Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sidarto: Penyadap Jokowi dari Kelompok Profesional

Kompas.com - 24/02/2014, 17:10 WIB
Sabrina Asril

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Politisi senior Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Sidarto Danusubroto, menyebut penyadapan terhadap Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi dilakukan oleh kelompok profesional.

"Itu betul-betul orang profesional yang pasang itu, dan sekarang sudah dibersihkan juga oleh orang profesional," ujar Sidarto di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (24/2/2014).

Sidarto mengatakan, pihaknya menyimpulkan bahwa pelaku berasal dari kelompok profesional. Kesimpulan itu berdasarkan lokasi penyembunyian alat sadap dan cara pemasangannya. "Itu profesional. Saya sudah dengar dua bulan lalu dari Jokowi sendiri," katanya.

Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat RI itu yakin bahwa motif penyadapan terhadap Jokowi terkait kepentingan politik. Jokowi, lanjutnya, dianggap sebagai kompetitor kuat dalam Pilpres 2014. Namun, Sidarto menilai bahwa upaya penyadapan itu janggal. Pasalnya, penyadapan seyogianya hanya dilakukan terkait kepentingan nasional.

"Dia belum declare (capres) kok sudah disadap. Penyadapan itu (seharusnya) pada teroris, separatis, pemimpin gerakan, koruptor, bukan pada orang-orang baik begitu, dong," kata Sidarto.

Apakah ada indikasi bahwa penyadapan dilakukan oleh intelijen negara? "Saya nggak mau komentar soal itu. Tapi itu dilakukan oleh profesional. Bukan beli lalu pasang, beli dari Glodok lalu dipasang. Nggaklah. Penyadapan ini keterlaluan, bukan omong kosong," jawab mantan ajudan Presiden pertama RI, Soekarno, itu.

Sebelumnya, upaya penyadapan tersebut diungkap oleh PDI-P. Disebutkan, tiga alat sadap ditemukan di rumah dinas Gubernur DKI Jakarta pada Oktober 2012. Belakangan, Jokowi membenarkan hal itu.

Alat sadap tersebut, kata pihak PDI-P, dapat merekam suara dan gambar. Setelah tim pengawal Jokowi menemukan alat sadap ketika melakukan pembersihan dan renovasi di rumah dinas, lokasi alat sadap tersebut sempat diacak. Baru pada Desember 2012, semua alat sadap itu dimatikan.

Jokowi memilih tidak melaporkan temuan itu ke kepolisian karena tidak ada hal rahasia yang dibicarakannya bersama sang istri, Iriana, di rumah tersebut. Dia mengaku lebih banyak membicarakan tentang makanan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com