Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mun'im Idries, Dokter Forensik dari Soekarno sampai Sisca Yofie

Kompas.com - 27/09/2013, 06:19 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Dokter forensik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, Mun'im Idries, berpulang ke Rahmatullah, Jumat (27/9/2013) dini hari. Terlahir dengan nama lengkap Abdul Mun'im Idries, dia sudah ibarat legenda di dunia kedokteran forensik Indonesia.

Bagaimana tidak menjadi legenda, dia sudah terlibat dalam penyelidikan atas meninggalnya Presiden Soekarno, tetapi masih diminta pendapat untuk kasus pembunuhan Sisca Yofie di Bandung, Jawa Barat, baru-baru ini. Terlebih lagi, sepanjang kariernya di dunia kedokteran, dia berada tak jauh-jauh dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan RSCM.

Mun'im dilahirkan di Pekalongan, Jawa Tengah, pada 25 Mei 1947. Meski demikian, dia menempuh pendidikan sejak SD sampai sarjana di Jakarta. Mun'im menyelesaikan pendidikan kedokteran umumnya di FK UI pada 1971. Keahliannya di bidang forensik mendapatkan "legitimasi" gelar spesialis pada 1979, dari kampus yang sama.

Semenjak saat itu, dunia forensik nyaris tak terpisahkan dengan Mun'im. Meski tak tercantum dalam biodata yang diunggahnya dalam blog pribadi, dia adalah salah satu dokter yang turut dalam penyelidikan mendalam atas kondisi Presiden Soekarno sampai meninggal. Lagi-lagi tak sempat tertulis di blog prbadinya, kasus Sisca Yofie pun sempat mendapatkan sumbang saran dari Mun'im meski sempat memunculkan reaksi dari Bandung.

Selama berkiprah di bidang forensik, Mun'im banyak diminta pendapat untuk kasus-kasus kematian berimplikasi hukum. Tak tanggung-tanggung, dia pun diamanahi menjadi penanggung jawab pengajaran forensik di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian.

Kasus yang ditangani Mun'im berdasarkan catatan dalam blog pribadinya antara lain kasus pembunuhan atas artis terkemuka era 1980-an, Ditje Budimulyono, kasus penembakan misterius yang mewarnai tahun-tahun pertama 1980-an, kasus perkosaan massal dalam kerusuhan Mei 1998, kasus yang melibatkan mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Antasari Azhar, kasus Marsinah, dan beragam kasus lain.

Setidaknya, 28 buku telah dia tulis dan menjadi referensi dalam dunia forensik Indonesia, mulai dari analisis mengenai kasus dan fenomena bunuh diri, perkosaan, hingga kasus anak-anak yang mendapatkan perlakuan kekerasan atau menyimpang di dalam keluarga.

Bagi para koleganya, Mun'im juga adalah teman yang peduli pada rekan, sekaligus guru yang baik. "Ketika aktif di Ikatan Dokter Indonesia, beliau di Badan Hukum dan Pembelaan Anggota," kata salah satu dokter staf di bagian forensik RSCM yang menolak disebutkan namanya kepada Kompas.com, Jumat pagi.

"Beliau guru kami, orang baik, konsisten, dan profesional," lanjut dia. Tak hanya dirinya, dokter ini mengatakan para alumnus kedokteran FK-UI akan merasakan kehilangan yang sama. "Tidak ada yang bisa menggantikan beliau, yang bisa bersama semua kalangan," imbuhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com