Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rambut Lebih Pendek Prabowo

Kompas.com - 22/05/2014, 15:36 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Prabowo Subianto terlihat santai, Rabu (21/5/2014). Di hadapannya ada sekitar 150 purnawirawan TNI/Polri yang mengundangnya silaturahim di padang golf Jagorawi, Bogor. "Yang belum masuk politik, saya sarankan enggak usah. Kalau saya sudah telanjur," katanya.

Selain santai, Prabowo juga terlihat lebih segar. Rupanya, beberapa jam sebelum mendaftar ke KPU bersama calon wakil presiden, ia potong rambut. Biasanya, seminggu sekali tukang potong rambut datang ke rumahnya di Hambalang, Bogor, merapikan rambutnya. Kali ini, rambutnya dipotong lebih pendek. Saat ditanya soal penampilan yang baru, ia tidak menampik. ”Iya, biar ubannya enggak kelihatan, ha-ha-ha. Kacau nih,” katanya kepada wartawan.

Prabowo mendapat masukan bahwa rambutnya terlihat panjang dan ada sisa kalau memakai peci yang jadi aksesori wajibnya. Padahal, ia akan lebih sering disorot kamera. Bisa jadi, komentar Amien Rais yang menyebut Prabowo seperti Bung Karno saat deklarasi beberapa hari lalu terlintas di pikirannya. Ini mengingat sosok Soekarno berambut pendek yang cocok dengan peci hitam.

Kembali ke soal santai dan segarnya Prabowo saat bernostalgia tentang nilai-nilai TNI di depan para purnawirawan. Di hadapannya hadir antara lain mantan Panglima TNI Laksamana (Purn) Widodo AS, Letjen (Purn) Cornel Simbolon, Letjen (Purn) Suryo Prabowo, Letjen (Purn) Yunus Yosfiah, Letjen (Purn) Romulo Simbolon, Mayjen (Purn) Nachrowi Ramli, dan Irjen (Purn) Nugroho Djayusman. Ia mengenang nilai-nilai cinta Tanah Air dan semangat juang Panglima Besar Jenderal Sudirman. "Tapi, sekarang jadi bertanya, mana kebanggaan kita. Masa tidak boleh bangga kita dengan bangsa kita," katanya.

Demokrasi bikin capek

Prabowo mengatakan, TNI hanya menginginkan yang terbaik untuk bangsa. Itu juga yang membuat Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) tahun 1998 mendukung reformasi dan demokratisasi. Saat itu, banyak perwira mendukung TNI keluar dari politik. ”Banyak peranan 73 (angkatan Akabri). Agus Wirahadikusuma, Agus Widjojo, Romulo, Yasin, Nugroho Djayusman, dan SBY diam- diam, dengan risiko kita mendukung reformasi,” katanya.

Namun, ia menyayangkan perjalanan demokrasi. Saat ini, demokrasi harus memakai banyak uang. Bukan orang terbaik yang menang, melainkan orang-orang yang mampu menggelontorkan uang dengan royal. Rakyat pun dirusak.

”Demokrasi membuat kita capek. Tapi, saat susun koalisi, saya masih lihat sikap-sikap patriotik di antara para pemimpin partai masih ada,” kata dia.

Ia mengatakan, terjadi kesamaan visi untuk mengurangi kesenjangan miskin dan kaya. ”Mereka main psikologi juga. Dilihat, Prabowo, nih. Kalau diajak keras, ya, keras. Tapi, kalau diam saja... jadi enggak enak, kan. Ya sudah, diatur saja,” katanya disambut tawa.

Prabowo mengatakan, dalam demokrasi orang harus bisa menghargai perbedaan dan tidak takut kritik atau persaingan. Tujuan besarnya adalah untuk rakyat. Ia berseloroh, saat muda dulu mereka gemar dapat komandan yang ”ayah” karena lunak. Terlambat pun hanya diberi nasihat. ”Padahal, guru yang baik adalah guru yang keras agar murid tidak menyerah mencari keberhasilan,” katanya.

Dengan rambut pendek, Prabowo fasih bicara reformasi. Lepas dari simbol dan retorika yang disodorkannya, rakyat harus mengupas dan menilai. Apakah Prabowo bisa jadi presiden yang tegas, tetapi pengasih untuk membawa Indonesia maju di alam demokrasi yang tak seragam? (Edna C Pattisina)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

9 Kabupaten dan 1 Kota  Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

9 Kabupaten dan 1 Kota Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

Nasional
KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat 'Dirawat Sampai Sembuh'

KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat "Dirawat Sampai Sembuh"

Nasional
BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

Nasional
BNPB: Gempa M 6,2 di Garut Rusak Tempat Ibadah, Sekolah, dan Faskes

BNPB: Gempa M 6,2 di Garut Rusak Tempat Ibadah, Sekolah, dan Faskes

Nasional
PBNU Gelar Karpet Merah Sambut Prabowo-Gibran

PBNU Gelar Karpet Merah Sambut Prabowo-Gibran

Nasional
KPK Nonaktifkan Dua Rutan Buntut Pecat 66 Pegawai yang Terlibat Pungli

KPK Nonaktifkan Dua Rutan Buntut Pecat 66 Pegawai yang Terlibat Pungli

Nasional
BNPB: 4 Orang Luka-luka Akibat Gempa M 6,2 di Kabupaten Garut

BNPB: 4 Orang Luka-luka Akibat Gempa M 6,2 di Kabupaten Garut

Nasional
Prahara di KPK: Usai Laporkan Albertina Ho, Nurul Ghufron Dilaporkan Novel Baswedan Cs Ke Dewas

Prahara di KPK: Usai Laporkan Albertina Ho, Nurul Ghufron Dilaporkan Novel Baswedan Cs Ke Dewas

Nasional
BNPB: Gempa M 6,2 di Kabupaten Garut Rusak 27 Unit Rumah, 4 di Antaranya Rusak Berat

BNPB: Gempa M 6,2 di Kabupaten Garut Rusak 27 Unit Rumah, 4 di Antaranya Rusak Berat

Nasional
Tanggal 1 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 1 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 30 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 30 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

Nasional
Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Nasional
TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

Nasional
Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com