Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aburizal dan Mahfud Akui Cocok, Makan Siang Bersama di Bali

Kompas.com - 20/04/2014, 13:59 WIB

Di Jakarta, Sebanyak 464 alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB) yang tersebar di sejumlah daerah dan negara mengumpulkan petisi untuk mendukung capres PDI-P, Joko Widodo.

Ammarsjah, alumnus Jurusan Elektro ITB tahun 1984, yang pernah dipenjara rezim Orde Baru, dalam jumpa pers bersama ratusan alumnus, Sabtu, mengatakan, untuk kedua kalinya, alumni ITB membuat petisi setelah pada 1998 membuat langkah serupa dengan membuat pernyataan menolak Presiden Soeharto.

"Kami membuat petisi pada 11 Februari 1998 yang ditandatangani 234 alumnus ITB. Kami memberikan dukungan kepada Jokowi karena dirinya adalah simbol putusnya kekuasaan orang-orang Orde Baru. Saat ini adalah momen untuk memutus hubungan dengan rangkaian kekuasaan masa lalu yang menindas rakyat dan masih berusaha memimpin negara ini," ungkapnya.

Ammarsjah menyatakan, dukungan kepada Jokowi didasari pelaksanaan 15 tahun reformasi yang telah berlalu, tetapi negara dan pemerintahan belum juga mampu berjalan ke arah cita-cita proklamasi negara Republik Indonesia. Korupsi kian marak dan merajalela, kepastian hukum tidak ditegakkan, berkembangnya sikap tidak menghargai toleransi yang menimbulkan rasa cemas, dan ketakutan kelompok minoritas.

"Rekam jejak dan integritas Jokowi telah menginspirasi dan memberikan harapan. Kami percaya Jokowi akan mengutamakan dialog ketimbang monolog, menjauhkan kita dari ketakutan dan teror, menegakkan kemanusiaan dan penghormatan hak asasi manusia, memberikan kesempatan yang sama terhadap setiap orang, serta memastikan tidak ada yang terabaikan,” ujar Ammarsjah.

Firdaus Ali, alumnus Jurusan Teknik Lingkungan 1982, yang mengajar di sebuah perguruan tinggi negeri, menambahkan, banyak alumnus yang jadi pegawai negeri memberikan dukungan diam-diam. "Kami mendukung Jokowi karena mendukung perubahan. Kalau kelak Jokowi menyimpang, kami akan bertindak tegas. Dalam diskusi dengan mahasiswa, yang umumnya lahir tahun 1990-an dan tak mengalami represi serta kekerasan Orde Baru, banyak yang mengidamkan pemimpin hebat, tegas, dan berani," kata Firdaus.

Ketua Dewan Kehormatan PDI-P Sidarto Danusubroto bersama Pramono Anung, yang hadir, menyambut baik petisi para alumnus ITB tersebut.

Hatta dan Anis juga dikaji

Menyusul penolakan mahasiswa ITB terhadap Jokowi karena tak ingin ada politisasi di Kampus ITB, Senat Akademik ITB akan mengeluarkan keputusan soal netralitas kampus menghadapi pilpres. Kedatangan Jokowi ke ITB sebenarnya untuk penandatanganan nota kesepahaman (MOU) penyelesaian masalah tata kota dan pariwisata di Jakarta, selain memberikan kuliah umum.

Menurut Wakil Rektor ITB Bidang Komunikasi, Kemitraan, dan Alumni Hasanuddin Zainal, perlu dipahami makna netralitas itu bisa netral dengan sepenuhnya menerima semua calon presiden atau netralitas yang steril. "Artinya, tak menerima semua capres. Namun, sebuah perguruan tinggi seharusnya menerima semua capres untuk diuji secara akademik atau ilmiah," ujarnya.

Menurut dia, rektorat juga tengah mengkaji rencana salah satu himpunan mahasiswa yang akan mengundang Presiden PKS Anis Matta dan Ketua Umum PAN Hatta Rajasa. (ONG/REN/HAR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bakal Cek Tabung Gas, Zulhas: Benar Enggak Isinya 3 Kilogram?

Bakal Cek Tabung Gas, Zulhas: Benar Enggak Isinya 3 Kilogram?

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com