JAKARTA, KOMPAS.com
— Rencana Partai Kebangkitan Bangsa mengusung Jusuf Kalla tidak hanya menguntungkan PKB, tetapi juga mantan wakil presiden tersebut. Namun, pengusungan Kalla oleh PKB bisa merugikan Partai Golkar.

Pandangan itu dikemukakan pengamat politik dari Pol-Track Institute, Hanta Yuda AR, dan pengamat politik dari Charta Politica, Yunarto Wijaya, yang dihubungi secara terpisah, Senin (4/11), di Jakarta.

Hanta Yuda mengatakan, PKB setidaknya akan memperoleh tiga keuntungan jika mengusung Kalla sebagai calon presiden. Pertama, elektabilitas Kalla bisa mendongkrak elektabilitas PKB. ”Pak JK (Jusuf Kalla) bisa menjadi magnet elektoral. Orang yang tertarik kepada JK otomatis akan tertarik pada PKB,” katanya.

Keuntungan kedua bagi PKB, Kalla akan menjadi magnet untuk menarik partai politik lain berkoalisi dengan PKB. Ketiga, Kalla menjadi magnet media yang potensial. ”Itu (pengusungan Kalla) adalah insentif bagi PKB,” kata Hanta.

Menurut Hanta, PKB telah kehilangan tokoh yang menjadi magnet elektoral setelah Gus Dur tiada. Karena itu, PKB gencar melakukan eksperimen politik untuk mencari magnet elektoral baru. Pilihan PKB kepada Kalla pun dinilai tepat.

Secara terpisah, Yunarto Wijaya mengatakan, rencana PKB mengusung Kalla merupakan langkah untuk mendongkrak elektabilitas parpol karena PKB memiliki keterbatasan kader. PKB dinilai cukup sadar bahwa mereka membutuhkan nama atau figur yang bisa menarik perhatian publik.

Menurut Yunarto, PKB setidaknya sudah mempunyai tiga nama besar dan populer dalam bursa pencapresan 2014.

Sebelum nama Kalla muncul, PKB sudah memunculkan nama mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD dan musisi Rhoma Irama.

”Dengan nama-nama itu, PKB sebagai parpol kelas medioker bisa saja terdongkrak naik,” ujarnya.

Sebelumnya, politisi PKB anggota Komisi III DPR, Abdul Malik Haramain, mengemukakan bahwa DPW Jawa Timur memang menginginkan PKB mengusung Kalla sebagai capres pada Pilpres 2014. (Kompas, 4/11)

Kendaraan politik

Jika PKB serius mengusung Kalla, kata Hanta, Kalla juga akan memperoleh keuntungan karena memperoleh kendaraan politik untuk maju sebagai capres 2014.

Pasalnya, peluang Kalla untuk maju sebagai capres Partai Golkar sudah tertutup. Golkar sudah mengusung Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie sebagai capres 2014.

”PKB menjadi kendaraan politik yang potensial bagi JK. Dengan adanya kendaraan politik, JK pasti akan kembali diorbitkan ke hadapan publik sebagai capres 2014. Ini tentu saja akan memegaruhi pergerakan opini publik,” tutur Hanta.

Namun, Yunarto menilai, pengusungan Kalla oleh PKB bisa menjadi pisau bermata dua bagi Kalla. Selain menguntungkan, juga merugikan. PKB bisa menjadi beban bagi Kalla karena elektabilitas PKB masih berada di bawah 10 persen.

Survei Kompas Juni 2013 memperlihatkan bahwa elektabilitas PKB sebesar 5,7 persen dan berada di bawah elektabilitas Golkar (16,0 persen), PDI-P (23,6 persen), Demokrat (10,1 persen), dan Gerindra (13,6 persen).

Perpecahan

Menurut Hanta, pengusungan Kalla oleh PKB berpotensi mengganggu soliditas internal mesin Partai Golkar. Di dalam kubu Golkar bisa terjadi perpecahan, antara dukungan yang mengarah kepada Kalla dan dukungan kepada Aburizal.

Perpecahan di internal Partai Golkar, sebagaimana terjadi pada 2004 dan 2009, kata Yunarto, sangat berpotensi terulang kembali. ”Ini adalah karakter pragmatis yang khas dari Golkar,” ujarnya.

Karena itu, Golkar perlu melakukan evaluasi terhadap pencapresan Aburizal dan mempelajari survei terbaru mengenai Golkar dan Aburizal.

”Golkar bisa membatalkan hasil rapimnas yang mengukuhkan Aburizal sebagai capres dan membuka kembali mekanisme konvensi capres,” kata Yunarto.

Namun, menurut Wakil Sekretaris Jenderal Partai Golkar Lalu Mara Satriawangsa, peluang Kalla untuk diusung PKB sangat kecil.

”Pak JK adalah senior, tokoh, dan Ketua Umum Partai Golkar periode 2004-2009. Sebagai tokoh senior Partai Golkar, kami yakin beliau akan berkomitmen membesarkan Golkar,” tulisnya melalui pesan singkat. (J)