Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendagri Pertanyakan Sistem Pemutakhiran Data Pemilih KPU

Kompas.com - 13/09/2013, 14:53 WIB
Deytri Robekka Aritonang

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Gamawan Fauzi mempertanyakan sistem pendataan yang digunakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk memutakhirkan data pemilih menjadi daftar pemilih sementara hasil perbaikan (DPSHP). Ia curiga KPU tidak menggunakan daftar penduduk potensial pemilih pemilu (DP4) seperti diperintahkan undang-undang (UU).

"Kami ingin tanya, sistem yang dipakai KPU apa? Mereka kan punya Sidalih (Sistem Informasi Daftar Pemilih). Sidalih ini dari mana dia berangkatnya? Bagaimana cara menyusun Sidalih itu?" kata Gamawan, di Gedung Kemendagri, Jakarta, Jumat (13/9/2013).

Ia mengatakan, seharusnya KPU menyandingkan data yang diberikan pemerintah melalui DP4 saat memutakhirkan data pemilih. Terlebih lagi, kata Gamawan, Kemendagri telah membagikan DP4 ke kabupaten/kota. Gamawan juga mempertanyakan apakah data tersebut disandingkan oleh KPU daerah dalam menyusun DPSHP.

"Mereka (pemerintah daerah) sudah koordinasikan dengan KPU setempat kalau diperlukan, per kabupaten/kota. Itu yang kami tidak tahu (apakah disandingkan atau tidak). Mestinya KPU yang menjawab itu," kata Gamawan.

Ia mengklaim, dibandingkan data kependudukan mana pun, DP4 Kemendagri lebih baik. Contohnya, lanjut Gamawan, sistem yang dimiliki pemerintah mampu menyisir data penduduk yang terekam dua kali.

"Dia (KPU) punya alat tidak untuk mengecek itu dua kali? Kalau kami (Kemendagri) punya. Karena itu, kami sangat percaya diri menyatakan data ini sangat bersih," katanya.

Gamawan mengungkapkan, KPU diberi kelonggaran waktu menetapkan daftar pemilih tetap (DPT) di tingkat kabupaten/kota. Memanfaatkan waktu itu, ia meminta KPU menyandingkan data dari DP4 dengan data dalam Sidalih.

KPU telah menyerahkan data DPSHP kepada Kemendagri, Jumat (6/9/2013) lalu. Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri kemudian menyandingkan DPSHP KPU dengan data DP4. Dari penyandingan data tersebut ditemukan hanya 111 juta jiwa pemilih yang tercatat yang memiliki nomor induk kependudukan (NIK). Sementara 79 juta jiwa lainnya tidak tercatat NIK-nya.

Padahal, dari 190 juta data DP4 yang diberikan Kemendagri kepada KPU diyakini sudah terdapat NIK. Penyandingan data DPSHP dan DP4 tidak dilakukan secara bersama-sama antara KPU dan Kemendagri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo', Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Sebut Jokowi Kader "Mbalelo", Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Nasional
[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri 'Triumvirat' Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri "Triumvirat" Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

Nasional
Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com