Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah Tanda Cinta PKS Ditolak KPK

Kompas.com - 21/05/2013, 11:44 WIB
Ilham Khoiri

Penulis

KOMPAS.com — Belum genap seminggu, perseteruan Partai Keadilan Sejahtera dengan Komisi Pemberantasan Korupsi terasa sudah tidak menarik lagi. Padahal, drama itu seminggu lalu menghadirkan perbantahan panjang yang berujung di Mabes Polri.

Drama itu berawal Senin (6/5/2013) malam saat sejumlah penyidik KPK mendatangi kantor DPP PKS yang hendak menyita enam mobil, yaitu VW Caravelle B 948 RFS, Nissan Navara B 9051 QI, Mitsubishi Pajero Sport B 1074 RFW, Mitsubishi Grandis B 7476 UE, Mazda CX9 B 2 MDF, dan Toyota Fortuner B 544 RFS.

Enam mobil itu disita karena diduga terkait sangkaan tindak pidana pencucian uang (TPPU) dalam kasus suap daging impor dengan tersangka mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq.

Meski dinilai menyalahi ketentuan penyitaan oleh Wakil Sekretaris Jenderal DPP PKS Fahri Hamzah dan dilaporkan ke polisi, KPK tak surut. Untuk ketiga kalinya, 22 penyidik KPK, Rabu (15/5/2013), datang. Dengan kelengkapan dokumen, seperti surat tugas, penyitaan, dan penyidikan, para penyidik disambut pengurus DPP PKS, salah satunya Ketua Bidang Humas DPP PKS Mardani Ali Sera.

Penyitaan mobil ini hanya sepenggal kasus dugaan korupsi yang mendera PKS. Beberapa elite partai dimintai keterangan sebagai saksi di KPK, termasuk pucuk pimpinannya, yaitu Presiden PKS Anis Matta dan Ketua Majelis Syura PKS Ustaz Hilmi Aminuddin. Sebelumnya, Saldi Matta (adik Anis Matta) dan Ridwan Hakim (putra Hilmi) juga diperiksa sebagai saksi.

Lebih menghebohkan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) menemukan aliran dana dari Ahmad Fathanah, teman dekat Luthfi, kepada sejumlah perempuan, termasuk bintang film senior Ayu Azhari. PKS tegas menolak dikaitkan dengan Fathanah.

Geliat kasus dugaan suap impor daging sapi dengan tersangka mantan Presiden PKS jelas mencederai citra PKS sebagai partai dakwah bersih, peduli, dan profesional. Publik terguncang dengan penggalan-penggalan kasus yang menghebohkan, termasuk drama penyitaan selama dua pekan itu.

Menurut Direktur The Political Literacy Institute Gun Gun Heryanto, kesan PKS tak bekerja sama dengan KPK saat penyitaan mobil jadi "blunder" politik. "PKS seharusnya menyadari, alotnya penyitaan mobil-mobil itu justru menjadikannya sebagai sasaran tembak berbagai pihak. Berhadapan vis-a-vis dengan KPK sebagai lembaga pemberantasan korupsi yang dipercayai publik, terlebih dalam soal instrumental, tak menguntungkan," katanya.

Peneliti Pusat Kajian Antikorupsi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Oce Madril, berharap, PKS tetap kooperatif dengan penegak hukum. Gunakan jalur hukum jika ada hal-hal yang dianggap melanggar aturan dan hindari politisasi kasus.

"KPK juga harus tetap fokus mengusut kasus korupsi dan TPPU-nya. Kembangkan kasus ini dengan memperkuat alat bukti di persidangan," katanya.

PKS sendiri menyadari tumbuhnya persepsi negatif publik selama dua pekan ini terhadap partai tersebut. "Namun, kami yakin, kader partai bisa membangun reputasi baik lagi," kata Mardani.

Sebenarnya, upaya membangun reputasi positif diperlihatkan menjelang babak akhir penyitaan mobil. Menjelang kedatangan penyidik KPK, gerbang kantor PKS dipasangi spanduk bertuliskan "Selamat Datang KPK di DPP PKS. Kami Senang Jika Dikau Datang Sesuai Hukum dan Akhlak Mulia".

Saat penyidik komisi itu datang untuk ketiga kalinya, Kepala Rumah Tangga DPP PKS Dwi Eka menyambutnya dengan memberikan setangkai mawar merah. Penyidik tidak menerima bunga itu sebagaimana mereka juga menolak pemberian apa pun, termasuk makanan dan minuman yang dihidangkan.

"Cinta bertepuk sebelah tangan," kata Dwi Eka sambil tersenyum. Saat menjawab pertanyaan wartawan, mawar merah itu masih dipegang. KPK sudah menolak dengan mengangkat tangan. (Ilham Khoiri)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies di Pilkada DKI

    Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies di Pilkada DKI

    Nasional
    Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

    Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

    Nasional
    PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

    PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

    Nasional
    Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti juga Kebagian

    Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti juga Kebagian

    Nasional
    Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

    Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

    Nasional
    Projo: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

    Projo: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

    Nasional
    Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

    Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

    Nasional
    5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

    5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

    Nasional
    Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

    Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

    [POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

    Nasional
    Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

    Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

    Nasional
    Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

    Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

    Nasional
    Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

    Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

    Nasional
    Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

    Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com