Sampai akhir tahun 2013, konvensi belum mampu mendongkrak elektabilitas Demokrat. Bahkan ada yang mengatakan konvensi seperti mobil derek yang terancam mogok.
Partai lain bukan tak bergerak. Sejumlah partai mengaku telah merancang strategi koalisi sejak dini.
Golkar sudah lebih dulu deklarasi akan mengusung Aburizal "Ical" Bakrie, Prabowo Subianto menjadi bakal capres dari Gerindra, dan Hatta Rajasa diusulkan maju sebagai capres oleh partainya, Partai Amanat Nasional (PAN). Tak ketinggalan, partai Islam juga mulai menawarkan tokoh-tokohnya pada masyarakat.
Partai Persatuan Pembangunan (PPP) memberi sinyal akan mengusung Suryadharma Ali yang mengklaim mendapat dukungan dari 20 DPW PPP. Keputusan pastinya akan ditetapkan melalui forum Rapat Pimpinan Nasional PPP yang rencananya dilaksanakan pada pekan ketiga Januari tahun depan.
Begitu juga dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Setelah hampir sepanjang tahun digempur dengan kasus dugaan korupsi impor daging yang menjerat Presiden PKS (sekarang mantan) Luthfi Hasan Ishaaq, partai ini mencoba bangkit mengembalikan kepercayaan publik melalui Pemilu Raya. Hasilnya, mencuat nama Presiden PKS saat ini Anis Matta dan Ketua Fraksi PKS di DPR Hidayat Nur Wahid sebagai dua tokoh favorit yang dipilih kader PKS untuk diusung menjadi bakal calon presiden.
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) juga tak mau ketinggalan. Mereka mulai mewacanakan tiga nama yang dibidik menjadi bakal capresnya. Mereka adalah, mantan Wakil Presiden, Jusuf Kalla; mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD, dan raja dangdut Rhoma Irama. Nama yang terakhir cukup mengundang tanda tanya. Mengapa PKB berani mencuatkan nama Rhoma sebagai bakal capresnya? Ada pengamat yang menilai, hal ini hanya untuk mendongkrak pemberitaan terkait PKB. Entahlah. Yang jelas, pasti jadi bagian dari salah satu strategi politik partai pimpinan Muhaimin Iskandar itu.
Joko Widodo
Dari semua nama di atas, nama kader PDI Perjuangan yang kini menjabat Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, paling fenomenal. Baru setahunan menjabat Gubernur DKI, namanya sudah digadang-gadang "naik kelas" menjadi calon presiden. Survei sejumlah lembaga menempatkannya sebagai kandidat capres terpopuler dan berpotensi meraup elektabilitas tinggi.
Anggap saja geliat yang terjadi sepanjang tahun ini sebagai pemanasan. Tak ada yang mutlak dalam politik. Segala sesuatu bisa saja berubah. Dan yang pasti, semuanya tergantung Anda, pemilik suara.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.