Ketiga, barulah melihat tokoh-tokoh masyarakat, tokoh daerah, ataupun intelektual yang terbaik. Faktor kebinekaan dan latar belakang agama juga perlu dipertimbangkan. Begitu pula dengan porsi laki-laki dan perempuan.
Mencari seorang menteri itu seperti kita merekrut chief executive officer (CEO). Kita perlu melihat orang yang betul-betul mau bekerja dan pintar. Biasanya mereka ini bukan orang yang mau menawar-nawarkan diri menjadi menteri.
Mereka yang menawar-nawarkan diri itu biasanya broker-broker, tidak punya rekam jejak yang bisa dipercaya. Orang hebat itu biasanya tidak mencari-cari pekerjaan, apalagi menawar-nawarkan diri.
Jokowi dan JK sendiri yang harus mencari orang-orang yang tepat duduk sebagai menteri. Di perusahaan, biasanya menggunakan head hunter untuk mencari pimpinan. Tidak pernah orang-orang itu menonjolkan diri, meminta-minta pekerjaan.
Saya punya kekhawatiran bahwa kalau harapan publik, terutama yang muda-muda, tidak tercapai oleh pemerintahan mendatang, negara ini akan berada dalam kegagalan.
Kalau partai-partai di luar koalisi pemerintah memiliki sikap-sikapnya sendiri, seperti tidak mau bersatu-padu, negara juga akan sulit.
Sebenarnya ada partai yang sudah ingin bergabung, tetapi ada sedikit keberatan karena pemerintahan Jokowi-JK akan sungguh-sungguh membersihkan mafia minyak. Tetapi, saya percaya, sikap partai itu bisa berubah. Dengan demikian, kita bisa betul-betul membersihkan negara ini dari para mafia minyak.
Inilah waktunya bagi Jokowi-JK untuk mulai bekerja demi memuaskan hati rakyat. Selesailah mengungkapkan rasa terima kasih atas dukungan rakyat.
Kini saatnya mengembalikan kepercayaan mandat rakyat melalui kerja-kerja yang efisien untuk meneruskan pembangunan bangsa dan menyejahterakan rakyat.
Jokowi-JK sebagai presiden dari kalangan sipil dan seluruh jajarannya juga perlu mulai memperhatikan manajemen waktu. Revolusi mental harus dimulai dari atas dengan cara menghargai dan menepati waktu.
Jokowi-JK juga tak mungkin menyenangkan semua orang. Pasti ada prioritas. Namun, keduanya tidak boleh kehilangan ”roh” kerakyatannya. (Stefanus Osa/M Hernowo/Sutta Dharmasaputra)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.