LHI: bunda saya minta maaf baru bangun tidur, baru seger.
BP: bunda juga baru pulang jam 8, karena pengen negerokok, bosen di rumah sakit dari hari jumat, pengen merokok. Ini lagi ngobrol sama Iwan (sapaan Ridwan). Kalau bangun. Bakbuk-bakbuk, jangan senen. Kalau bangun. Iwan bisa cover zakat di istana. Jangankan orang dekat siapa nanti. Ini alternatif saja hilang.
LHI: waktu itu di depan bunda, saya telepn ke sana supaya memberi tahu segera. Karena prosesnya sudah panjang supaya dihentikan prosesnya untuk memperjuangkan yang namanya ... Udah hentikan nanti sampe arah yang...
BP: ...itu kan sahabatnya si manyun.
LHI: siapa, si Widhi itu?
BP: iya, orang dari DPD, kalau dari DPP sih nggak apa apa
LHI: mungkin begini, memang mereka berbicara soal itu. Dia nanya yang tidak ada alternatif untuk gantikan yang lama itu. Saya tidak kenal betul tapi setelah dapat restu dari bunda Langsung saya telepon
BP: Itu kiblatnya satu, itu kiblatnya HP. Sekarang saya bilang ke Iwan, bunda tak akan lagi bicara pada pak haji susu, bunda gak akan negor lagi, gak akan minta lagi, kalau sampe, harusnya kan hari ini, Fathan sudah duduk, harusnya menurut pak haji. Kalau sampe ia dikabulkan, bunda berhenti semuanya. Wan bunda tak mau dimainin. Apa yang pak haji susu minta sama bunda, bilang pak lurah semua bunda temui, seorang fathan, bunda dihianati. Bunda tidak bisa terima. Kalau fathannya sudah. Kita yang butuh dia. Nggak masalah Fathan sih, Sudah jangan bicara lagi wan, bunda capek.
LHI: Saya khawatir mereka jalan terus.
BP: sampe dianter ke pintu jam 1 malam. Bunda bilang jangan dikasih alternatif, nanti alternatifnya yang dibesarin. Besok gak ada namanya Fathan.
LHI: saya tadi pagi ketemu sama dia, tapi untuk urusan lain sama menteri-menteri lain.
BP: sekarang ini, bunda ini jam 10 ditunggu Dipo kan. Sebelum dia ke JCC. Katanya kan, bun jadi nanti kita ketemu sama mas boed jam 2.45. Bunda di Grand Hyyat saja, supaya gak ke mana-mana Nah kalau sudah begini, males kita urusin TPA-nya. Nanti kalau Maret ada reshuffle, ya sudah saja, nanti saya gnmomong sama pak lurah, bener apa yang kamu bilang tentang haji susu itu, sudah babat saja, aman. Bunda gituin aja, aman. Bunda disuruh ngurus beliau emang di atas satu orang, banyak orang, saya tantang.
LHI: Bukan maksud saya, dia kan decission maker, bunda kan mengkondisikan para dicission maker. Kerjaan lebih berat yang mengkondisikan pada decission maker dari pada yang pengambil keputusan sendiri. Ya allah.
BP : jadi kalo si Fathan itu kita minta tempatkan atau reshuflle kita barterlah dengan Dirjen, itu masih beratlah. Ini cuma untuk pintu masuk. Beratnya dimana? Dan bunda kan gak ngerti untuk satu ini saja deh, ntar juga penuh, ngapain diatas bunda gag kenal orang, kenapa bunda harus milih, karena bunda tahu kapasitas orang ini. Kalo gag tau waduh gak berani kita, mau ngejodoh-jodohin orang. Ini dunia akherat bunda, gak berani.
Nah, begitulah awalnya. Masyarakat dibikin penasaran oleh nama Bunda Putri. Alasan KPK memunculkan nama Bunda Putri dalam persidangan, diakui oleh Ketua KPK Abraham Samad, lantaran terkait dengan keterangan-keterangan lainnya.
"Karena kan terkait dengan keterangan-keterangan yang lain, gitu. Tapi dia sifatnya berdiri sendiri oleh karena itu kita masih dalami," kata Ketua KPK Abraham Samad saat ditemui di Istana Merdeka, Jl Medan Merdeka Utara, Jumat (11/10/2013).
Menurut Samad, keterangan Bunda Putri itu bersifat berdiri sendiri. Tak ada kaitan dengan perkara yang bergulir di persidangan.
"Tidak punya nilai pembuktian, karena dia berdiri sendiri. Tidak didukung oleh fakta-fakta dan bukti-bukti lain," tegasnya.
Atas pernyataannya ini, KPK pun terkesan gamang untuk menelisik lebih jauh keterlibatan Bunda Putri atas kasus kuota sapi impor itu. Alasannya, KPK merasa belum perlu memanggil Bunda Putri sekalipun penyebutan nama wanita misterius itu oleh saksi dan terdakwa di sidang kasus suap sapi impor menyinggung pihak tertentu, termasuk Presiden SBY.
Juru Bicara KPK Johan Budi, Jumat 11 Oktober 2013, menyatakan, KPK memanggil seseorang untuk dimintai keterangan sesuai kebutuhan penyidikan. “Memeriksa seseorang itu bukan tergantung kegundahan Presiden,” kata Johan di kantor KPK.
Lalu siapa sebenarnya Bunda Putri ini? Sebuah majalah yang mengaku menemukan jejaknya menulis, bahwa Bunda Putri yang memiliki nama asli Non Saputri bertempat tinggal di Jalan Metro Pondok Indah, SB-09, RT05/015, Jakarta Selatan.
Bunda Putri ini diketahui berasal dari Cilimus, Kuningan, Jabar. Bunda Putri juga memiliki rumah di sana. Menurut adik tirinya, Otong Mulyadin yang juga kepala desa, Bunda Putri kerap pulang 4-5 bulan sekali. Ketika pulang dia kerap membagikan sembako dan uang ke penduduk yang tak mampu.