Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

SBY Dilaporkan ke Bawaslu soal Dugaan Kampanye dengan Uang Negara

Kompas.com - 28/03/2014, 14:36 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Direktur Eksekutif Lingkar Madani untuk Indonesia (Lima) Ray Rangkuti melaporkan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kepada Badan Pengawas Pemilu. Ray menduga, SBY selaku Ketua Umum DPP Partai Demokrat menggunakan uang negara untuk perjalanannya ke Lampung dalam rangka kampanye Partai Demokrat pada Rabu (26/3/2014).

Ray mengatakan, laporan ini mengarah pada dugaan penyalahgunaan uang negara, bukan fasilitas negara. SBY disebut melakukan perjalanan dengan pesawat komersial untuk kepentingan partai yang disewa dengan uang negara.

"Kita tidak sebut ini penggunaan fasilitas negara. Kalau disebut fasilitas negara, nanti menimbulkan multitafsir karena Presiden bukan pergi dengan pesawat kenegaraan," ujar Ray di Gedung Bawaslu, Jakarta Pusat, Jumat (28/3/2014).

Ray menambahkan, dia merasa perlu melaporkan dugaan ini karena menemukan kejanggalan dalam keberangkatan SBY ke Lampung. Satu-satunya agenda Presiden ke Lampung, kata Ray, hanya untuk kepentingan kampanye Partai Demokrat. Tidak ada agenda untuk perjalanan tugas negara.

Ray mengatakan, penggunaan dana untuk kepentingan kampanye partai politik seharusnya dikeluarkan dari kas partai tersebut. Namun, Ray menduga bahwa SBY menerima dana pemerintah untuk biaya kampanye.

Menjawab laporan tersebut, Komisioner Bawaslu Nelson Simanjuntak mengatakan akan menindaklanjuti sesuai dengan kewenangan Bawaslu dan Undang-Undang Pemilu. Ia menyebutkan, dugaan ini perlu diperjelas, apakah terbukti pelanggaran atau bukan.

"Kami mengharapkan kerja sama berbagai pihak seperti Sekneg (Sekretaris Negara). Kalau terbukti pelanggaran, segera kita tindak," ujar Nelson.

Nelson mengatakan, mulai hari ini hingga lima hari ke depan, Bawaslu akan mendalami laporan tersebut. Ia akan meminta klarifikasi Sekneg dan petugas yang mengatur perjalanan, apakah sumber dana tersebut berasal dari sumbangan dana kampanye atau menggunakan uang negara.

Secara terpisah, Sekretaris Kabinet Dipo Alam menjelaskan bahwa kegiatan Presiden Yudhoyono dari satu tempat ke tempat lain menggunakan pesawat kepresidenan bukan kegiatan kampanye, melainkan masih terkait dengan statusnya sebagai presiden.

Menurut Dipo, hal tersebut dikatakan menyalahi penggunaan fasilitas negara apabila Presiden berkampanye, dengan adanya atribut, ajakan, gambar, simbol, atau seragam partai.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pimpinan Komisi X Bantah Pernyataan Stafsus Jokowi soal Banyak Keluarga dan Orang Dekat DPR Menerima KIP Kuliah

Pimpinan Komisi X Bantah Pernyataan Stafsus Jokowi soal Banyak Keluarga dan Orang Dekat DPR Menerima KIP Kuliah

Nasional
Gerindra Siapkan 4 Kader Maju Pilkada DKI, Ada Riza Patria, Budi Satrio, dan Sara

Gerindra Siapkan 4 Kader Maju Pilkada DKI, Ada Riza Patria, Budi Satrio, dan Sara

Nasional
Partai Negoro Resmi Diluncurkan, Diinisiasi Faizal Assegaf

Partai Negoro Resmi Diluncurkan, Diinisiasi Faizal Assegaf

Nasional
Tinjau TKP Kecelakaan Bus di Ciater Subang, Kakorlantas: Tak Ditemukan Jejak Rem

Tinjau TKP Kecelakaan Bus di Ciater Subang, Kakorlantas: Tak Ditemukan Jejak Rem

Nasional
Kunker ke Sultra, Presiden Jokowi Tiba di Pangkalan TNI AU Haluoleo

Kunker ke Sultra, Presiden Jokowi Tiba di Pangkalan TNI AU Haluoleo

Nasional
ICW Kritik Komposisi Pansel Capim KPK: Rentan Disusupi Konflik Kepentingan

ICW Kritik Komposisi Pansel Capim KPK: Rentan Disusupi Konflik Kepentingan

Nasional
Sekjen Gerindra Sebut Ada Nama Eksternal Dikaji untuk Bacagub DKI 2024

Sekjen Gerindra Sebut Ada Nama Eksternal Dikaji untuk Bacagub DKI 2024

Nasional
Soal Rencana Pertemuan Prabowo-Megawati, Sekjen Gerindra: Tak Ada Komunikasi yang Mandek

Soal Rencana Pertemuan Prabowo-Megawati, Sekjen Gerindra: Tak Ada Komunikasi yang Mandek

Nasional
KPK Diharapkan Tetap Ada meski Dilanda Isu Negatif

KPK Diharapkan Tetap Ada meski Dilanda Isu Negatif

Nasional
Tren Pemberantasan Korupsi Buruk, Jokowi Diwanti-wanti soal Komposisi Pansel Capim KPK

Tren Pemberantasan Korupsi Buruk, Jokowi Diwanti-wanti soal Komposisi Pansel Capim KPK

Nasional
Burhanuddin Muhtadi: KPK Ibarat Anak Tak Diharapkan, Maka Butuh Dukungan Publik

Burhanuddin Muhtadi: KPK Ibarat Anak Tak Diharapkan, Maka Butuh Dukungan Publik

Nasional
Gerindra Kaji Sejumlah Nama untuk Dijadikan Bacagub Sumut, Termasuk Bobby Nasution

Gerindra Kaji Sejumlah Nama untuk Dijadikan Bacagub Sumut, Termasuk Bobby Nasution

Nasional
Presiden Jokowi Bertolak ke Sultra, Resmikan Inpres Jalan Daerah dan Bendungan Ameroro

Presiden Jokowi Bertolak ke Sultra, Resmikan Inpres Jalan Daerah dan Bendungan Ameroro

Nasional
Jokowi Bersepeda di CFD Sudirman-Thamrin sambil Menyapa Warga Jakarta

Jokowi Bersepeda di CFD Sudirman-Thamrin sambil Menyapa Warga Jakarta

Nasional
KPK Kantongi Data Kerugian Ratusan Miliar dalam Kasus PT Taspen, tapi Masih Tunggu BPK dan BPKP

KPK Kantongi Data Kerugian Ratusan Miliar dalam Kasus PT Taspen, tapi Masih Tunggu BPK dan BPKP

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com