Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Mana Surat Presiden untuk Mendepak PKS?

Kompas.com - 14/06/2013, 08:30 WIB
Indra Akuntono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Kabar mengenai posisi PKS di koalisi partai pendukung pemerintah semakin memanas. Bahkan terakhir, PKS memutuskan sikap resminya untuk tetap bersama koalisi meski menolak rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.

Sikap final PKS tersebut disampaikan tak lama setelah beredar isu bahwa PKS akan dikeluarkan dari sekretariat gabungan koalisi partai pendukung pemerintaan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono. Bahkan, kabarnya SBY telah menandatangani surat "pemecatan" PKS tersebut.

Ketua Fraksi PKS Hidayat Nur Wahid menjelaskan, rencana Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk mendepak PKS telah terendus sejak akhir pekan lalu. Menurut Hidayat, informasi itu sangat valid karena disampaikan oleh seseorang yang memiliki kedekatan dengan Presiden.

"Informasinya benar, ini A1," kata Hidayat, di Gedung Parlemen, Jakarta, Kamis (13/6/2013). Anggota Majelis Syuro PKS ini menyebutkan, informasi itu ia peroleh pada Jumat (7/6/2013) malam, dari orang dekat Presiden melalui seorang menteri asal PKS.

Namun, Hidayat menolak memberikan identitas kedua orang itu. Dari informasi yang diperolehnya, surat pendepakan PKS dari koalisi itu akan sampai ke pihak PKS pada Sabtu (8/6/2013). Namun, sampai Minggu malam, surat tersebut tidak juga sampai.

Hidayat menuturkan, pihaknya sempat menanyakan kembali kebenaran surat yang dimaksud kepada sumber utama. Jawaban yang diterima, surat itu akan benar-benar sampai pada Senin atau Selasa awal pekan ini.

"Tapi tidak tahu nyangkut di mana, sampai sekarang belum juga sampai," ujar Hidayat.

Seperti diketahui, PKS menantang Presiden SBY menggunakan hak prerogatifnya untuk mendepak PKS dari koalisi. Langkah itu dipilih karena PKS merasa berhak bertahan di koalisi dengan alasan pilihan politik dan diperbolehkan oleh aturan yang tertuang dalam surat kontrak koalisi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

    Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

    Nasional
    Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

    Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

    Nasional
    Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

    Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

    Nasional
    Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

    Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

    Nasional
    Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

    Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

    Nasional
    Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

    Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

    Nasional
    Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

    Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

    Nasional
    Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

    Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

    Nasional
    Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

    Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

    Nasional
    PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

    PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

    Nasional
    Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

    Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

    Nasional
    Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

    Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

    Nasional
    Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

    Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

    Nasional
    Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

    Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com