JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh mengaku bersyukur atas keputusan Pemerintah Indonesia yang tetap mempertahankan nama Usman-Harun sebagai nama kapal perang milik TNI Angkatan Laut. Namun, Paloh mengaku akan protes jika pemerintah nantinya berubah sikap dengan menuruti permintaan Pemerintah Singapura mengganti nama kapal tersebut.
Tidak tanggung-tanggung, Paloh mengaku akan menduduki kantor Kementerian Pertahanan sambil telanjang dada. "Saya pikir saya akan buka baju saya, mungkin saya akan duduk seharian di kantor Menhan atau entah di mana, yang penting saya protes," kata Paloh di Kantor DPP Nasdem, Jakarta, Kamis (13/2/2014).
Menurut Paloh, meski mempertahankan nama Usman-Harun mengganggu hubungan Indonesia dengan Singapura, dampak mengganti nama kapal itu akan jauh lebih buruk bagi pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.
"Implikasinya, pemerintah jatuh (kalau menuruti Singapura). Sebelum hubungan kerja sama dengan Singapura jatuh, pemerintah jatuh," katanya.
Sebelumnya, Pemerintah Singapura memprotes rencana pemberian nama Usman-Harun untuk kapal perang TNI Angkatan Laut. Usman dan Harun merupakan dua pahlawan nasional Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Presiden 050/TK/1968. Usman bin Said dan Harun bin Muhammad Ali adalah prajurit KKO (kini Korps Marinir TNI AL) yang dihukum mati oleh Singapura karena mengebom gedung perkantoran di kawasan Orchard, MacDonald House, pada 10 Maret 1965.
Pascaprotes, Kementerian Pertahanan Singapura membatalkan pertemuan dialog pertahanan dengan Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, yang sedianya digelar di Singapura bersamaan dengan acara kedirgantaraan, Singapore Airshow, 11-16 Februari 2014.
Karena Singapura membatalkan dialog bilateral itu, Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, Minggu (9/2/2014) pagi, mendadak membatalkan kunjungannya ke Singapura, yang semula direncanakan dimulai pada hari Minggu kemarin hingga Rabu (12/2/2014).
TNI AL tetap teguh akan memakai nama KRI Usman-Harun untuk salah satu fregat ringan yang tengah dipesan dari Inggris. Bagi TNI AL, keputusan itu final.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.