Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Presiden Belajar Jadi Warga Baru

Kompas.com - 28/04/2013, 02:57 WIB

Pada akhir kepemimpinannya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bergabung dengan warta internet atau netizen dengan membuka akun Twitter, @SBYudhoyono. Itu berarti Presiden mencoba membuka diri untuk Indonesia dan dunia. Mampukah Presiden menyesuaikan diri dan menjadi warga yang baik? Apa yang sudah dipelajari Presiden dari dunia baru ini?

Selama sepekan ini, Kompas dibantu dengan sejumlah mesin algoritma mencoba menyelisik akun @SBYudhoyono, antara lain menggunakan MediaWave. Algoritma buatan MediaWave termasuk paling lengkap karena sudah disesuaikan dengan bahasa Indonesia sehingga mampu memetakan sentimen percakapan terkait @SBYudhoyono.

Mesin analisis PoliticaWave dari 13-20 April menemukan, jumlah percakapan terkait akun @SBYudhoyono mencapai 818.978 percakapan, dengan jumlah akun yang membicarakan sebanyak 409.814 akun. ”Jumlah ini fenomenal, rekor baru nasional, karena melampaui rekor sebelumnya yang dipegang Jokowi yang mencapai 250.000 percakapan,” kata Yose Rizal, Direktur PoliticaWave.

PoliticaWave memperkirakan distribusi percakapan terkait @SBYudhoyono bisa menjangkau 295.579.339 pengguna. Ini karena pengguna (user) yang terlibat pembicaraan termasuk akun-akun dengan pengikut (follower) banyak. Akun yang membicarakan @SBYudhoyono memiliki 101-500 follower dan beberapa akun memiliki lebih dari 10.000 follower.

”Jumlah percakapan per akun terkait @SBYudhoyono juga cukup banyak karena mereka rata-rata melakukan 1-10 kali,” kata Yose.

Data itu menekankan tingginya antusiasme publik menyambut kehadiran Presiden sebagai tetangga baru mereka. Seperti di dunia nyata, tak semua suara ramah menyambut orang baru. Dari analisis percakapan netizen, 710.959 percakapan bersikap netral, 56.174 percakapan bernada positif, dan 51.845 bernada negatif. Sebagai langkah awal, data ini tak begitu buruk untuk @SBYudhoyono.

Yose mengatakan, sentimen negatif disumbang dari beberapa isu, misalnya miripnya akun SBY dengan Presiden Amerika Serikat Barack Obama, tweet yang cenderung normatif dan pencitraan, serta akun-akun yang di-follow akun @SBYudhoyono yang kebanyakan akun selebritas.

Pengkritik pedas SBY justru orang-orang biasa. ”Malu ga sih kalau avatar + bio SBY yang mirip Obama jadi berita di Amerika?” komentar @mututucin.

Dari sentimen negatif ini, SBY akan belajar bahwa sesuatu yang tak orisinal dan menjiplak itu tak mendapat tempat di media sosial dan mereka membencinya. ”Twitter SBY sama dengan Barack Obama, bio dan header-nya sama, cieeh plagiat :D,” sambar @naohutabarat.

Akurasi adalah pelajaran kedua yang bisa dipetik. Administrator akun @SBYudhoyono pernah salah mengutip kata-kata mutiara, ”Speak is silver. Silence is golden”, yang kemudian diralat menjadi ”Speech is silver. Silence is golden”.

Namun, kesalahan administrator itu sudah menyebar dan jadi bahan olok-olok. Bagusnya, netizen paham bahwa itu bukan SBY karena terlihat dari tweet tanpa tanda *SBY*. ”Sembrono! Pake akunnya RI 1 salah ketik!” kata @ninokhariyani.

Netizen banyak mengkritik administrator pengelola akun Presiden karena perilakunya dianggap tak sesuai. Salah satu yang menghebohkan adalah akun @SBYudhoyono yang mem-follow akun para selebritas.

”SBY mungkin tidak, tapi adminnya yang kegenitan,” begitu @_khadafy.

”SBY gaul banget, nge-follow artis-artis, kenapa bukan rakyat saja yang di-follow,” kata @zhrismi.

Administrator akun seorang presiden seharusnya paham kebijakan publik dan melek teknologi informasi sehingga bisa produktif memanfaatkan teknologi. Banyak yang berharap administrator Twitter Presiden seharusnya pakar komunikasi atau pakar kebijakan publik.

”Miminnya (istilah untuk administrator) akun @SBYudhoyono makan gaji buta tuh. Hampir semua tweet dibuat SBY sendiri,” kata @sigitwid.

SBY memang menandai tweet dari dirinya dengan kode *SBY* sehingga orang bisa menghitung mana tweet dari SBY pribadi dan mana yang dari staf administrator. ”35 dari 42 tweet @SBYudhoyono bertanda *SBY* artinya presidennya lebih banyak nge-tweet daripada stafnya, mungkin stafnya lebih sibuk kerja,” kata @LiongkyTan.

Presiden juga harus membiasakan dengan pengguna media sosial yang cerewet dan sering usil dengan hal-hal sepele. Akun @dipanggilaing mengkritik tweet SBY yang sering diselingi gambar, yang menurut pengkritik akan menunjukkan perbedaan tingkat sosial.

Banyak pula tweet bernuansa dukungan terhadap kebijakan Presiden, terutama dari anak-anak muda. ”Memuji langkah Pak @SBYudhoyono yang action dulu baru nge-tweet, semoga tetap begitu di hari berikutnya,” kata @subosito menanggapi tweet SBY terhadap kecelakaan Lion Air di Bali.

Guru Besar Psikologi Politik Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Prof Hamdi Muluk mengaku agak kaget dengan keputusan SBY membuka diri dengan membuat akun Twitter. ”Kenapa tidak dari dulu punya akun Twitter, ketika gaya komunikasi SBY dikeluhkan banyak pihak karena selalu lambat merespons,” ujar Hamdi.

Meski memiliki akun Twitter, Hamdi menilai, hal itu belum banyak mengubah gaya komunikasi SBY. Walau beberapa sudah tampak responsif, misal ketika ada gonjang-ganjing ujian nasional, SBY memberi respons meskipun belum cepat.

”Jika gayanya sudah berubah, ketika kasus eksekusi Susno Duadji mencuat, seharusnya SBY cepat tanggap di hari pertama pemberitaan kasus itu,” ujar Hamdi.

(Amir Sodikin)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com