Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anis Matta: Jika Luthfi Bersalah, Kami Wajib Minta Maaf ke Rakyat

Kompas.com - 04/06/2013, 13:43 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Partai Keadilan Sejahtera Anis Matta ditanyai soal kasus dugaan korupsi kuota impor daging sapi dalam dialog tentang kondisi umat Islam Indonesia dan dunia di Kabupaten Sampang, Jawa Timur, Senin (3/6/2013) malam. Kasus ini turut menyeret mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq.

Anis mengatakan, kasus itu murni persoalan pribadi Luthfi. PKS, katanya, tidak ikut campur. Sebelumnya, saat kasus ini terkuak, Anis dan PKS menduga ada konspirasi di balik kasus itu.

Dia menegaskan, PKS kini menunggu proses hukum berlangsung hingga tuntas. Menurut Anis, bila Luthfi ternyata dinyatakan terbukti bersalah oleh pengadilan, ia sebagai Presiden PKS akan meminta maaf kepada seluruh rakyat Indonesia.

"Kami di PKS adalah manusia biasa yang tidak luput dari khilaf. PKS tentu berharap (LHI) dinyatakan tidak bersalah, tetapi bila sebaliknya, saya wajib meminta maaf kepada seluruh rakyat Indonesia," kata Anis dalam keterangan tertulisnya, seperti dikutip Antara, Selasa (4/6/2013).

Dalam kasus dugaan korupsi kuota impor daging sapi, KPK menetapkan Luthfi sebagai tersangka bersama orang dekatnya, Ahmad Fathanah. Keduanya diduga menerima pemberian hadiah atau janji dari PT Indoguna Utama terkait kepengurusan tambahan kuota impor daging sapi untuk perusahaan itu. Dalam pengembangannya, KPK menjerat Fathanah dan Luthfi dengan pasal tindak pidana pencucian uang (TPPU).

Dialog dengan kiai

Presiden PKS Anis Matta dan rombongan DPP PKS berada di Madura dalam rangkaian safari silaturahim se-Jawa dan Indonesia bagian timur. Dalam dialog yang dihadiri sekitar 300 kiai, habib, dan tokoh masyarakat se-Madura itu, Anis menegaskan perlunya seluruh komponen umat Islam melupakan perbedaan kecil antara satu dengan yang lain dan sebaiknya fokus pada persamaan pemikiran atas banyak hal.

"Mari kita melupakan perbedaan kecil dan fokus pada kerja-kerja besar kita bersama. Kita semua di sini memiliki persamaan pandangan terhadap banyak hal. Ini perlu agar umat Islam lebih menyatu dalam barisan yang besar dan kuat," katanya.

Anis menegaskan, dunia Barat, khususnya di Amerika Serikat dan Eropa, dalam beberapa tahun belakangan memiliki minat kuat untuk mengenal Islam yang sesungguhnya. Pada saat yang sama, menurut dia, masyarakat Barat melihat Indonesia sebagai wajah Islam yang damai.

"Indonesia sekarang menjadi model sebab di tengah banyaknya mazhab dan keragaman etnis maupun kelompok, kita tetap damai. Berbeda dengan saudara kita di belahan dunia lain yang justru terus bertikai," ujar Anis.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    [POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

    [POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

    Nasional
    Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

    Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

    Nasional
    Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

    Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

    Nasional
    Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

    Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

    Nasional
    Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

    Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

    Nasional
    Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

    Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

    Nasional
    Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

    Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

    Nasional
    Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

    Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

    Nasional
    Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

    Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

    Nasional
    Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

    Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

    Nasional
    PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

    PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

    Nasional
    Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

    Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

    Nasional
    Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

    Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

    Nasional
    Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

    Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com