Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masyarakat Mesti Waspada "Politik Gentong Babi" Jelang Pemilu

Kompas.com - 12/02/2014, 22:04 WIB
Ihsanuddin

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Menjelang penyelenggaraan Pemilu 2014, politik gentong babi (pork barel) dikhawatirkan kembali terjadi. Politik gentong babi adalah upaya calon pemimpin memberikan uang atau barang tertentu kepada masyarakat untuk mendulang suara. Cara ini biasanya dilakukan oleh calon incumbent yang pada umumnya telah memiliki kekuasaan.

Praktik ini dibahas dalam diskusi bertajuk "Politik Gentong Babi Menjelang Pemilu" di Jakarta, Rabu (12/2/2014) malam. Hadir sebagai narasumber, anggota DPR Budiman Sudjatmiko, Aktivis Indonesia Corruption Watch (ICW) Ade Irawan, dan Stand Up Comedian Notaslimboy.

Budiman sebagai anggota DPR dua periode mengaku paham betul mengenai praktik politik gentong babi di kalangan anggota Dewan. Ia mengaku selalu menghindari cara-cara seperti itu.

"Jika seseorang punya kekuasaan, maka dia akan cenderung korupsi, memanfaatkan kekuasaannya untuk keuntungan pribadi," kata Budiman.

Dia menjelaskan, biasanya anggota DPR yang ingin maju kembali pada periode selanjutnya cenderung menggunakan cara-cara seperti ini. Menjelang pemilu, mereka memperjuangkan agar daerah pemilihan mereka mendapatkan berbagai fasilitas dan bantuan. Padahal, terkadang daerah itu tidak benar-benar membutuhkan bantuan yang diberikan.

Sebaliknya, daerah yang butuh diperjuangkan, justru tidak mendapatkan bantuan yang seharusnya karena incumbent legislatif yang kembali maju tidak dari sana.

Hal tersebut diamini oleh Ade. Bahkan, menurutnya, politik gentong babi seperti ini bukan hanya terjadi di legislatif saja, tapi juga di eksekutif.

"Dalam temuan kami, politik gentong babi selalu muncul setiap menjelang pemilu, baik pemilu nasional ataupun pemilukada," kata Ade.

Dia mencontohkan, pada pemilu legislatif 2009, ada praktik bagi-bagi voucher pendidikan. Namun, yang mendapatkan voucher itu, katanya, bukan lah sekolah-sekolah miskin yang bangunannya sudah hampir roboh, melainkan sekolah yang kaya secara finansial.

"Uang yang diberikan pun tidak dasarkan pada fakta. Dibilangnya pribadi, namun itu sebenarnya bantuan dari pemerintah," lanjutnya.

Budiman berkesimpulan, untuk mengatasi politik gentong babi seperti ini, masyarakat lah yang harus cerdas dalam memilih. Masyarakat diminta untuk tidak memilih mereka yang menggunakan politik uang untuk menggalang suara.

"Dan kenyataannya, sekarang juga masyarakat sudah pintar. Terbukti, banyak pilkada yang sekarang sudah dimenangkan oleh mereka yang tidak punya modal. Incumbent justru kalah. Misalnya Pilkada Jakarta dan Jawa Tengah. Kita lihat saja apakah di pemilu legislatif dan pemilu presiden nanti, hal ini bisa terulang," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KPK Siap Hadapi Gugatan Praperadilan Gus Muhdlor Senin Hari Ini

KPK Siap Hadapi Gugatan Praperadilan Gus Muhdlor Senin Hari Ini

Nasional
Jasa Raharja Santuni Semua Korban Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang  

Jasa Raharja Santuni Semua Korban Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang  

Nasional
Soal Rencana Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Soal Waktu, Komunikasi Tidak Mandek

Soal Rencana Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Soal Waktu, Komunikasi Tidak Mandek

Nasional
Bus Rombongan Siswa SMK Terguling di Subang, Kemendikbud Minta Sekolah Prioritaskan Keselamatan dalam Berkegiatan

Bus Rombongan Siswa SMK Terguling di Subang, Kemendikbud Minta Sekolah Prioritaskan Keselamatan dalam Berkegiatan

Nasional
Saat DPR Bantah Dapat Kuota KIP Kuliah dan Klaim Hanya Distribusi...

Saat DPR Bantah Dapat Kuota KIP Kuliah dan Klaim Hanya Distribusi...

Nasional
Hari Kedua Kunker di Sultra, Jokowi Akan Tinjau RSUD dan Resmikan Jalan

Hari Kedua Kunker di Sultra, Jokowi Akan Tinjau RSUD dan Resmikan Jalan

Nasional
Serba-serbi Isu Anies pada Pilkada DKI: Antara Jadi 'King Maker' atau Maju Lagi

Serba-serbi Isu Anies pada Pilkada DKI: Antara Jadi "King Maker" atau Maju Lagi

Nasional
Diresmikan Presiden Jokowi, IDTH Jadi Laboratorium Pengujian Perangkat Digital Terbesar dan Terlengkap Se-Asia Tenggara

Diresmikan Presiden Jokowi, IDTH Jadi Laboratorium Pengujian Perangkat Digital Terbesar dan Terlengkap Se-Asia Tenggara

Nasional
Hujan Lebat yang Bawa Material Vulkanis Gunung Marapi Perparah Banjir di Sebagian Sumbar

Hujan Lebat yang Bawa Material Vulkanis Gunung Marapi Perparah Banjir di Sebagian Sumbar

Nasional
Pemerintah Saudi Tambah Layanan 'Fast Track' Jemaah Haji Indonesia

Pemerintah Saudi Tambah Layanan "Fast Track" Jemaah Haji Indonesia

Nasional
Banjir Luluh Lantakkan Sebagian Sumatera Barat, Lebih dari 40 Orang Tewas

Banjir Luluh Lantakkan Sebagian Sumatera Barat, Lebih dari 40 Orang Tewas

Nasional
Berkaca Kecelakaan di Ciater, Polisi Imbau Masyarakat Cek Dulu Izin dan Kondisi Bus Pariwisata

Berkaca Kecelakaan di Ciater, Polisi Imbau Masyarakat Cek Dulu Izin dan Kondisi Bus Pariwisata

Nasional
Dugaan SYL Memeras Anak Buah dan Upaya KPK Hadirkan 3 Dirjen Kementan Jadi Saksi

Dugaan SYL Memeras Anak Buah dan Upaya KPK Hadirkan 3 Dirjen Kementan Jadi Saksi

Nasional
Jokowi Santap Nasi Goreng dan Sapa Warga di Sultra

Jokowi Santap Nasi Goreng dan Sapa Warga di Sultra

Nasional
Prabowo Klaim Serasa Kubu 'Petahana' Saat Pilpres dan Terbantu Gibran

Prabowo Klaim Serasa Kubu "Petahana" Saat Pilpres dan Terbantu Gibran

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com