Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Disebut Jenderal Tak Tegas, Ini Komentar SBY

Kompas.com - 12/11/2013, 10:16 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengaku mendengar kritikan dari berbagai pihak yang menyebutnya tidak tegas dalam memimpin. Presiden juga mengaku mendengar permintaan agar dirinya tidak perlu bicara banyak tentang hak asasi manusia dan kemanusiaan.

"Saya dengar komentar, 'SBY itu Jenderal, mestinya bisa lebih tegas dan tidak perlu bicara banyak tentang HAM dan kemanusiaan', kata Presiden SBY dalam akun Twitter-nya @SBYudhoyono.

Menjawab pernyataan itu, SBY balik bertanya, pernahkan Anda menjumpai dan menyaksikan drama yang memilukan di medan pertempuran? SBY lalu bercerita saat dirinya melaksanakan operasi di Timor Timor tahun 1976 . Saat itu, terjadi kontak tembak sekitar setengah jam.

Di sana, SBY mengaku menjumpai anak laki-laki berusia 5 tahun menangis memeluk ibunya yang tewas karena peluru nyasar. Peristiwa itu, kata SBY, telah mengubah masa depan anak itu selamanya.

"Ketika Anda menjalani tugas operasi dan bertemu dengan penduduk sipil, Anda akan bisa membaca wajah, hati, dan pikiran mereka. Mereka takut, putus asa, bingung. Siang hari mereka takut pada TNI dan Polri. Malam hari mereka takut pada GAM/Fretelin/OPM," kata SBY.

"Rasa aman dan tentram, salah satu hak dasar yang paling asasi, telah dirampas dan dicabut oleh keadaan," katanya.

"Saya sangat memahami perasaan istri dan anak-anak yang kehilangan orang yang mereka cintai. Juga para orangtua prajurit yang gugur," tambah dia.

SBY mengatakan, pengalaman dan pergulatan hidup telah membentuk kepribadiannya sebagai presiden. "Saya tidak akan obral dan girang untuk begitu saja menyatakan perang dengan bangsa lain. Saya menyenangi perdamaian," katanya.

Di tweet-nya yang lain, SBY menyinggung komentar yang bernada pesimistis dan negatif terhadap jabatan presiden. SBY mengutip pernyataan, "Heran, kenapa banyak yang ingin jadi presiden. Emang enak? Memang bisa bikin baik negeri ini?"

Menjawab sikap pesimistis itu, SBY mengatakan, tidak benar jika presiden dianggap serba susah, sengsara, dan tidak ada yang bisa diperbuat untuk bangsa. Bagi pemimpin sejati, kata dia, suka duka, tantangan berat, dan ujian sejarah merupakan romantika dan kekayaan hidup yang tiada tara. Pengorbanan yang harus dibayar juga luar biasa.

"Pemimpin adalah sosok yang dipuji sekaligus dibenci. Tapi, bagaimanapun, itu sesuatu yang mulia," kata Ketua Majelis Tinggi sekaligus Ketua Umum DPP Partai Demokrat itu.

"Ketika saya berkunjung ke daerah bertemu masyarakat, mendengar harapan dan aspirasinya, rasa lelah baik fisik maupun pikiran sirna. Melihat sinar mata masyarakat di banyak kesempatan, rasanya tidak ada masalah yang tidak ada solusinya, seberat apa pun masalahnya," tambahnya.

Presiden juga berharap mendapat dukungan dari semua warga Indonesia. "Jika presiden dan rakyat yang mendukungnya bisa jadikan Indonesia lebih baik dan maju, itulah puncak kebahagiaan dan kehormatan seseorang presiden," kata SBY.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Terbukti Selingkuh, Hakim Pengadilan Agama di Asahan Diberhentikan

Terbukti Selingkuh, Hakim Pengadilan Agama di Asahan Diberhentikan

Nasional
Dukung Program Prabowo-Gibran, Partai Buruh Minta Perppu Cipta Kerja Diterbitkan

Dukung Program Prabowo-Gibran, Partai Buruh Minta Perppu Cipta Kerja Diterbitkan

Nasional
Sidang Gugatan PDI-P Kontra KPU di PTUN Digelar Tertutup

Sidang Gugatan PDI-P Kontra KPU di PTUN Digelar Tertutup

Nasional
Hakim MK Berang KPU Tak Hadiri Sidang Sengketa Pileg, Tuding Tak Pernah Serius sejak Pilpres

Hakim MK Berang KPU Tak Hadiri Sidang Sengketa Pileg, Tuding Tak Pernah Serius sejak Pilpres

Nasional
PTUN Gelar Sidang Perdana PDI-P Kontra KPU Hari Ini

PTUN Gelar Sidang Perdana PDI-P Kontra KPU Hari Ini

Nasional
Profil Andi Gani, Tokoh Buruh yang Dekat dengan Jokowi Kini Jadi Staf Khusus Kapolri

Profil Andi Gani, Tokoh Buruh yang Dekat dengan Jokowi Kini Jadi Staf Khusus Kapolri

Nasional
Timnas Lawan Irak Malam Ini, Jokowi Harap Indonesia Menang

Timnas Lawan Irak Malam Ini, Jokowi Harap Indonesia Menang

Nasional
Peringati Hardiknas, KSP: Jangan Ada Lagi Cerita Guru Terjerat Pinjol

Peringati Hardiknas, KSP: Jangan Ada Lagi Cerita Guru Terjerat Pinjol

Nasional
Kekerasan Aparat dalam Peringatan Hari Buruh, Kontras Minta Kapolri Turun Tangan

Kekerasan Aparat dalam Peringatan Hari Buruh, Kontras Minta Kapolri Turun Tangan

Nasional
Menag Sebut Jemaah RI Akan Dapat 'Smart Card' Haji dari Pemerintah Saudi

Menag Sebut Jemaah RI Akan Dapat "Smart Card" Haji dari Pemerintah Saudi

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Ribuan Suara Pindah ke Partai Garuda di Dapil Sumut I-III

Sengketa Pileg, PPP Klaim Ribuan Suara Pindah ke Partai Garuda di Dapil Sumut I-III

Nasional
Temui KSAD, Ketua MPR Dorong Kebutuhan Alutsista TNI AD Terpenuhi Tahun Ini

Temui KSAD, Ketua MPR Dorong Kebutuhan Alutsista TNI AD Terpenuhi Tahun Ini

Nasional
Jokowi Resmikan Bendungan Tiu Suntuk di Sumbawa Barat, Total Anggaran Rp 1,4 Triliun

Jokowi Resmikan Bendungan Tiu Suntuk di Sumbawa Barat, Total Anggaran Rp 1,4 Triliun

Nasional
Meneropong Kabinet Prabowo-Gibran, Menteri 'Triumvirat' dan Keuangan Diprediksi Tak Diisi Politisi

Meneropong Kabinet Prabowo-Gibran, Menteri "Triumvirat" dan Keuangan Diprediksi Tak Diisi Politisi

Nasional
Dewas KPK Gelar Sidang Perdana Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron Hari Ini

Dewas KPK Gelar Sidang Perdana Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron Hari Ini

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com