Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Balik Kisah Jadwal Imsakiyah

Kompas.com - 19/07/2013, 16:21 WIB

Muh. Ma'rufin Sudibyo*

KOMPAS.com - Jadwal imsakiyah menjadi salah satu kebutuhan pokok umat Islam di Indonesia sepanjang bulan Ramadhan. Daya tarik utamanya terletak pada awal waktu Subuh dan Maghrib, yang masing-masing menjadi penanda dimulai dan berakhirnya ibadah puasa dalam satu hari.

Jadwal ini terpublikasi di mana-mana, baik sebagai lembaran di masjid/musala, sisipan di halaman media massa cetak, hingga pamflet komersial produk tertentu. Pada masa kini, jadwal imsakiyah bahkan hadir dalam versi digital seperti dijumpai pada berbagai pemrograman, laman, dan tautan. Kita juga bisa memerolehnya melalui perangkat telepon pintar hingga sabak elektronik, lengkap dengan sistem pengingatnya.

Khusus tahun ini, yang telah dinisbatkan sebagian orang sebagai tahun politik, jadwal imsakiyah juga bertebaran di mana-mana bersama dengan pamflet-pamflet promosi diri para bakal calon anggota legislatif dalam berbagai tingkatan yang bakal berlaga tahun depan.

Melimpahnya jadwal imsakiyah mempermudah setiap insan Muslim menjalani ibadah puasa Ramadhan-nya. Namun, di sisi lain, jadwal imsakiyah yang beredar pun beraneka ragam dan satu dengan yang lainnya kerap berbeda atau berselisih waktu. Tak jarang, bagi suatu daerah dijumpai ada tiga, empat, atau bahkan lima versi jadwal imsakiyah yang berbeda-beda dengan selisih waktu bisa merentang hingga 4 menit antara satu sama lain, sehingga kerap membuat publik bingung. 

Di sela diskursus seluk-beluk awal Ramadhan dan hari raya, mari sejenak kita pusatkan perhatian pada jadwal imsakiyah yang juga merupakan salah satu aplikasi astronomi dalam Islam.

Seperti halnya yang arah kiblat, jadwal imsakiyah pun menjadi salah satu monumen pengingat bahwa senyampang tiada perbedaan dalam hisab waktu shalat, namun pengabaian terhadap rukyat waktu shalat akan berakibat serius.

Pilihan

Jadwal imsakiyah sesungguhnya adalah jadwal waktu lima shalat wajib harian biasa, seperti juga pada bulan-bulan kalender Hijriah non-Ramadhan. Maka, jadwal imsakiyah pun terdiri dari lima awal waktu shalat masing-masing Shubuh, Zuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya’.

Sebagai tambahan, terdapat pula awal waktu Imsak dan kadangkala waktu Dhuha. Bedanya, jadwal waktu lima shalat wajib di bulan suci Ramadhan memberikan penekanan terhadap waktu Imsak. Dari sinilah nama imsakiyah berasal, disamping juga pada waktu Maghrib.

Waktu Imsak sejatinya bukanlah bagian waktu shalat wajib, melainkan tambahan sebelum awal waktu Shubuh bermula. Tidak seluruh mazhab dalam Islam menyatakan eksistensi waktu Imsak, sehingga jika kita misalnya berkelana ke kawasan Timur Tengah takkan kita jumpai adanya waktu Imsak. Waktu Imsak hanya sebagai pengingat bahwa awal waktu Shubuh sebagai tanda dimulainya puasa Ramadhan hari itu bakal segera tiba sebentar lagi.

Waktu lima shalat wajib merupakan waktu Matahari, sehingga hanya bergantung pada kedudukan Matahari. Tidak seperti hilal yang masih belum terdefinisi dengan jelas, waktu-waktu lima shalat wajib telah dinyatakan cukup jelas dan tak ada perbedaan pendapat (khilafiyah) tentangnya.

Waktu Shubuh, misalnya, diawali dari terbitnya cahaya fajar senyata (fajar shadiq) di cakrawala timur dan berakhir saat Matahari terbit (syuruq).

Waktu Dhuhur berawal pada kulminasi atas (istiwa’) Matahari dan berakhir pada saat Ashar.

Waktu Ashar dimulai pada saat panjang bayang-bayang pendulum sama dengan panjang pendulumnya setelah memperhitungkan waktu Dhuhur dan berakhir saat Maghrib.

Waktu Maghrib dimulai pada saat terbenamnya Matahari dan berakhir pada saat Isya’.

Dan waktu Isya’ berawal pada saat cahaya senja senyata (syafaq ahmar) tepat menghilang dari cakrawala barat dan berakhir pada saat Shubuh.

Definisi tersebut lantas diturunkan dalam elemen geometris Matahari. Pada penurunan inilah ada sedikit perbedaan antara Indonesia dengan mancanegara. Bagi waktu Dhuhur, ‘Ashar dan Maghrib memang tak dijumpai perbedaan. Tidak demikian halnya bagi waktu Isya’ dan Shubuh, yang memiliki pilihan berbeda seperti dari Egyptian General Authority of Survey (EGAS), Islamic Society of North America (ISNA), Moslem World League (MWL) dan University of Islamic Sciences Karachi (Pakistan).

Pilihan-pilihan tersebut mendeskripsikan tinggi Matahari bagi waktu Isya’ dan Shubuh yang berbeda-beda. Misalnya, dalam pilihan EGAS tinggi Matahari untuk waktu Isya’ dan Shubuh masing-masing adalah -17,5 derajat (di bawah cakrawala barat) dan -19,5 derajat (di bawah cakrawala timur). Namun bagi ISNA pilihannya adalah sama-sama -15 derajat baik untuk Isya’ maupun Subuh.

