Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Surat buat Yani

Kompas.com - 01/07/2013, 22:11 WIB
Jodhi Yudono

Penulis


Catatan Kaki Jodhi Yudono

Don, nama lelaki itu. Tempo hari saya juga pernah bercerita tentang lelaki ini dan kekasihnya, Yani. Don, sebagaimana Juha, adalah sosok yang begitu dekat dengan kehidupan saya. Begitu dekatnya ia dan saya, sehingga nyaris tiada rahasia di antara dia dan saya.

Kepada saya ia mengaku sebagai lelaki "pejalan kaki" yang kesepian. Syukurlah, katanya suatu hari, ada Yani, perempuan yang rela menjadi kekasih jiwanya. Kepada Yani itulah, Don biasa membagi perasaannya.

Ini kali, setelah ia melakukan perjalanan ke pantai utara Jawa, tepatnya di Kabupaten Krw, ia pun ingin berbagi perasaan dengan kekasihnya itu dalam sebuah surat. Inilah bunyi surat itu.Yani, kekasihku.

Ketika bintang merah tenggelam di langit barat, aku sedang berada di atas mobil pada jalan berlumpur yang membelah tanah persawahan di Cmy, Kabupaten Krw.Kegelapan melenyapkan bayangan petak-petak sawah di kanan kiriku. Kunang-kunang pada malam ini rupanya lebih memilih tidur ketimbang mengapung di udara basah sehabis hujan yang mendera tanah persawahan ini.

Setelah melewati sebuah tikungan, mendadak lampu mobilku menangkap bayangan dua pengendara sepeda yang berjarak tinggal sedepa dari moncong mobil. Dua pengendara sepeda tanpa lampu itu terseok-seok lantaran kaget oleh deru mesin mobilku.

Ah..., seperti aku kah mereka, merubu-rubu jalan gelap untuk sampai ke rumah? Atau..., mereka justru baru saja memulai mencari penghidupan menuju hamparan sawah untuk berburu katak atau belut?

Mobilku terus melata melintasi jalanan berombak yang baru pertama kali ini kulalui. Aku tak mengira, jarak begitu dekat dari pusat kekuasaan bernama ibu kota Jakarta, tapi sarana jalan di sini masih begini jeleknya.

Barangkali lantaran orang Jakarta sudah kelewat sibuk, sehingga mereka abai terhadap kehidupan masyarakat yang tak seberapa jauh jaraknya dari tempat tinggal mereka.Hari-hari datang dan pergi. Hidup di sini tak tambah baik.

Lihatlah, kekasihku, wilayah "lumbung padi" ini sekarang telah menjadi "lumbung" pengangguran yang tak ketulungan banyaknya. Sawah berpetak-petak dengan rumpun padi yang menghijau, bukan lagi mereka punya. Cukuplah bagi penduduk setempat menjadi bohemian yang mendirikan tenda-tenda di tepian jalan saat panen tiba. Mereka tidur di kemah-kemah darurat bersama keluarga selama berhari-hari, sekedar mencari bulir-bulir gabah sebagai upah mereka menjadi buruh pemetik padi.

Siang tadi aku sempat tersenyum sinis pada seorang pejabat Pemda saat ia menerangkan tentang kebijakan pemerintah setempat. Katanya, sejak "tempo doeloe" masyarakat mengenal kabupaten Krw sebagai lumbung padi Jawa Barat. Bila sampai saat ini julukan itu masih dipertahankan, tentunya terkait dengan kebijaksanaan Provinsi Jawa Barat yang memfungsikan Krw sebagai lahan pertanian padi sawah.

Luas lahan sawah di wilayah ini 93.590 hektar atau sekitar 53 persen dari luas kabupaten dan tersebar di seluruh kecamatan. Pada tahun 2001, wilayah ini menghasilkan 1,1 juta ton padi sawah. Sementara untuk tingkat provinsi pada tahun yang sama, Jawa Barat menghasilkan sekitar 8 juta ton padi sawah.

"Selain padi sawah, juga dihasilkan padi ladang sebanyak 1.516 ton dari 740 hektar lahan di Kecamatan Pkl. Sedangkan padi sawah dihasilkan oleh 22 kecamatan dengan Kecamatan Cmy sebagai penyumbang utama. Lahan sawah 19.312 hektar di daerah ini terluas di antara kecamatan lain dan menghasilkan tidak kurang 115.000 ton," sambung pak pejabat.

Setelah mendengar cerita berbusa-busa pak pejabat, aku pun ngeloyor pergi setelah beliau tak sanggup menjawab pertanyaanku. "Punya warga setempatkah padi, sawah, dan ladang yang bapak ceritakan?"

Aku tahu kenapa Pak pejabat tak bisa menjawab pertanyaanku. Sebab dia tahu persis, betapa orang Jakarta amat gemar menabung tanah di sini. Bahkan, menurut seorang lelaki di Desa Cgb, seorang direktur rumah sakit di Jakarta bisa tiap minggu membeli tanah di sini.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

    Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

    Nasional
    Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

    Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

    Nasional
    Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

    Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

    Nasional
    TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

    TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

    Nasional
    Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

    Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

    Nasional
    PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

    PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

    Nasional
    Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

    Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

    Nasional
    Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

    Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

    Nasional
    Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

    Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

    Nasional
    PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

    PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

    Nasional
    Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

    Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

    Nasional
    Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

    Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

    Nasional
    Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

    Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

    Nasional
    Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

    Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

    Nasional
    Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

    Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com