Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Bung Karno Merenung di Bawah Pohon Sukun

Kompas.com - 02/06/2013, 08:24 WIB
Wisnu Nugroho,
Hindra Liauw

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Banyak cara untuk memperingati Hari Lahir Pancasila, 1 Juni 1945. Tahun 2013, peringatan dilakukan dengan kembali ke tempat lima butir mutiara yang menjadi lima sila Pancasila itu ditemukan dan direnungkan Bung Karno: Ende di Pulau Flores.

Seperti layaknya daerah yang jauh dari Jakarta, Ende yang terus berbenah dan membangun memang tertinggal dalam banyak hal. Namun, pilihan pejabat dan politisi kembali ke Ende tepat. Renungan sila kelima Pancasila, yaitu Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, menjadi dekat wujudnya.

Pejabat dan politisi yang datang ke Ende antara lain Wakil Presiden Boediono, Ketua MPR Taufiq Kiemas, Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto, serta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh. Peringatan itu sekaligus peresmian revitalisasi Monumen Bung Karno di Taman Rendo dan Situs Rumah Pengasingan Bung Karno di Kampung Ambugaga, Ende.

Acara berlangsung meriah di Lapangan Pancasila yang bersebelahan dengan Taman Rendo. Ribuan warga terlibat, khususnya sekitar 1.000 murid SMAN 1 Ende untuk bernyanyi. Lagu kegemaran Bung Karno, ”Io Vivat”, tentang kehidupan bersama dinyanyikan bersemangat.

Seusai acara di Lapangan Pancasila, Boediono didampingi Taufiq dan pejabat lain menuju Taman Rendo membuka kain tenun Ende yang menyelubungi patung Bung Karno duduk merenung. Di terik matahari itu, Boediono tersenyum.

Revitalisasi Taman Rendo disiapkan sejak janji Boediono diucapkan saat kampanye Pemilu Presiden 2009. Budayawan Goenawan Mohamad yang mendampingi Boediono lantas mengajak perupa Hanafi dan arsitek Andra Matin terlibat. Tahun 2010, rencana dimatangkan. ”Patung tanah liat dibuat di Cinere dan cetakannya dibawa ke Yogyakarta untuk dicor perunggu setahun,” ujar Hanafi.

Patung perunggu Bung Karno (kala itu berusia 33) dibawa ke Ende melalui Surabaya dengan kapal laut. Butuh waktu 8 hari untuk tiba di Ende. Lama perjalanan persis saat pengasingan Bung Karno menggunakan KM van Riebeeck, 14 Januari 1934. ”Saat pengiriman, ada kelangkaan solar dan sempat membuat saya khawatir,” ujar Hanafi.

Patung Bung Karno yang lebih representatif dari segi estetis dan sejarah ini menggantikan patung lama Bung Karno yang penuh lencana sebagai Panglima Tertinggi TNI. Di patung yang baru diresmikan ini, Bung Karno muda duduk merenung dalam suasana kontemplatif di bawah rindangnya pohon sukun.

Suasana kontemplatif diterjemahkan dengan kolam berukuran 8 meter x 45 meter. Di atas kolam jernih itu, bangku sepanjang 17 meter sebagai tempat duduk Bung Karno diletakkan. Bung Karno duduk sendiri menatap Laut Ende yang tenang.

Andra juga merevitalisasi Situs Rumah Pengasingan Bung Karno di Kampung Ambugaga milik Haji Abdullah Ambuwaru. Di rumah berjarak 300 meter dari Taman Rendo, Bung Karno bersama istrinya Inggit Ganarsih, mertuanya Amsih, dan dua anak angkatnya Ranta Juami dan Kartika tinggal empat tahun hingga 18 Oktober 1938.

Teduhnya pohon sukun yang menaungi Bung Karno membuat warga betah berlama-lama. Mungkin sekaligus merefleksikan wujud nilai-nilai Pancasila.

Soal pohon sukun, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga punya kenangan. Pada debat Pilpres 2009 SBY berjanji membuat mi instan dari buahnya. Boediono pasti ingat janji pasangannya itu. Selamat Hari Lahir Pancasila.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com