Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Mesir hingga Jember

Kompas.com - 08/07/2013, 20:59 WIB
Jodhi Yudono

Penulis

Catatan Kaki Jodhi Yudono

Semula saya hendak menulis tentang situasi Mesir pasca Mursi digulingkan oleh militer dan oposisi negeri itu.  Tayangan TV dan berita tentang Mesir sudah saya lahap beberapa hari belakangan ini. Tapi situasi dalam negeri republik ini sungguh lebih memprihatinkan berkait dengan kenaikan harga kebutuhan hidup setelah kenaikan harga BBM dan menjelang puasa tiba.

Namun tak ada salahnya juga sebelum lebih jauh ngomongin soal harga-harga kebutuhan yang melambung tinggi, baik juga kita longok sejenak peristiwa yang sedang berlangsung di Mesir.

Maklumlah, meski letaknya ribuan Km dari Indonesia, toh Mesir punya riwayat yang dekat dengan Indonesia. Mesir adalah negara pertama di dunia yang mengakui Kemerdekaan RI dari penjajahan Belanda. Ya, Mesir adalah saudara kita. Kini bangsa itu sedang lara, kita wajib memerhatikannya juga.

Di samping, tentu saja ada pelajaran penting yang bisa kita petik dari situasi terakhir Mesir. Menurut hemat saya, ada yang tak lazim sedang berlangsung di Mesir dan juga pada peradaban umat manusia. Bayangkanlah, kudeta oleh militer atas sebuah pemerintahan yang sah dan demokratis di bawah pemerintahan Presiden Mursi yang baru berlangsung setahun, "didiamkan" bahkan oleh bangsa-bangsa yang selama ini mengaku demokratis.

Ah..., jangan-jangan, kejadian di Mesir dan di Indonesia penyebabnya sama, yakni lantaran mengikisnya akal sehat.

Krisis akal sehat membuat kita tak lagi mampu berpikir jernih. Ketika akal sehat hilang, maka krisis-krisis lainnya pun tampil di depan mata.

Dan lihatlah Mesir kini, kaum oposisi yang didukung militer negeri itu menuduh Mursi memiliki empat "dosa", karenanya dia wajib digulingkan. Yang pertama, karena dominasi Ikhwan (pendukung Mursdi) di Pemerintahan. Yang kedua, memburuknya ekonomi Mesir. Ketiga, adanya pelanggaran HAM. Keempat, Mursi membuat dekrit dengan menyatakan Presiden tidak dapat diturunkan oleh pengadilan.

Barangkali terlalu lebay jika berharap banyak dari pemerintahan yang baru berusia setahun untuk mengubah suasana menjadi lebih baik. Selain itu, tuduhan "empat dosa Mursi" pastilah dengan gampang bisa dipatahkan kelompok pendukung Mursi. Tuduhan pertama, mereka bisa menjawab 'adalah wajar jika pemenang pemilu menguasai pemerintahan. Partai Kebebasan dan Keadilan memenangkan pemilu dengan suara 40%. Wajar jika kemudian mereka memiliki anggota dewan terbanyak dan menjadi mayoritas di parlemen."

Tuduhan kedua, bisa saja dipatahkan dengan argumen bahwa buruknya ekonomi Mesir merupakan warisan Mubarak. Birokrasi di masa Mubarak adalah birokrasi yang korup, dan birokrasi ini masih bertahan di masa Mursi.

Mengenai pelanggaran HAM, berkait dengan serangan ke Gereja Koptik bisa dibantah bukan dilakukan oleh pemerintah, sebab hingga kini polisi belum mengumumkan hasilnya.

Tentang dekrit presiden, ini dilakukan Mursi karena banyak antek Mubarak di pengadilan dan MK mencoba menggulingkan Mursi dengan berbagai tuduhan. Karena itu, Mursi membuat dekrit dengan menyatakan Presiden tidak dapat diturunkan oleh pengadilan (edition.cnn.com).

Sebagai jawaban dari tindakan militer yang berlebihan itu, ribuan Ikhwanul Muslimin yang tak terima Mursi digulingkan pun berkumpul di Nasr City, Kairo, Mesir untuk memprotes kudeta militer dalam menumbangkan mantan Presiden Mursi dan pemerintahan yang sah.

Diberitakan AlJazeera, Jumat 5 Juli 2013, ribuan orang bergabung dalam unjuk rasa setelah salat Jumat waktu setempat. Para pendukung Mursi berkumpul memenuhi panggilan Ikhwanul Muslimin yang menyerukan untuk demonstrasi menentang kudeta terhadap Mursi pada Rabu 3 Juli 2013 oleh militer Mesir akibat desakan unjuk rasa oposisi yang digelar sejak Minggu 30 Juni 2013.

Pendukung mantan Presiden Mohammed Mursi terus melanjutkan aksi unjuk rasa pada hari Minggu waktu setempat. Kendati dalam aksi demonstrasi sebelumnya telah mengakibatkan jatuhnya korban tewas sebanyak 30 orang dan melukai lebih dari 1.100 lainnya di seluruh negeri.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

    Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

    Nasional
    Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

    Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

    Nasional
    Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

    Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

    Nasional
    Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

    Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

    Nasional
    Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

    Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

    Nasional
    Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

    Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

    Nasional
    Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

    Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

    Nasional
    Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

    Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

    Nasional
    Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

    Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

    Nasional
    Jokowi Sebut Penyusunan Kabinet Mendatang Hak Prerogatif Prabowo

    Jokowi Sebut Penyusunan Kabinet Mendatang Hak Prerogatif Prabowo

    Nasional
    Temui Warga Aceh Usai Pilpres, Cak Imin Janji Lanjutkan Perjuangan

    Temui Warga Aceh Usai Pilpres, Cak Imin Janji Lanjutkan Perjuangan

    Nasional
    Timnas Akan Hadapi Guinea untuk Bisa Lolos ke Olimpiade, Jokowi: Optimistis Menang

    Timnas Akan Hadapi Guinea untuk Bisa Lolos ke Olimpiade, Jokowi: Optimistis Menang

    Nasional
    KPK Sebut Penyidik Bisa Jemput Paksa Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

    KPK Sebut Penyidik Bisa Jemput Paksa Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

    Nasional
    TNI AD Mulai Tanam Padi di Merauke, KSAD: Selama Ini Hasilnya Kurang Baik

    TNI AD Mulai Tanam Padi di Merauke, KSAD: Selama Ini Hasilnya Kurang Baik

    Nasional
    KPK Mengaku Bisa Tangkap Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Kapan Saja

    KPK Mengaku Bisa Tangkap Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Kapan Saja

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com