Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Capreskan Jokowi, PDI-P Akan Kalah dari Golkar

Kompas.com - 09/01/2014, 18:50 WIB
Ihsanuddin

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Joko "Jokowi" Widodo memiliki pengaruh yang besar dalam mengubah tingkat elektabilitas partainya. Jika tidak mencalonkan Jokowi sebagai presiden, suara PDI-P akan turun drastis. PDI-P diperkirakan akan dikalahkan pesaing terbesarnya, Partai Golongan Karya (Golkar).

Hal tersebut terlihat dari hasil survei Indo Barometer yang dirilis di Jakarta, Kamis (9/1/2014). "Kita ingin mengetahui, bagaimana elektabilitas Jokowi ini bisa mempengaruhi elektabilitas partainya," kata Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari saat merilis hasil surveinya.

Survei menunjukkan, jika mencalonkan Jokowi, PDI-P akan mendapatkan suara 35,8 persen, jauh meninggalkan Golkar di urutan kedua dengan suara 15,8 persen. Di urutan ketiga dan keempat, ada Partai Gerindra dengan 7,9 persen dan Partai Demokrat dengan 4,6 persen. Sisanya adalah PKB (3,8 persen), PAN (2,5 persen), Hanura (2,5 persen), PPP (1,7 persen), Nasdem (1,3 persen), PKS (1,3 persen), PKPI (0,8 persen), suara tidak sah (2,1 persen), dan tidak menandai surat suara (20,0) persen.

"Namun, saat PDI-P tidak mencalonkan Jokowi, perolehan suaranya turun dengan drastis, bahkan di bawah Golkar," lanjut Kodari.

Jika hal itu terjadi, Golkar berada di urutan pertama dengan memperoleh 20,8 persen suara. Di bawahnya, PDI-P bertengger dengan suara 19,6 persen. PKB naik ke posisi ketiga dengan perolehan suara yang juga meningkat, yakni 9,6 persen. Di urutan keempat dan kelima, ada Gerindra dengan 7,5 persen dan Demokrat dengan 5,8 persen.

Sisanya, ada Hanura (3,3 persen), PAN (2,9 persen), Nasdem (1,7 persen), PPP (1,7 persen), PKS (1,3 persen), PBB (0,4 persen), suara tidak sah (0,8 persen), dan tidak menandai surat suara (24,6) persen.

Qodari mengatakan, pengaruh Jokowi yang begitu besar ini merupakan fenomena yang cukup unik mengingat ia hanyalah kader biasa. "Kalau dulu PDI-P bisa menang karena sosok Megawati dan Demokrat bisa menang karena sosok SBY, wajar karena mereka petinggi partai," jelasnya.

Qodari menjelaskan, waktu pengumpulan data survei 4-5 desember 2013. Survei ini dilaksanakan di 34 provinsi di seluruh Indonesia dengan jumlah responden sebesar 1.200 orang dengan margin error sebesar ± 3,0 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Responden dipilih dengan metode multistage random sampling untuk menghasilkan responden yang mewakili seluruh populasi publik dewasa Indonesia, yakni berusia 17 tahun atau lebih atau sudah menikah ketika survei dilakukan. Sementara itu, pengumpulan data dilakukan dengan wawancara tatap secara langsung dengan menggunakan kuesioner.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sengketa Pileg, Hakim MK Sindir MU Kalah Telak dari Crystal Palace

Sengketa Pileg, Hakim MK Sindir MU Kalah Telak dari Crystal Palace

Nasional
Wakil Ketua MK Sindir Nasdem-PAN Berselisih di Pilpres, Rebutan Kursi di Pileg

Wakil Ketua MK Sindir Nasdem-PAN Berselisih di Pilpres, Rebutan Kursi di Pileg

Nasional
PDI-P Berada di Dalam atau Luar Pemerintahan, Semua Pihak Harus Saling Menghormati

PDI-P Berada di Dalam atau Luar Pemerintahan, Semua Pihak Harus Saling Menghormati

Nasional
Dua Kali Absen, Gus Muhdlor Akhirnya Penuhi Panggilan KPK

Dua Kali Absen, Gus Muhdlor Akhirnya Penuhi Panggilan KPK

Nasional
Ganjar Tegaskan Tak Gabung Pemerintahan Prabowo, Hasto: Cermin Sikap PDI-P

Ganjar Tegaskan Tak Gabung Pemerintahan Prabowo, Hasto: Cermin Sikap PDI-P

Nasional
Kelakuan SYL Minta Dibayarkan Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta, Bawahan Kebingungan

Kelakuan SYL Minta Dibayarkan Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta, Bawahan Kebingungan

Nasional
Gibran Siap Berlabuh ke Partai Politik, Golkar Disebut Paling Berpeluang

Gibran Siap Berlabuh ke Partai Politik, Golkar Disebut Paling Berpeluang

Nasional
PPDS Berbasis Rumah Sakit, Jurus Pemerintah Percepat Produksi Dokter Spesialis

PPDS Berbasis Rumah Sakit, Jurus Pemerintah Percepat Produksi Dokter Spesialis

Nasional
Polisi dari 4 Negara Kerja Sama demi Tangkap Gembong Narkoba Fredy Pratama

Polisi dari 4 Negara Kerja Sama demi Tangkap Gembong Narkoba Fredy Pratama

Nasional
Soal Peluang Duetkan Anies-Ahok, PDI-P: Masih Kami Cermati

Soal Peluang Duetkan Anies-Ahok, PDI-P: Masih Kami Cermati

Nasional
KPK Kembali Panggil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Singgung Jemput Paksa

KPK Kembali Panggil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Singgung Jemput Paksa

Nasional
Hamas Minta JK Turut Serta dalam Upaya Damai di Palestina

Hamas Minta JK Turut Serta dalam Upaya Damai di Palestina

Nasional
KPU Pertanyakan Klaim PPP Kehilangan 5.000 Suara di Sulsel

KPU Pertanyakan Klaim PPP Kehilangan 5.000 Suara di Sulsel

Nasional
KPU Bantah Dalil Sengketa Irman Gusman yang Ngotot Maju DPD

KPU Bantah Dalil Sengketa Irman Gusman yang Ngotot Maju DPD

Nasional
Kontak Senjata hingga Penyanderaan Pesawat, Rintangan Pemilu 2024 di Papua Tengah Terungkap di MK

Kontak Senjata hingga Penyanderaan Pesawat, Rintangan Pemilu 2024 di Papua Tengah Terungkap di MK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com