Kementerian Agama tidak menggunakan satupun pilihan itu, namun memiliki opsinya sendiri merujuk pendapat (alm) Saadoe’din Djambek. Waktu Isya ditetapkan tinggi Mataharinya -18 derajat dari cakrawala barat sementara waktu Shubuh -20 derajat dari cakrawala timur.

Pertemuan BHR tahun 2010 menegaskan pilihan ini adalah sementara, selagi rukyat cahaya fajar dan senja, yang secara teknis jauh lebih sulit ketimbang rukyat hilal, di Indonesia masih berlangsung untuk mengetahui sifat-sifatnya lebih lanjut. Sedangkan waktu Imsak dinyatakan sebagai 10 menit sebelum waktu Shubuh dan tak terkait dengan fenomena alamiah apapun, termasuk cahaya zodiak (fajar kadzib).

Tepat

Dengan mengacu opsi tersebut, jadwal imsakiyah disusun dengan perhitungan (hisab) berbasis algoritma posisi Matahari untuk titik acuan (markaz) tertentu yang khas bagi suatu wilayah administratif (kabupaten/kota). Tiap wilayah administratif memiliki titik acuan dengan koordinat dan elevasinya (dari paras air laut rata-rata) sendiri-sendiri. Hasil hisab dioptimalisasi dengan menyertakan faktor toleransi (ihtiyaath) yang memperhitungkan karakteristik geografis wilayah administratif itu, mulai dari lebarnya (dari timur ke barat) hingga selisih elevasinya (antara titik acuan dengan lokasi pemukiman tertinggi).

Dengan demikian, jadwal imsakiyah bisa berlaku bagi segenap titik di wilayah administratif tersebut tanpa terkecuali. Inilah yang membuat jadwal imsakiyah khas bagi wilayah administratifnya. Maka dua kabupaten/kota yang berdampingan tetap memiliki jadwal imsakiyahnya masing-masing seiring perbedaan karakter geografisnya.

Indonesia terdiri dari 497 kabupaten/kota sehingga idealnya juga memiliki 497 jadwal imsakiyah yang berbeda-beda. Di masa kini, menyusun jadwal imsakiyah sebanyak itu sebenarnya tidaklah sulit seiring tersedianya teknologi komputasi yang menghemat waktu dan tenaga, sehingga perhitungan dapat dilakukan secara semi otomatis dengan tetap mematuhi prinsip-prinsip dasar penyusunan waktu shalat.

Namun, sebagian kita kadang mencoba bertindak praktis dengan sekedar memindahkan jadwal imsakiyah dari titik acuan kota besar tertentu ke suatu daerah dengan hanya menggunakan koreksi waktu. Hal ini sesungguhnya tidak dianjurkan. Memang ada koreksi waktu, yang berdasarkan selisih garis bujur antara dua tempat, sehingga misalnya bagi Serang (Banten) cukup ditambah +2 menit dari Jakarta. Akan tetapi, koreksi waktu ini hanya berlaku untuk awal waktu Dhuhur. Sementara bagi awal waktu shalat lainnya tidaklah demikian karena tak sekedar dipengaruhi oleh kedudukan garis bujurnya namun juga garis lintang.

Beragamnya jadwal imsakiyah yang beredar di publik untuk satu wilayah administratif tertentu terjadi oleh bermacam sebab. Misalnya, akibat koordinat/elevasi titik acuan yang tak sama, pilihan waktu Shubuh dan Isya yang tak sama hingga pilihan faktor toleransi yang tak sama.
Dapat terjadi pula jadwal tersebut sesungguhnya dihitung untuk titik acuan lain namun dipindahkan ke tempat tersebut dengan hanya berdasar koreksi waktu. Keragaman ini tentu membingungkan, terlebih dalam bulan Ramadhan yang mengandung klausul mengakhirkan waktu sahur dan menyegerakan berbuka. Salah pilih jadwal dapat berujung pada batalnya puasa meski tanpa sengaja.

Lantas, mana yang tepat dan bisa digunakan? Rukyat-lah jawabannya, khususnya rukyat posisi Matahari pada momen tertentu seperti awal waktu Shuhur maupun terbit dan terbenamnya Matahari (awal Maghrib). Ini bisa dilakukan dengan mengobservasi Matahari secara langsung lewat teknik rukyat yang aman.

Bisa pula dengan meneranya pada jam Matahari/bencet (sundial), misalnya menggunakan jam Matahari terbesar seperti di Masjid Tegalsari Surakarta (Jawa Tengah). Jadwal imsakiyah yang tepat adalah jadwal yang waktu Dhuhurnya bersesuaian dengan kulminasi atas Matahari sementara waktu Maghribnya tepat bersamaan dengan terbenamnya Matahari.

* Muh Ma'rufin Sudibyo, Koordinator Riset Jejaring Rukyatul Hilal Indonesia & Ketua Tim Ahli Badan Hisab dan Rukyat Daerah Kebumen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Tak Lagi Dianggap Kader, PDI-P: Loyalitas Sangat Penting

Jokowi Tak Lagi Dianggap Kader, PDI-P: Loyalitas Sangat Penting

Nasional
PPP Buka Peluang Usung Sandiaga jadi Cagub DKI

PPP Buka Peluang Usung Sandiaga jadi Cagub DKI

Nasional
Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Nasional
Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Nasional
Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Nasional
PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

Nasional
Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Nasional
Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Nasional
Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Nasional
Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Nasional
5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

Nasional
Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Nasional
[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com