JAKARTA, KOMPAS.com — Badan Kehormatan (BK) Dewan Perwakilan Rakyat membuka data absensi anggota dewan dalam rapat paripurna. Namun, data yang diungkap itu berasal dari presensi manual. Padahal, sudah terpasang sistem presensi dengan finger print sejak Oktober 2012 . Mengapa data finger print tidak dibuka?
Anggota BK, Anshory Siregar, mengatakan, pihaknya belum membuka data presensi finger print lantaran menduga ada kecurangan yang dilakukan anggota dewan. Diduga, proses perekaman sidik jari sebagai data awal dilakukan oleh staf ahli, bukan anggota dewan.
"Ada dugaan yang di-finger print stafnya," kata Anshory saat diskusi di Jakarta, Sabtu (18/5/2013).
Untuk diketahui, ketika finger print baru terpasang, Sekretariat Jenderal DPR melakukan perekaman sidik jari para anggota untuk data base. Ketika itu, petugas Setjen DPR merekam sidik jari selama beberapa kali rapat paripurna. Namun, tetap saja ada anggota dewan yang tidak hadir ketika proses perekaman dilakukan.
Akhirnya, Setjen DPR merekam sidik jari anggota dewan yang belum terekam melalui fraksi masing-masing. Saat itulah, diduga, bukan sidik jari anggota dewan yang direkam, tetapi staf ahli. Dengan demikian, staf ahli itu yang melakukan presensi ketika rapat paripurna.
Anshory mengatakan, akan dilakukan perekaman ulang sidik jari para anggota dewan sehingga membutuhkan waktu. "Ini perlu satu tahun lagi," kata politisi Partai Keadilan Sejahtera itu.
Hal itu dikatakan Anshory menanggapi desakan Sekretaris Fraksi Demokrat Saan Mustopa agar BK membuka data presensi finger print. Praktik selama ini, kata Saan, presensi manual bisa dimanipulasi. Anggota dewan kerap meminta staf ahlinya atau asisten pribadinya untuk menandatangani daftar hadir yang ditaruh di depan ruang paripurna.
"Kalau sidik jari enggak mungkin dimanipulasi. Finger print itu dibeli kan salah satunya agar anggota DPR rajin hadir. Kalau dibuka, nanti kelihatan mana anggota dewan yang konsisten bolos. Itu akan fair. Mana yang betul-betul rajin, mana yang bolos dari sidang ke sidang," kata Saan.
Ikuti berita terkait dalam topik:
Wakil Rakyat Kok Membolos!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.