Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sepucuk Surat dari Riau untuk SBY

Kompas.com - 14/03/2014, 23:18 WIB

Maka kini, di segala penjuru Provinsi Riau, perkebunan kelapa sawit terhampar luas. Seperti yang dikhawatirkan oleh para pencinta lingkungan, pembukaan lahan besar-besaran oleh perkebunan kelapa sawit juga sangat berdampak pada lingkungan yang tidak sehat. Penggunaan pupuk kimia dan pestisida yang diserap oleh tanah dan kemudian akan mengalir ke sungai-sungai telah menjadikan Sungai Siak rusak. Seorang nelayan yang saya jumpai di tepian Sungai Siak mengaku, dulu, waktu belum ada perkebunan kelapa sawit, dia bisa memperoleh 50 kg ikan per hari. "Sekarang, dapat sekilo ikan saja susahnya bukan main," ujar nelayan itu kepada saya.

***
Dan hari ini, kabut asap sampai pada titik paling parah. Itu tandanya para pemilik modal memang masih melihat Riau sebagai ladang subur untuk menumbuhkembangkan kelapa sawit dan tanaman industri lainnya. Kepolisian Daerah (Polda) Riau menemukan bukti keterlibatan PT Nasional Sago Prima (NSP) dalam aksi pembakaran 1.300 hektar lahan di Kepulauan Meranti.

"Dua alat bukti tindak pidana membakar lahan sudah ditemukan. Dengan itu, penyelidikan kasus PT NSP dinaikkan ke penyidikan," kata Kapolda Riau Brigjen Pol Condro Kirono di Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru, Riau, Rabu (12/3/2014).

Jika melihat akibat yang sedemikian parah, boleh jadi pemilik PT NSP tidak pernah peduli pada apa yang akan terjadi setelah pembakaran hutan. Di otak pemilik PT itu barangkali cuma ada hitung-hitungan angka dan mempersetankan akibatnya. Entahlah apakah mereka masih memiliki hati nurani ketika menyaksikan kepedihan dan kerugian yang diakibatkan oleh ulah mereka.

Seperti rayap yang berjalan beriringan, begitulah, dampak bencana juga berendeng dengan beragam persoalan. Kabut asap tidak hanya menimbulkan dampak bagi kesehatan manusia, tetapi juga menimbulkan dampak menurunnya omzet bagi para pedagang makanan di Kota Pangkalan Kerinci.

Mereka mengaku omzet daganganya turun drastis akibat kabut asap yang melanda saat ini, berimbas pada berkurangnya jumlah pembeli sejak beberapa minggu terakhir. Demikian laporan laman www.goriau.com.

Tak cuma itu, polusi akibat kabut asap kebakaran lahan dan hutan menurut dokter Azizman Saad dari RSUD Arifin Achmad Pekanbaru di Pekanbaru sangat berbahaya bagi generasi penerus di Provinsi Riau. Pasalnya, polusi ini akan berdampak buruk pada pertumbuhan sel otak dan intelegensia bayi. "Bagi bayi yang terpapar langsung asap, maka pertumbuhan sel-sel otaknya akan berkurang sehingga mengurangi tingkat intelektual dan mengalami kemunduran kecerdasan," kata dokter Azizman Saad di Pekanbaru, Selasa (11/3/2014).

Azisman menambahkan, bayi yang masih di dalam kandungan ibunya juga terancam bahaya asap karena pertumbuhan janin tidak bisa optimal dan justru mengecil. Kondisi polusi asap kebakaran di Provinsi Riau yang berkepanjangan karena sudah berlangsung lebih dari sebulan terakhir, diakui Azizman, membuat daerah ini sudah tidak layak lagi dihuni. Sebab, indeks pencemaran udara menunjukkan level sangat tidak sehat sampai berbahaya, yang dalam kondisi tersebut seharusnya pemerintah mengungsikan seluruh warganya. Dalam kondisi pencemaran tersebut, lanjutnya, tingkat oksigen murni di udara menurun drastis dari batas normal sekitar 20,9 persen.

Udara kini sudah dipenuhi oleh partikel berbahaya sisa pembakaran lahan gambut dan kayu, di antaranya adalah metan dan karbondioksida. "Polusi ini membuat Riau sudah tidak layak dihuni. Idealnya, warga harus diungsikan. Tapi, pemerintah tentu tidak akan mampu mengungsikan semua warganya," kata dokter spesialis paru ini. Ia mengatakan, penggunaan masker medis saat polusi asap yang makin parah sekarang ini tidak banyak menolong. Terlebih lagi, masker yang dibagi-bagikan pemerintah tidak sesuai dengan standar untuk menangkap partikel berbahaya.

Karena kabut asap yang semakin tebal dan kualitas udara yang dinyatakan berbahaya, sejumlah pegawai negeri di lingkungan Pemerintah Provinsi Riau meminta untuk diliburkan. Semakin hari, semakin banyak warga yang tercatat mengungsi karena penderita infeksi saluran pernapasan atas.

"Kalau memang sudah membahayakan, seharusnya semua diliburkan, termasuk kami pegawai karena beraktivitas di luar rumah juga," ujar seorang PNS yang meminta namanya dirahasiakan.

Sementara itu, sebelumnya Kadinkes Riau Zainal Arifin menyebutkan bahwa Riau tidak layak lagi ditinggali karena kondisi asap yang berbahaya. Dinas sendiri belum memiliki rekomendasi kepada Gubernur untuk meliburkan PNS. Namun, besok, Kadinkes Provinsi akan mengumpulkan seluruh Kadinkes Kabupaten/Kota untuk merumuskan sebuah rekomendasi kepada Gubernur terkait bahaya asap ini.

"Nanti kita lakukan pertemuan dahulu. Setelah itu, baru kita buat rekomendasi kepada Gubernur. Saat ini saya belum bisa mengomentari apakah diliburkan atau tidak, yang jelas kita lakukan pertemuan dulu," tutur Zainal.

Kabut asap akhirnya juga menyeberang ke negeri tetangga, Singapura. Asap yang "diekspor" itu diprediksi bakal terus menebal seiring perubahan arah angin.

Staf Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru, Ardhitama, menuturkan, ada perubahan atmosfer di ketinggian 7.000-10.000 kaki. Inilah yang menyebabkan asap Sumatera beralih ke Singapura.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com