Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jaksa yang Korupsi Harus Dihukum Lebih Berat

Kompas.com - 16/12/2013, 11:33 WIB
Icha Rastika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Anggota Komisi Kejaksaan Kamilov Sagala mengatakan bahwa seorang jaksa yang melanggar hukum seharusnya dihukum lebih berat dibandingkan masyarakat biasa. Sebagai seorang penegak hukum, jaksa itu sedianya sadar hukum dan tidak melakukan perbuatan melawan hukum.

“Tidak ada kata lain selain dihukum berat karena seorang penegak hukum yang sudah sadar hukum, tetapi tetap melanggar hukum, jelas hukumannya dua kali daripadai masyarakat biasa,” kata Kamilov melalui pesan singkat yang diterima wartawan, Senin (16/12/2013).

Dia mengomentari penangkapan Kepala Kejaksaan Negeri Praya, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Subri oleh Komisi Pemberantasan Korupsi.

Subri ditangkap bersama seorang perempuan berinisial LAR, Minggu (15/12/2013), karena diduga menerima suap Rp 213 juta terkait perkara pemalsuan dokumen lahan di Lombok. Kamilov mengatakan, tertangkapnya jaksa Subri oleh KPK ini hanya fenomena gunung es. Menurutnya, masih banyak jaksa nakal lainnya yang belum terungkap.

Untuk mengawasi perilaku jaksa, lanjut Kamilov, Komjak telah bekerja sama dengan KPK melalui nota kesepahaman (MoU). Namun, menurut Kamilov, kerja sama tersebut belum maksimal.

“Sampai saat ini belum ada realisasi kegiatan yang nyata dari kedua belah pihak. Baru tahap administrasi kerja saja, seperti SPDP Kejaksaan yang ditembuskan ke Komjak,” ujarnya.

Ke depannya, kata Kamilov, Komjak akan lebih proaktif dengan KPK terkait banyaknya laporan masyarakat mengenai kenakalan jaksa.

“Komjak masih kedinginan dalam panasnya kasus korupsi di negeri kita,” tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ridwan Kamil Sebut Pembangunan IKN Tak Sembarangan karena Perhatian Dunia

Ridwan Kamil Sebut Pembangunan IKN Tak Sembarangan karena Perhatian Dunia

Nasional
Jemaah Haji Dapat 'Smart' Card di Arab Saudi, Apa Fungsinya?

Jemaah Haji Dapat "Smart" Card di Arab Saudi, Apa Fungsinya?

Nasional
Kasus LPEI, KPK Cegah 4 Orang ke Luar Negeri

Kasus LPEI, KPK Cegah 4 Orang ke Luar Negeri

Nasional
Soal Anies Maju Pilkada, PAN: Jangan-jangan Enggak Daftar Lewat Kami

Soal Anies Maju Pilkada, PAN: Jangan-jangan Enggak Daftar Lewat Kami

Nasional
Kontras: 26 Tahun Reformasi, Orde Baru Tak Malu Menampakkan Diri

Kontras: 26 Tahun Reformasi, Orde Baru Tak Malu Menampakkan Diri

Nasional
Dilaporkan Ke Polisi, Dewas KPK: Apakah Kami Berbuat Kriminal?

Dilaporkan Ke Polisi, Dewas KPK: Apakah Kami Berbuat Kriminal?

Nasional
KPK Sita Mobil Mercy di Makassar, Diduga Disembunyikan SYL

KPK Sita Mobil Mercy di Makassar, Diduga Disembunyikan SYL

Nasional
Anggota Komisi X Usul UKT Bisa Dicicil, Kemendikbud Janji Sampaikan ke Para Rektor

Anggota Komisi X Usul UKT Bisa Dicicil, Kemendikbud Janji Sampaikan ke Para Rektor

Nasional
PKB-PKS Jajaki Koalisi di Pilkada Jatim, Ada Keputusan dalam Waktu Dekat

PKB-PKS Jajaki Koalisi di Pilkada Jatim, Ada Keputusan dalam Waktu Dekat

Nasional
Amnesty Internasional: 26 Tahun Reformasi Malah Putar Balik

Amnesty Internasional: 26 Tahun Reformasi Malah Putar Balik

Nasional
Dilangsungkan di Bali, World Water Forum Ke-10 Dipuji Jadi Penyelenggaraan Terbaik Sepanjang Masa

Dilangsungkan di Bali, World Water Forum Ke-10 Dipuji Jadi Penyelenggaraan Terbaik Sepanjang Masa

Nasional
Kritik RUU Penyiaran, Usman Hamid: Negara Harusnya Jamin Pers yang Independen

Kritik RUU Penyiaran, Usman Hamid: Negara Harusnya Jamin Pers yang Independen

Nasional
Ahli Sebut Struktur Tol MBZ Sulit Diperkuat karena Material Beton Diganti Baja

Ahli Sebut Struktur Tol MBZ Sulit Diperkuat karena Material Beton Diganti Baja

Nasional
DKPP Panggil Desta soal Ketua KPU Diduga Rayu PPLN

DKPP Panggil Desta soal Ketua KPU Diduga Rayu PPLN

Nasional
Anggap Publikasikan Nama Calon Menteri Tidak Tepat, PAN: Tunggu Prabowo Minta Dulu

Anggap Publikasikan Nama Calon Menteri Tidak Tepat, PAN: Tunggu Prabowo Minta Dulu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com