kenyamanan Jemaah Haji Saat Lempar Jumrah di Mina

Nasional
Sandiaga: Sekarang Ekonomi Dirasakan Berat, Harga-harga Bebani Masyarakat...

Sandiaga: Sekarang Ekonomi Dirasakan Berat, Harga-harga Bebani Masyarakat...

Nasional
Terima Keluhan Jemaah Haji, Anggota Timwas Haji DPR: Pemerintah Dinilai Abaikan Rekomendasi DPR

Terima Keluhan Jemaah Haji, Anggota Timwas Haji DPR: Pemerintah Dinilai Abaikan Rekomendasi DPR

Nasional
Zita Anjani Berkurban Dua Sapi di Cipinang, Beri Nama Anyeong dan Haseyo

Zita Anjani Berkurban Dua Sapi di Cipinang, Beri Nama Anyeong dan Haseyo

Nasional
Rayakan Idul Adha, Menko Polhukam Ungkit Pengorbanan untuk Bangsa dan Negara

Rayakan Idul Adha, Menko Polhukam Ungkit Pengorbanan untuk Bangsa dan Negara

Nasional
Paus Fransiskus Akan Kunjungi Masjid Istiqlal Pada 5 September 2024

Paus Fransiskus Akan Kunjungi Masjid Istiqlal Pada 5 September 2024

Nasional
Soal Kans Dampingi Anies pada Pilkada Jakarta, Ida Fauziyah: Belum Membicarakan sampai ke Situ

Soal Kans Dampingi Anies pada Pilkada Jakarta, Ida Fauziyah: Belum Membicarakan sampai ke Situ

Nasional
Pimpinan KPK Dinilai Tak Mau Tangkap Harun Masiku, Bukan Tidak Mampu

Pimpinan KPK Dinilai Tak Mau Tangkap Harun Masiku, Bukan Tidak Mampu

Nasional
Muhadjir: Pelaku Judi 'Online' Dihukum, Penerima Bansos Itu Anggota Keluarganya

Muhadjir: Pelaku Judi "Online" Dihukum, Penerima Bansos Itu Anggota Keluarganya

Nasional
Prabowo Sumbang Ratusan Hewan Kurban, Gerindra: Rasa Syukur Pemilu 2024 Berjalan Lancar

Prabowo Sumbang Ratusan Hewan Kurban, Gerindra: Rasa Syukur Pemilu 2024 Berjalan Lancar

Nasional
Idul Adha, Prabowo Berkurban 48 Sapi ke Warga Kecamatan Babakan Madang, Bogor

Idul Adha, Prabowo Berkurban 48 Sapi ke Warga Kecamatan Babakan Madang, Bogor

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com